2

10.8K 684 9
                                    

Jaehyun, Jaemin dan Taeyong telah menyelesaikan makanan mereka, Jaemin duduk di sofa bersama Taeyong, mereka tengah asik membicarakan Lee Jeno. Sedangkan Jaehyun, dia juga berada disana, tetapi dia hanya diam, tak tau harus berbicara apa.

"Jadi Jeno emang pendiem gitu ya kak? " Taeyong mengangguk. "Beda banget sama kakak, tapi wajah kalian ga jauh beda kok, kalian berdua tampan. "

Taeyong tertawa geli. "Bisa aja ya kamu ini. "

"Kak, aku udah coba untuk deketin Jeno supaya Jeno mau temenan sama aku dan juga Echan, tapi sangat sulit. "

"Echan? "

"Iya kak, sahabat aku, Lee Haechan. Aku tadi udah berusaha untuk deket sama Jeno kok, tapi dia tetep aja diem dikelas dan ga kemana-mana. Jeno kenapa si kak? "

"Nana kenapa sih, banyak tanya kamu. " Sahut Jaehyun.

"Kakak ini apaan sih, aku ngomong sama kak Taeyong kok, bukan sama kakak. "

"Kamu terlalu ikut campur urusan orang Na. "

"Heh kakak, aku ini mau temenan sama Jeno, makanya aku cari informasi dari kak Taeyong. "

"Jeno emang gitu kok, dirumah dia juga pendiem kayak gitu. "

"Dia emang pendiem dari kecil? "

"Engga kok Na, dulu dia pria yang sangat ceria, sama kayak kamu, tapi entah kenapa karena tragedi sekitar delapan tahun lalu, membuat Jeno menjadi pendiem kayak gitu. "

"Tragedi?" Tanya Jaemin bingung.

"Udah, itu privasi orang Nana, ga boleh tanya-tanya ih. " Sahut Jaehyun yang geram akan sikap ingi tahu adiknya yang terlalu tinggi.

"Iya kak, paham kok, aku ga tanya lagi kok. Udah cukup tau Jeno kayak gitu. "

"Bantu Jeno ya Na. "

"Iya kak Tae, Nana bakal bantu Jeno kok, tenang aja. "

"Makasih Nana. " Taeyong tersenyum senang dengan Jaemin.














***

Hari ini Jaemin bersama Haechan berada di kelasnya menunggu Jeno tiba di kelas.

"Chan, ternyata kak Jaehyun temennya kakaknya Jeno. "

"Hah? Kak Jaehyun? Temennya manusia es itu? Kok bisa si? "

"Aku juga gak tau gimana ceritanya mereka bisa temenan, intinya kakaknya Jeno ini beda banget sama si Jeno. "

"Beda? "

"Iya, kak Taeyong ini lebih ceria dan sedikit banyak bicara dibanding Jeno. "

"Jadi namanya Taeyong ? Ga usah sama-samain kakaknya sama dia deh, udah pasti beda, mungkin populasi manusia es kayak dia nih cuma ada dua persen diantara jutaan orang, aku baru liat ini ada cowo dingin banget kaya dia. "

Jaemin tertawa mendengar kalimat yang Haechan lontarkan. "Udah ish jangan kayak gitu, Jeno dulu gak gitu kok kata kak Tae, tapi aku gatau pasti penyebab apa yang bikin Jeno kayak gitu. "

Haechan menyenggol tubuh Jaemin, matanya memandang kearah Jeno yang baru saja tiba. "Na, itu Jeno. " Bisik Haechan pada Jaemin.

Jaemin menatap kearah Jeno yang telah menempati bangkunya, kemudian berlari kearah Jeno tanpa mengucapkan kata apapun pada Haechan. "Hai, Jeno. " Tak ada jawaban dari Jeno, Jeno hanya menatap Jaemin sekilas, kemudian memalimhkan pandangannya.

Jaemin menarik tangan Jeno dan menariknya menuju keluar kelasnya. Jeno tak menolak ataupun memberontak ketika dirinya ditarik oleh Jaemin. Haechan yang melihat Jaemin menarik Jeno keluar kelas kemudian berlari menyusul mereka.

Jaemin, Jeno dan Haechan, mereka tiba di atap sekolah, Jeno memandang sekeliling atap itu, hingga pada akhirnya Jaemin kembali menarik dirinya masuk keruangan kecil di atap itu.

Jeno masih bingung akan tempat yang baru saja ia masuki ini, ruangan kecil namun tempat ini cukup bersih dan nyaman. Diruangan ini terdapat alas, dan satu bangku juga meja, di dindingnya terdapat banyak foto Jaemin dan juga Haechan, dan satu papan kosong yang Jeno tidak tau apa fungsi papan itu.

"Kenapa kalian membawaku kesini? "

"Yey, akhirnya kamu yang memulai pembicaraan Jen. " Ucap Jaemin.

"Katakan padaku ada apa? "

"Hei kamu kenapa takut seperti itu? Tenang saja Jen, aku dan Jaemin ga akan nyakitin kamu kok, kami orang baik, iya gak Na? " Ucap Haechan sembari memberi kode pada Jaemin. Jaemin mengangguk antusias.

"Ini tempat apa? "

"Ini adalah basecamp miliku dan milik Haechan. "

"Sebenarnya kalian ingin apa? "

"Jeno, dengar ya. Aku kemarin ketemu sama kak Taeyong. "

Jeno membulatkan matanya sempurna. "Kak Tae? Taeyong maksud mu? " Jaemin mengangguk sebagai jawaban pertanyaan Jeno. "Iya, dia kakakmu kan? " Lagi-lagi Jeno hanya mengangguk.

"Jen, dia bercerita banyak sekali, dia ga kayak kamu, dia lebih banyak bicara daripada kamu, tapi dia bilang kalau dulu kamu gak kayak gini kan. Dan ah iya, dia juga bilang ke aku supaya kita bisa menjadi teman. "

"Kakak bilang apa aja selain itu? "

"Dia bilang kalau kamu kayak gini karena tragedi sekitar delapan tahun lalu, tapi aku gatau itu kenapa, karena aku tau itu privasi kamu. "

"Aku mohon padamu jangan membahas itu. "

Jaemin tersenyum pada Jeno. "Iya Jen, tenang aja, engga kok. Kalau sekarang aku cukup minta sama kamu untuk kita berteman. "

"Aku masih ragu untuk kata teman. "

"Hei kenapa? Kita orang baik. " Sahut Haechan tiba-tiba.

"Emangnya apa yang bikin kamu ragu untuk temenan, kamu ga mungkin sendirian terus kan Jen? "

"Delapan tahun aku selalu dirumah, engga pernah bersosialisasi dengan orang-orang, aku juga engga punya temen, hal itu yang bikin aku ragu untuk berteman, aku terlalu nyaman dengan kesendirian ku, aku hanya ditemani kak Taeyong dirumah, itu saja sudah cukup menurutku. "

"Orang tuamu? " Tanya Jaemin.

"Jangan membahasnya. " Jaemin mengangguk mencoba mengerti. "Okey, untuk sekarang kamu mau berteman dengan kami kan? " Lanjut Jaemin dan mendapat anggukan  dari Jeno. "Jangan sungkan meminta bantuan kepadaku ataupun Haechan. "

Sejak hari itu, dengan masuknya Jaemin dan juga Haechan dalam hidupnya, membuat hari-hari Jeno lebih berwarna dari biasanya, mereka  bersahabat meskipun Jeno masih cukup pendiam, namun dia lebih sering tersenyum akan tingkah konyol sahabatnya itu.

























Tbc.

Aku berharap banget kalian juga suka cerita ini ☺🙏

OMNIA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang