Tarung 19

6 0 0
                                    

Sekitar 30 menit kemudian Guru Kitto sudah tiba di kota Zigai. Dia kemudian melanjutkan perjalanan ke sebuah arena pertarungan menemukan apa yang dia cari.

"Sudah kuduga, dia adalah muridmu ternyata, apa kabar Aber" Kata Guru Kitto yang membuat seorang pelatih kaget.

"Oh,Kitto, ternyata kau, apa yang membuatmu kemari?" Tanya Aber.

"Aku melihat gaya bertarung muridmu yang ternyata sama denganmu, jadi aku memastikan saja" Jawab  guru Kitto dengan santai.

"Oh, marilah duduk kawan" Ajak Aber.

"Tentu" Guru Kitto menerima ajakan Aber.

"Kupikir kau tidak mau terlibat pertarungan lagi" Kata Guru Kitto yang sedang duduk.

"Dengan kondisi kaki seperti sekarang tentu aku tidak bisa bertarung lagi, tapi aku masih bisa melatih" Kata Aber dengan santai.

"Oh, lalu sejak kapan kau menjadi seorang pelatih?" Tanya Guru Kitto.

"Baru 2 tahun, tidak sepertimu yang langsung menjadi pelatih sejak memutuskan pensiun, aku banyak merenungkan nasibku sejak insiden itu" Jawab Aber dengan pelan.

"Oh, kau pasti sangat dendam bukan?" Tanya Guru Kitto.

"Oh ya Kitto, kau tau dia berpartisipasi sebagai pelatih jugakan di pertarungan nasional tahun ini?" Tanya Aber untuk memastikan.

"Iya, lawan muridnya di babak penyisihan pertama mengalami patah  tangan" Kata Guru Kitto.

"Karena memang pelatihnya tidak memiliki rasa belas kasih walau dia memakai kalung salib" Aber menjawab sambil meminum segelas air.

"Wajar, orang yang menggunakan agama sebagai simbol saja bukanlah orang baik" Kata Guru Kitto dengan serius.

"Ya, jika murid kita melaju ke babak selanjutnya, maka kita harus siap bertemu dengan mereka di arena" Aber menjelaskan sambil melempar sebuah benda ke arah seekor tikus. Lalu siapa petarung yang mereka maksud? kenapa mereka menjadi tegang saat membicarakan pelatih dan petarung tersebut?

Bersambung....

Tarung (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang