Four

223 46 0
                                    

Ara sedikit tersentak mendengar ucapan Mark.

"Hmm...gak usah Kak, gak mau ngerepotin."

"Gue yang ngajak, jadi gue gak merasa direpotin."

Tak diterka, tiba-tiba saja Mark menarik tangan Ara sebelum gadis itu melontarkan dialognya. Berjalan menuruni tangga kecil di depan laboratorium, dan kemudian berlari kecil menuju area parkiran sekolah.

Karena hujan yang bisa terbilang deras itu, cukup mendorong Ara untuk segera masuk ke dalam mobil milik Mark.

Tak ada yang membuka suara di dalam mobil itu. Bahkan mobil itu sendiri masih belum bergerak dari sana. Pemiliknya tengah sibuk dengan handphonenya.

Entah perihal apa, hujan yang tadinya cukup deras mendadak berubah menjadi gerimis kecil. Bahkan cahaya matahari sedikit terlihat dari balik awan yang sudah tak menghitam.

Laki-laki yang duduk di kursi pengemudi, tepatnya di sebelah Ara duduk, melihat keluar kaca jendela mobil. Tak lama Ia menoleh ke arah gadis di sampingnya seperkian detik.

"Gue gak bisa langsung anterin lo pulang. Kalau lo mau, temenin gue dulu."

"Gue ngikut aja, Kak."

Setelah dialog yang tak berlangsung lama itu berakhir, Mark segera melajukan mobil menuju tempat tujuannya.

Diperjalanan tak ada yang membuka suara. Ara sendiri sibuk dengan handphonenya, hanya sekedar scroll beranda Instagram.

Menit membawa mobil itu berserta penumpangnya ke suatu tempat. Ara tak tau jelas ini tempat apa. Gambarannya, mereka sedang beda di jalan tol yang bisa terbilang sepi. Disepanjang jalan, terlihat pohon-pohon dengan berbagai macam ukuran.

"Lo ikut aja, gak mungkin gue ninggalin lo sendiri. Di sini sepi," ucap Mark yang kemudian keluar dari mobil, tak ingin berlama-lama Ara segera menyusulnya.

Ara berjalan sembari membenarkan tali ranselnya, mengikuti Mark entah ke mana. Menyusuri rerumputan yang hanya sebatas alas sepatu.

Ara menghentikan langkahnya melihat Mark yang berhenti tepat di depan bukit yang tak terlalu tinggi.

Ara terpaku sejenak melihat Mark yang mengulurkan tangan padanya.

"Kita ke atas, entar lo jatuh, di sini licin." Belum sempat Ara menjawab, Mark segera menarik tangannya tanpa izin.

Lalu mereka berjalan menaiki bukit yang tak terlalu tinggi dengan hati-hati. Setelah sampai di puncak, dapat dilihat sang surya yang tenggelam separuhnya. Dihiasi dengan langit biru yang berbaur dengan sinar senja.

Ara tak melakukan apa-apa selain memperhatikan laki-laki yang berdiri tak jauh dari hadapannya.

Mark menatap sang surya yang hampir hilang sejenak. Lalu Ia mengeluarkan handphone dari saku celananya. Membuka kamera dan beberapa kali memotret senja.

Setelahnya, Mark kembali memasukkan handphonenya ke dalam saku celana. Kemudian mengubah posisi berhadapan dengan gadis yang berdiri di belakangnya.

"Udah, yuk pulang," ajak Mark.

Ini sudah yang ketiga kalinya Mark menarik tangan Ara tanpa seizin empunya. Setelah menuruni bukit, mereka segera masuk ke dalam mobil.

Mereka tak langsung pergi dari sana. Pemilik mobil itu tengah sibuk memperhatikan setiap potretannya.Terlihat secercah senyum tipis di bibir laki-laki itu.

"Kakak suka senja?" Ara membuka suara hingga Mark mengalihkan pandangan dari handphonenya. Menatap Ara, kemudian mengangguk mengiyakan.

Segera Mark mematikan handphonenya dan melajukan mobil meninggalkan tempat itu.

Pengagum Senja | Mark Lee Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang