G:re Chapter 19 : Kelabilan

557 83 6
                                    


          Sekotak susu coklat terambil oleh tangan seorang yang sedari tadi kebingungan memilih merk susu. Kotak-kotak kardus di rak etalase swalayan tersusun rapi. Sangat rapi hingga tanpa sadar Khan memotret barisan tersebut. Malam hari, Khan membeli barang-barang keperluan yang sudah dipesan Hana. Dari sayur, buah, pembersih, hingga camilan. Semua tertulis rapi dalam sebuah chat whatsup.

          Berkeliling melewati lorong etalase di temani oleh Hanin dan berbagi tugas. Walau pikiran Khan masih saja melayang tentang Azmi. Seseorang yang sudah hampir dua hari tak pindah dari kasurnya.

          Tersadar hanya sebentar, lalu ia kembali tertidur. Ingin sekali Khan langsung membopong adiknya dan membawanya menuju rumah sakit, tetapi Khan kalah akan janji.

          "Mas Khan ke kasir aja dulu, Hanin mau ambil keperluan, hehehe," ucap Hanin berlalu pergi ke bagian kewanitaan.

          Dengan langkah biasa Khan menuju kasir, sedikit melihat orang yang di depannya membeli belanjaan cukup banyak atau terlampau banyak. Terbitlah senyum manis di malam hari, Khan menebarkan kemanisannya di hadapan nenek.

          "Ini Uti belikan buat sampean," kata nenek itu sambil memberikan permen manis.

          "Matur sembah nuwun Uti, semoga sehat selalu." Dengan sopan Khan mendoakan.

          Setelah kepergian Nenek tersebut tak berapa lama Hanin sampai di kasir. Mereka menunggui hingga selesai. Di parkiran, Khan mengangkat barang sekaligus menata supaya muat. Tak ketinggalan Khan masih menyimpan permen yang ia dapat di saku bajunya.

          Perjalan pulang ke rumah tak terlalu jauh karna letak swalayan yang sangat dekat dengan komplek perumahan. Di perjalanan Hanin sepemikiran dengan Khan. Bagaimana jika Azmi di rawat saja dan tentu saja dijawab Khan, 'tidak'.

          Pintu gerbang terbuka lebar, dibukakan oleh sosok Ghaffar yang sedari tadi menunggui saudaranya pulang. Lekas ia membantu membawa barang-barang masuk. Khan yang memasrahkan barangnya kepada Ghaffar langsung saja naik ke lantai atas. Melihat keadaan adiknya kembali.

          Napas yang sudah mulai bisa diatur. Keringat yang sudah tak banyak seperti sebelumnya. Khan juga tak menyangka, seorang Azmi yang kalah akan lemon.

          "Kakak tadi dapet permen, buat adhek aja. Kakak taruh di sini, ya." Khan menaruh permen di meja belajar Azmi.

          "Kakak juga ada belikan susu coklat, camilan yang nggak pedas kesukaanmu. Lalu pastinya beberapa vitamin ...." Khan mulai duduk bersandar di kasur Azmi.

          "Azmi ... sesakit itukah? Jangan ikuti jejak bunda, ya. Jangan menyamakan sakit seperti bunda. Bisakah tak membahayakan diri Azmi?"

          Seperti mendengar apa yang Khan katakan, Azmi merubah tidurnya menyamping kanan. Khan langsung saja merapikan selimut yang tersingkap. Dengan posisi yang sama dan berbeda arah Khan tidur sambil mengelus suarai yang sudah mulai berubah warna menghitam.

          Rambut itu sangat lembab dan kulit tubuh menghangat. Sejenak Khan memainkan anak rambut Azmi dan setelah dirasa puas, ia pun mulai tenggelam dalam mimpi. Tertidur di samping sang adik, berharap esok ia dapat melihat Azmi seperti biasanya.

G:re

          Senin pagi yang masih hujan sejak subuh dini hari. Zain bolak-balik masuk keluar kantor karna sebuah pesan. Menunggu di pos jaga masih menggunakan payung yang ia capit dengan tangan kirinya. Nampak dari kejauhan ia melihat siluet Hanan yang berjalan beriringan bersama Azmi.

GASTRITIS :reTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang