Ten

185 30 2
                                    


Lami bisa saja melempar handphone di genggamannya jika itu bukan milik orang lain. Dadanya terasa sesak saat melihat sesuatu di layar utama ponsel itu.

Lelaki yang sudah diklaimnya menjadi miliknya ternyata sudah dimiliki orang lain.

"Lam?" Lami tercekat. Cepat-cepat Ia menaruh handphone di genggamannya pada tempat semula.

"M-Mark."

"Ngapain buka tas gue?"

"Ahh, itu....hmm....g-gue mau pinjem pulpen." Lami tak berbohong, memang itu tujuan utamanya membuka tas Mark.

Mark tak merespon lalu duduk di kursinya.

"Minggir Lam, Pak Jongdae masuk." Lucas meminta Lami yang duduk di kursinya segera beranjak.

"Cas, gue mau duduk di sini. Lo di belakang aja bareng Yuqi." Lucas menuruti. Toh, siapa yang menolak mendapat kesempatan duduk bersama sang pujaan hati.

"Lanjutkan catatan kemarin! Setelah selesai, kumpulkan. Sepuluh pengumpul pertama mendapat nilai tambahan!" Perintah Pak Jongdae.

Sesegera mungkin murid-murid mengeluarkan buku dari tas masing-masing. Berlomba-lomba menjadi sepuluh pengumpul pertama dengan tujuan mendapat nilai tambahan.

"Mark?" panggil Lami.

"Hm?" Mark tak menoleh, Ia sibuk dengan catatannya.

"Lo sudah punya pacar?" Hampir saja Mark mencoret bukunya karena pertanyaan yang dilontarkan Lami.

Sebelum menjawab, Mark mencuri pandang pada Pak Jongdae yang tengah sibuk dengan laptopnya. Mark hanya tak ingin ditegur guru karena berbicara saat jam pelajaran.

"Pacar? Maksud lo?" Mark menatap Lami dengan dahi berkerut.

Lami diam tak menjawab. Tak mungkin Lami mengatakan bahwa tadi Ia tak sengaja melihat layar utama ponsel Mark. Lami tahu Mark paling tak suka jika barang miliknya disentuh orang lain tanpa seizinnya.

"E-nggak. Gue cuma nanya." Setelahnya mereka kembali disibukkan oleh catatan masing-masing.

"Lo suka sama seseorang?" tanya Lami lagi.

Mark hanya menoleh sekilas, tak menjawab.

Lami tahu jawabannya walau Mark tak menjawab. Jika Mark menjawab tidak, lalu foto yang digunakannya sebagai wallpaper layar utama ponselnya itu apa? Tak mungkin Mark melakukannya tanpa alasan.

"Gue gak tau sudah berapa kali ngomong ke lo tentang hal ini, mungkin lo bosan dengarnya." Lami memberi jeda saat matanya dengan lelaki itu bertemu.

"Apa boleh gue berharap lo balas perasaan gue?" Mark masih diam menatap manik mata gadis di sampingnya yang menatapnya dengan tatapan nanar.

"Gue mau kita lebih dari sahabat."

"Kenapa harus orang lain, kenapa bukan gue?"

Mark menghela nafas lalu menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi yang Ia duduki. Mark tak menatap Lami lagi. Ia meluruskan pandangannya.

"Sekarang gue tanya, itu cinta atau obsesi?" Lami tak menjawab, yang diinginkan hatinya sekarang hanyalah Mark harus menjadi miliknya.

"Segala sesuatu yang terlalu dipaksa itu gak baik. Tanpa gue jawab pun, lo sudah tau jawabannya."

"Maaf dan sampai kapanpun lo tetap sahabat terbaik gue, Lam. Sama halnya dengan Lucas dan Yuqi."

Merasa semuanya sudah jelas, Mark segera beranjak dari kursi hendak mengumpulkan catatannya. Seperti biasa, Mark selalu lolos target. Ia orang pertama yang mengumpulkan catatan.

Lami diam terpaku. Bibirnya kelu. Dadanya sesak tak menentu. Kata-kata yang dielukan Mark membawanya kembali pada kenyataan. Menghancurkan angan, mengingatkan bahwa ikatan mereka hanya sebatas persahabatan.

Lami tak rela jika ada orang lain yang mengisi hati Mark. Jika benar adanya, Lami tak akan tinggal diam membiarkan. Maunya, Mark harus menjadi miliknya. Hanya Ia yang pantas mendapatkan hati lelaki itu.

【️ 🐯🍉🐯 】


Keempat insan itu diam membisu setelah mendengar peristiwa yang tak mengenakkan dari salah satu teman mereka.

Ara tak henti mengelus punggung sahabatnya. Jisung dan Chenle ikut merasa iba.

"Jadi beneran Kak Jae pacaran sama Kak Tzuyu?" Itu Jisung.

Nita mengangguk pelan walau rasanya enggan.

"Gak usah dibahas lagi Ji, lo sudah tau masih nanya." Chenle tak ingin memperkeruh suasana.

"Gue masih gak percaya," kata Jisung.

"Sama, gue juga." Ara ikut bersuara.

"Lo gak pengen ngajak Kak Jae baku hantam, Nit? Biasanya juga, gue lo buat babak belur cuma karena masukkin cicak di tempat pensil lo." Itu Chenle.

"Biar karma yang balas semuanya," ucap Nita yang kemudian direspon anggukkan oleh ketiga temannya.

"Balik ke kelas yuk!" ajak Jisung yang sudah beranjak dari kursi kantin yang Ia duduki, kemudian diikuti oleh ketiga temannya.

Sialnya, Ara tak menyadari Ia meninggalkan ponselnya di meja itu. Kini ponsel milik Ara sudah berada genggaman orang lain yang sudah memikirkan matang-matang apa yang akan Ia lakukan dengan ponsel itu. Ia takkan mengembalikan ponsel itu pada empunya dengan begitu saja. Ini kesempatan bagus untuknya.

【️ 🐯🍉🐯 】️

Jatuh ke tangan siapa ponsel milik Ara dann apa yang telah direncanakan makhluk licik itu??

Don't forget to votmen and thanks🤗💚

Pengagum Senja | Mark Lee Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang