G:re Spesial Chapter : Make a Wish (Birthday Story)

489 82 12
                                    

Ingatan masa lalu

           Kegelapan malam, sunyi. Seorang anak memejamkan mata di depan sinar cahaya telepon genggam yang menyorot ke arahnya. Meski silau, anak itu nampak terus tersenyum manis. Tubuh kecilnya pun muat masuk ke dalam celah lemari. Ditemani sang kakak yang sibuk dengan telepon genggamnya.

          Khan yang sibuk akan kejutan yang dipikirkan, sampai ia mendengar seseorang masuk ke dalam kamar. Sangat jelas. Buru-buru Khan mematikan ponselnya.

          "Bunda tau kalian di mana, cepat keluar, gih."

          Si bungsu yang mendengar langsung saja bergerak keluar, tetapi gerakannya langsung dikunci oleh sang kakak. Badan yang terlampau berbeda jauh dari si kakak, tak bisa memberikan akses bisa terlepas.

          Membisu, derap langkah bahkan terdengar sangat jelas. Bermain di malam hari, sangat tak lazim. Kunang-kunang terbang menghiasi suasana malam dari balik jendela kaca, sepoi angin yang berbeda. Seperti memberi kesan ketenangan.

          Nana menyalakan lampu kamar putranya dan langsung saja membuka lemari. Di depan mata ia melihat bagaimana Khan memperlakukan Azmi yang sedikit aneh dipandang. Sorot mata yang masih cerah tak menunjukkan rasa kantuk. Nana yang gemas langsung mengangkat Azmi ke dalam pelukan.

          "Sebentar lagi ayah pulang, Aufa mau bantuin Bunda?" ucap Nana sambil memakaikan bando kuping kucing di kepala Azmi.

          "Sama Kakak juga? Kasian Kakak kalau enggak diajak, Bunda." Bibir kecil yang berucap membuat gemas Khan yang langsung mengambil alih menggendong Azmi.

          "Ya sama Kakak dong, kalau nggak ada Kakak kan Adhek cengeng. Harus selalu sama Kakakmu yang tampan ini."

          Gelap malam sudah menjadi hal biasa, menunggui seorang kepala rumah tangga pulang dari kerja untuk menghidupi keluarga. Nana pergi ke dapur untuk membawa semua keperluan yang akan digunakan. Tertera tulisan 43 pada kue yang sedari pagi ia buat. Kejutan tengah malam yang sudah mereka siapkan untuk Hendra.

          Cahaya yang semula terang menghiasi semua ruangan kini tiba-tiba redup. Tak terlalu meriah memang namun nuansa yang dihasilkan begitu alami. Azmi setia menunggu, bolak balik ia mengintai dari jendela ruang tamu. Anak kecil yang tak tau takut.

          "Dhek, sini, harus pakai ini dulu. Biar cakepnya nambah," kata Khan membalur wajah Azmi dengan bedak bayi dan sedikit riasan dipipi serta bibir. "Rambut perlu dikuncir nggak, Bun? Atau cukup pakai bando ini aja?"

          "Begini saja sudah cakep, kok, anak Bunda satu ini nurut banget, Bunda nambah sayang banget. Nanti kalau Ayah bilang aneh-aneh, Aufa jawabnya gimana? Masih ingat tidak?"

          "Masih, Aufa tinggal bilang 'wajah Aufa kan anugrah'. Gitu kan?" Azmi yang masih polos. Kepolosan yang sangat menggemaskan bagi keluarganya.

          Nana bukannya ingin merubah tampang anaknya menjadi seorang gadis kecil. Ia lebih ingin menunjukkan kelucuan dan keimutan diusia Azmi yang masih kecil. Namun, sayang, wajah Azmi yang terlahir meniru wajahnya, ketika didandani wajah anak itu akan berubah menjadi gadis yang cantik. Seperti sekarang ini, ia tak mau menyiakan moment.

          Di luar rumah Hendra hati-hati memarkirkan mobil. Sekilas ia melihat jam di tangannya, masih jam dua belas kurang. Ia tadi memang berencana pulang lebih awal, sejenak Hendra menetralkan pernapasannya. Gugup. Aliran darahnya terasa sangat cepat mengalir, seperti bersemangat.

          Tiba di depan pintu ia dikejutkan oleh Azmi yang sudah membuka lebih awal. Baju warna navy yang senada dengan warya baby blue, anaknya mendekat dan memberikan sebuah pena.

GASTRITIS :reTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang