Seven

197 39 0
                                    

Untung saja semesta tak mempercepat waktu. Jika iya, maka satu kepalan tangan Winwin sudah melayang ke pipi kiri laki-laki yang sudah terduduk lemas di atas rerumputan yang terawat itu.

"Mark!" Belum sempat Ara melangkah, Lami sudah berlari terlebih dahulu mendekati laki-laki itu.

Ara segera menyusul. Ia harus memarahi Winwin. Laki-laki itu keterlaluan.

"Lo gapapa?" tanya Lami seraya berjongkok mendekatkan wajahnya dengan laki-laki itu.

"Sakit." Mark sedikit meringis memegangi perutnya.

"Kak, lo--"

"Mark, lo mimisan lagi!" teriak Lami, yang sukses mengalihkan perhatian semua orang yang berada di sana. Perlu diketahui, di sana tidak hanya ada Mark, Lami, Ara dan Winwin. Di sana juga ada Mingyu dan Lucas. Lucas baru saja datang.

Tentu saja Ara langsung mendekati Mark. Ia memposisikan dirinya berjongkok di samping kiri laki-laki itu, sedangkan Lami di kanan.

"Mark ke UKS, yuk! Lucas bantuin!" Lucas langsung mendekat dan membantu Mark berdiri.

"Kak, gue--"

"Gak. Mulai sekarang lo jauhin Mark! Lo tau siapa penyebab semuanya? Lo!" Lami meninggikan intonasi suaranya di akhir dialognya.

Setelah ketiga orang itu pergi. Tersisa lah Ara, Winwin dan Mingyu yang masih belum beranjak dari sana.

"Ra--"

PLAKK!

Satu tamparan lolos di pipi kiri Winwin. Ia sedikit meringis memegangi pipinya yang mungkin terlihat memerah karena kulitnya yang putih.

Sedangkan Mingyu, ah laki-laki itu hanya menyimak sejak tadi. Sepertinya Ia sudah ketularan penyakit Jaehyun.

"BANGSAT! LO APAIN DIA? HAH!" Ara tak peduli lagi. Biar saja dirinya dipandang buruk oleh kedua laki-laki di hadapannya itu, hanya karena melantunkan kata kasar yang mungkin bisa dibilang jarang diucapkannya.

"Gue gak mukul wajahnya sama sekali! Gue gak tau kenapa dia sampai mimisan!" Winwin membantah ucapan Ara.

"Bohong! Gak mungkin dia mimisan tanpa penyebab! Lo keterlaluan! Entar Siapa yang bakal disalahin? Gue! Orang-orang bakal nyalahin gue kalau masalah ini tersebar di sekolah!" Bentak Ara dengan sarkastik.

"Iya emang salah lo! Makanya jangan ganjen! Siapa suruh lo pulang bareng dia!"

"Gue cuma pulang bareng! Cuma pulang, Winwin! Bisa gak sih, gak usah berlebihan! Gue tanya, kita ada hubungan? Hah! Enggak kan?" Ara memberikan tekanan di kata terakhir dialognya.

"Dan terus, semalem gue liat lo sama Naisha di Mall? Itu apa hah! Lo cuma bisa ngelarang gue, sedangkan lo sendiri? Sadari kesalahan lo sendiri sebelum lo mengutarakan kesalahan orang lain!"

Flashback on

"Makan dulu gimana? Kan belum sarapan tadi."

"Terserah Mama aja."

Sejak memasuki Mall, yang Ara lakukan hanya mengikuti kemana Mamanya pergi. Menyimak pembicaraan Mamanya dengan teman arisannya. Meladeni Mamanya yang selalu meminta pendapatnya saat memilih barang, tapi percuma Ara memberikan pendapatnya. Karena Mamanya tetap memilih barang yang dipilihnya sendiri. Jadi apa gunanya meminta pendapat.

Sekarang, mereka sudah berada disalah satu restoran cepat saji pilihan Mamanya. Yang pertama kali Ara perhatikan di restoran itu, bukan menu makanannya ataupun keadaan restoran itu. Tapi kedua orang yang sedang asyik bercengkrama seperti lupa bahwa dunia tak hanya mereka isinya.

Pengagum Senja | Mark Lee Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang