G:re Chapter 13 : Ungkap kan.

678 93 61
                                    

          Senyum terpatri di bibir Azmi. Ia berulang kali terlihat sangat bahagia sekali ketika mengingat kejadian pagi ini. Suasana kantor sedikit berbeda karna acara makan pagi yang sangat mendadak. Hana sedari subuh menyiapkan makanan dibantu oleh Hanin.

          Tak seperti pagi sebelum-sebelumnya, acara ritual makan dilakukan bersama-sama dengan para karyawan di kantor. Walaupun sedikit ada drama karna Azmi yang ngeyel menaruh sambal di piringnya. Hasilnya ia mendapat tatapan intimidasi dari Khan.

          "Guya-guyu, kesambet, ta?"

(ketawa-ketiwi, kesambet, ya?)

          "Opo, seh, kok ngurus."

(Apa, sih, kok mengurusi.)

          "Sumpah! Aku demen kon damai, aman, tentram, lan sejahtera kambek mas-mas mu ngene iki," ucap Zain bersemangat, sampai-sampai membuat Azmi mendelikkan mata dan reflek menutup mulutnya.

(Sumpah! Gue suka lu damai, aman, tentram, dan sejahtera sama kakak-kakak lu seperti ini,)

          "Iso kalem ra lek mu omong, kok nge-gas."

(Bisa pelan nggak kalau lu ngomong, kok nge-gas.)

          "Mi ...," kata Zain sambil menangkup pipi Azmi. "... Hanan jian tresno kambek mbakmu, hahaha."

(... Hanan sangat cinta sama mbak kamu, Wkwkwk.)

          "Ra jelas, wes kono ngaliho, ganggu ae wong."

(Nggak jelas, udah sana pergi, ganggu aja kamu.) saya kadang bingung nerjemahinnya kek mana... kadang-kadang..T>T

          "Yowes to, tak ganggu mas Rais ae. Eh, katanya mas Rais minggu depan suruh kasih lihat." Azmi mengangguk. "Emang kasih lihat apaan, Mi? Lu normal kan? Sumpah?!"

(Yaudah sih, mau ganggu mas Rais aja.)

          "Ngalio! Omonganmu ra jelas!"

(Enyahlah! Bicaramu mulai nggak jelas!)

          Zain bergegas ke luar ruangan sebelum penggaris segitiga yang sedang dipegang Azmi melayang. Lalu Azmi kembali memasukkan penggarisnya ke dalam sampul dan melanjutkan aktivitasnya kembali di depan laptop.

          Hanya tinggal beberapa pewarnaan lagi setelah itu ia bisa mengistirahatkan punggungnya. Sambil sesekali melihat ke ruangan sebelah yang di sana ia bisa melihat ayahnya masih bercengkrama dengan karyawan kakaknya.

          Tepukan di bahu seperti memberi semangat. Senyuman manis Azmi yang ditularkan dari Hendra. Sesekali Hendra juga melirik ke arah Azmi yang sedang melihatnya. Entahlah, anaknya itu membuatnya selalu gemas. Hingga ia berdiri dari tempat duduknya dan berjalan ke arah Azmi.

          Azmi yang melihat itu sedikit terkejut dan napasnya tiba-tiba saja sesak. Kenapa ia harus tegang? Oh, Azmi.

          "Ada kesulitan?" tanya Hendra.

          Azmi yang kikuk harus menjawab apa akhirnya ia hanya bisa menggelengkan kepala. Kedatangan ayahnya malah membuat Azmi menjadi tidak fokus, bahkan telapak tangannya kini mulai berkeringat.

          "Kalau ada yang tidak mengerti, beri tahu Om. Nanti Om bantu."

          Kata itu, bukan ayah. Azmi menjadi merasa bersalah. Matanya berembun, perasaannya kenapa jadi kacau. Aneh, bukankah ini memang kemauannya.

GASTRITIS :reTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang