Nine

230 39 20
                                    

2800+ kata. Lagi mood nulis banyak hhe. Semoga tak jenuh💚

Happy reading ♥️

(◠‿・)

"Di sini, Kak?" Ara membuka suara saat Mark menghentikan mobil di tempat yang asing untuknya.

Mark mengangguk, lalu keluar dari mobilnya diikuti Ara.

Lokasi itu ramai pengunjungnya. Banyak pepohonan dan bunga-bunga yang tumbuh dengan terawat. Singkatnya, itu seperti tempat piknik.

Dapat Ara lihat banyak anak-anak SMA yang masih memakai seragam dan mahasiswa yang berkunjung. Beberapa datang untuk sekedar menghabiskan waktu dan ada juga yang mengerjakan tugas sekolah.

Satu kata pertama yang Ara gumamkan saat melihat tempat itu, indah.

"Di situ aja, kosong." Mark menunjuk salah satu karpet yang tak berpenghuni diletakkan begitu saja di atas rerumputan yang terawat. Sepertinya memang sengaja diletakkan untuk para pengunjung.

Banyak karpet kosong lain, tetapi Mark memilih karpet yang berada dibawah pohon angsana yang cukup besar, banyak juga orang-orang yang memilih duduk di bawah pohon itu.

"Dek, pacarnya ganteng, bule ya?"

"Sayangnya masih sekolah. Gue sih kecepatan brojol."

"So sweet banget belajar berdua."

Ingin sekali Ara meneriaki orang-orang itu. Tapi Ia masih tau malu. Pipinya sudah merah merona seperti kepiting rebus.

"Gak usah didengerin." Mark mendekat dan sedikit berbisik. Andai Ia tahu, yang Ia lakukan malah semakin membuat gadis itu semakin diselimuti kecanggungan.

"Ada pesan dari Bu Krystal?" tanya Mark.

"Ada. Katanya, cukup ngulang materi kemarin aja," jawab Ara yang tengah sibuk dengan buku-bukunya.

"Materi kemarin tentang apa?"

"Rumus konversi suhu."

"Udah paham yang dijelasin Bu Krystal kemarin?"

"Udah. Udah hapal rumus-rumusnya juga."

"Kalo gitu, kakak kasih soal aja, gimana?"

"Terserah kakak."

Mark mengambil alih buku dan bolpoin milik Ara. Dapat Ara lihat, laki-laki itu menuliskan beberapa soal tentang rumus konversi.

"Tiga soal aja, kak?" tanya Ara saat Mark menyerahkan kembali bukunya. Mark mengangguk.

"Jangan liat google."

"Iya, kak."

Posisi Ara sekarang, duduk dengan sedikit menundukkan punggungnya. Dirinya masih sibuk bermain dengan angka-angka dan rumus. Namun, konsentrasi Ara sedikit tergugah dengan rambutnya yang dibiarkan terurai begitu saja beberapa kali mengenai wajahnya karena hembusan angin.

"Tunggu bentar." Dapat Ara lihat laki-laki itu beranjak dari tempat duduknya, pergi entah kemana. Toilet mungkin, pikir Ara.

Lima menit kemudian, Mark kembali dengan dua botol air mineral di genggamannya dan satu plastik kecil berisi beberapa ikat rambut yang tadi sengaja dibelinya di toko serba ada di sekitar tempat itu.

Ara tersentak bahkan tak sengaja mencoret bukunya, saat merasakan helaian rambutnya yang menutupi wajah ditarik pelan kebelakang oleh dua tangan orang lain.

Mark menyatukan setiap helai rambut gadis itu, lalu diikatnya dengan telaten. Merasa ikatannya cukup kencang, Mark menyudahi kegiatannya.

"Makanya kalau punya rambut panjang tuh diikat, biar gak risih," ucapnya kemudian.

Pengagum Senja | Mark Lee Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang