Jangan bosen-bosen ya baca cerita aku! Semoga kalian suka🤗.
Happy reading!')
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ara menetralkan pandangannya, ia berada diruangan yang bertembok putih dan tidur di atas brankar.
Ini kedua kalinya Ara tertidur disini, pelan-pelan ia membuka mata nya dan langsung menangkap sosok yang berdiri tegap disamping nya dengan tangan yang bersekap didada.
"Kalo sakit gak usah maksain diri, ngerepotin. Ck,"
"Ara sehat kok, tadi cuma nggak kuat aja kalo buat lari, kak," cicitnya.
Hanafi mengambil gelas yang berisi air putih diatas nakas. Lalu menyodorkan nya ke Ara.
"Nih, minum," Ara memposisikan dirinya menjadi duduk dan menerima air minum yang diberikan Hanafi.
"Udah mendingan 'kan? Bisa lo pulang sendiri?," tanyanya dengan nada sinis.
"Bi-bisa kok, kak Hanafi kalo mau pulang, pulang aja Ara gak papa,"
Hanafi tidak mungkin meninggalkan nya disini sendiri, apalagi hari sudah sore begini.
Ia mengambil tas Ara dan melampirkan kepundak nya.
"Ayok, gue anter lo pulang!,"
Ara membulatkan matanya kaget. Benarkah Hanafi akan mengantarkan nya pulang?.
"I-iya kak," siall kenapa dirinya harus gugup begini.
🌸🌸🌸
Ara memegang bahu Hanafi sebagai pertahanan, pingin sih ia peluk dari belakang. Tapi 'kan gak sopan.
"Rumah lo dimana?," tanya Hanafi sedikit kencang.
"Hah?," ia tidak mendengar pertanyaan Hanafi. Mereka memang sedang berada diatas motor menuju rumah Ara.
"Rumah lo dimana?," tanyanya sekali lagi.
"Oh itu kak komplek A nanti kita lurus terus belok kiri,"
Setelah itu terjadilah keheningan yang melanda keduanya. Ara canggung untuk memulai percakapan.
"Udah sampe, lo boleh turun dari motor gue!," titahnya.
Ara pun turun dari motornya. Baru saja Hanafi ingin melajukan motornya, Ara malah memberhentikannya.
"Em, kak makasih ya udah nolongin Ara," ucap Ara malu-malu.
Hanafi tersenyum hangat lalu mengusap pelan rambut Ara. Membuat Ara salah tingkah bukan main.