Three

270 50 12
                                    

{ Tahu kan bagaimana caranya menghargai seorang penulis? }

♡️ Happy reading ♡️

【️ 🐯🍉🐯 】️

Genap dua hari Ara dan Winwin tak bertegur sapa. Padahal itu hanya perihal kesalahpahaman.

Sebenarnya gadis itu ingin menjelaskan semuanya. Tetapi Ia memilih mengurungkan niatnya karena laki-laki itu bersikap acuh, tak perduli. Pikirnya, untuk apa Ia menjelaskan jika laki-laki itu tak mau mendengarkan.

Lagipula, beberapa hari ini semuanya terlihat biasa saja, tak ada keributan yang terjadi karena ulah Winwin.

Ara tahu benar sifat laki-laki itu. Ia tak akan tinggal diam dengan orang yang dianggapnya menganggu. Apa yang ingin Ia lakukan maka akan dilakukannya, tak perduli seburuk apapun resikonya.

"Ra, Ara!"

Ara yang tengah berjalan menuju kelasnya, mengentikan langkah. Melepas kedua earphone yang menyumbat alat pendengarnya. Sebenarnya Ara tak mendengarkan lagu apapun di sana. Hanya untuk pajangan.

Ara menghampiri seseorang yang memanggilnya--Jungkook, kakak kelasnya. Ara kenal dengan laki-laki itu karena Dia satu kumpulan dengan Winwin. Laki-laki itu tengah sibuk dengan para fansnya. Pemandangan yang sudah biasa dilihat mata. Wajar saja selama parasnya mendukung.

"Kenapa, Kak?" Ara membuka suara.

"Winwin nyuruh lo temuin dia di lapangan basket belakang sekolah."

"Sekarang?"

"Nunggu Shincan cukur alis. Ya sekarang lah."

"Hhe, yaudah kalo gitu makasih, Kak." Setelah diberi anggukkan oleh laki-laki itu, tak ingin buang-buang waktu, gadis itu segera menuju ke tempat yang diamanahkan.

Tibanya di lapangan basket, Ara melihat laki-laki itu tengah sibuk dengan bola basket ditangannya. Melempar bola basket ke ring dan itu dilakukannya berulang kali.

Ara melangkah mendekat, posisinya sekarang berhadapan dengan punggung laki-laki itu. Tak ada orang lain di sana.

"Kak." Gadis itu memulai dialognya. Winwin yang baru menyadari, menoleh hingga berhadapan dengan gadis yang tadi berdiri di belakangnya.

Sama-sama diam tak bergeming. Winwin menatap dingin gadis di hadapannya, membuat gadis itu kehilangan nyali untuk menatapnya kembali.

Terdengar helaan nafas laki-laki itu sebelum Ia membuka suara.

"Sebenernya lo ada rasa gak sih sama gue?" tanyanya tiba-tiba.

"H-hah? Kenapa nanya gitu?"

"Kenapa nanya balik?"

Ara menghela nafas sabar. "Kalau gue gak ada rasa, gak mungkin gue bertahan selama dua bulan nungguin kepastian dari lo," jujur Ara.

"Terus lo sama Mark--"

"Gak semua yang dilihat dengan mata itu benar. Makanya jangan ambil kesimpulan sebelum tau kebenaran."

Pengagum Senja | Mark Lee Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang