CHAPTER 7: MENCOBA MENDEKAT

15 3 0
                                    

Senyuman Senja

Sebuah Kisah Klasik Remaja
Karya: @BeeTheAuthor

CHAPTER 7: Mencoba Mendekat

Dheeandra POV

Disaat sedang menikmati makan pagi bersama dengan suasana yang hangat, tiba-tiba saja Mang Asep datang dan menyampaikan bahwa ada tamu yang mencariku. Seorang laki-laki muda yang berwajah tampan.

Mang Asep : “Permisi, maaf tuan, nyonya, non saya mengganggu”

Papi  : “Iya mang, gak apa-apa ayok sini ikut sarapan”

Mang Asep : “Iya tuan, tapi maaf sebelumnya. Didepan rumah ada orang yang mencari non Dheeandra”

Dheeandra : “Siapa mang? Pagi-pagi begini biasanya Zean sih”

Mang Asep : “Bukan non”

Mami  : “Suruh masuk aja mang”

Mang Asep : “Baik nyonya”

Dheeandra : “Ih mami main nyuruh masuk aja, gak pake ditanya dia siapa”

Laki-laki tersebut pun akhirnya masuk dan menyapa kedua orang tuaku yang baru saja selesai sarapan. Saat melihat laki-laki tersebut, aku pun terkejut sampai tersedak ketika sedang minum segelas susu kesukaanku.

"Selamat pagi om. . . Selamat pagi tante. . . Maaf saya mengganggu waktunya" ucapnya sambil sedikit menundukkan kepalanya.

Jantungku rasanya seperti mau copot! dan "Glekk" aku menelan ludah ketika menatapnya yang berdiri disana. "Astaga, kenapa dia ada disini" gumamku dalam hati.

"Pagi, temannya Dheeandra ya?" tanya mamiku dengan santai.

"Bukan tante" jawabnya.

"Lalu siapa? Kenapa kesini?" tanya papi.

Jantungku berdegup semakin kencang mendengar pertanyaan kedua orang tuaku padanya.

"Kamu. . . ." ucapku.

"Kamu kenal Dee?" tanya papi.

"Ehmm. . . Iyaa pi, dia pernah tolongin Dheeandra waktu kehujanan" jawabku.

"Ehm begini om, tante, saya kesini cuma mau kembalikan ini. Saya rasa ini milik anak om dan tante" ucapnya dengan nada santai sambil menunjukkan buku tugas dan buku puisiku.

"Astaga. . . kenapa buku itu bisa sama dia?" batinku.

Aku segera menuju kearahnya untuk memastikan bahwa itu benar-benar milikku.

"Nih" ucapnya singkat.

"Bahkan depan orang tua pun sikapnya masih dingin begini, sebenernya dia ini manusia atau patung es sih!"

Aku memeriksa buku tugas dan buku puisiku. Karena takut tugas-tugasku ada yang hilang. Aku baru ingat kalau buku ini sempat ku taruh di meja saat aku dan Zean berada di cafe. Tapi bagaimana mungkin buku ini bisa ada sama dia? Apa dia mengikutiku?

"Kenapa buku ini ada sama kamu?" tanyaku dengan pelan.

"Oh itu, kemaren sore lo kayaknya gak sengaja jatohin buku itu waktu mau masukin ke dalam tas" jawabnya dengan santai.

Aku pun mencoba mengingat apa yang ku lakukan saat keluar dari cafe tersebut. Apa mungkin aku menjatuhkan buku itu saat diluar cafe? Aahhh. . . bagaimana ini, aku tidak bisa mengingat hal itu.

"Karna buku ini udah kembali sama pemiliknya, saya rasa udah gak ada urusan lagi disini. Kalau begitu saya pamit om, tante, maaf sudah mengganggu waktunya" ucapnya.

Senyuman SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang