"Kak Hanafi apa-apaan sih!" pekik Lea.
"Gue gak suka lo selalu kasihan sama Ara. Dia itu udah dewasa Lea, dia bisa jaga diri," ujar Hanafi. Lea membuang wajahnya asal.
Hanafi benar-benar tidak mempunyai hati.
"Kakak jahat banget tau gak sih!" ucap Lea menghapus air matanya.
"Gue gak jahat. Justru lo yang jahat, kalo emang lo sayang sama Ara harus nya lo gak perlu 'kan sembunyiin semuanya. Dengan itu Ara bakalan sadar dan gak ngarepin gue lagi," ujar Hanafi dengan nada serius.
Lea menatap tak percaya. Bisa-bisanya Hanafi berbicara seperti itu, sedangkan Lea berusaha mati-matian untuk tidak membocorkan ini semua kepada Ara.
"Aku gak mau! Ara itu baik, kakak yang jahat," ucap Lea frutasi.
Mereka sedang ada di rooftop sekolah, jadi Lea bisa sepuasnya teriak.
"Gue gak jahat, Lea!" ujar Hanafi emosi.
"Brisik anjir, drama banget idup kalian goblok!" Hanafi dan Lea terkejut, ternyata ada orang lain disini selain dirinya.
"Ngapain lo disini?" tanya Lea. Raka tersenyum sinis.
"Kalo Ara tau, dia bakal maafin lo gak ya," ujar Raka memanggutkan kepala seolah menerawang apa yang akan terjadi pada Ara dan Lea.
"Gak usah ikut campur urusan gue!" sahut Lea.
"Lo siapa?" kini Hanafi yang membuka suara. Ia sama sekali tidak mengenali laki-laki yang ada dihadapannya ini.
Raka mengamit tangan Hanafi, lalu menggenggamnya. "Kenalin, gue Raka, mantannya Ara," Raka tersenyum puas mengakui itu.
"Pantes, gak ada bedanya sama Ara," cibir Hanafi.
"Maksud lo apa, anjing!" Raka bersiap memukul rahang Hanafi namun tangannya dicekal oleh Lea.
"Stop, Raka, Kak Hanafi!"
"Lo boleh jelek-jelekin gue. Tapi lo gak bisa jelek-jelek 'in Ara didepan gue. Pengecut!" Raka meludah kasar lalu berlalu meninggalkan mereka berdua.
"Stop kak. Jangan diperpanjang, aku mau ke kelas," Hanafi mencekal tangan Lea namun Lea menepis kasar.
•••
Ara menelungkup kan wajahnya diatas meja, ia ingin sekali menangis saat ini juga. Namun ia tahan, Ara tidak ingin terlihat lemah hanya karena laki-laki.
Pipinya terasa dingin, Ara mendongak menatap Raka sekilas ternyata Raka yang menempelkan minuman dingin. Lalu memposisikan dirinya seperti semula.
"Lagi sedih ya?" Ara menggeleng.
"Bangun dulu, gue bawain minuman seger buat lo," tak ada respon dari Ara, Raka mendudukan bokongnya disamping Ara.
Raka menepuk bahu Ara pelan, ia tahu pasti Ara sakit hati dengan Lea dan Hanafi.
"Gue tau pasti sakit, Ra," gumam Raka. Ara merubah posisinya menjadi duduk tegap, menatap aneh.
"Maksud kamu apa?"
Raka menggeleng, mungkin Ara belum tahu perihal hubungan khusus Lea dan Hanafi.
"Gakpapa, nih minuman buat lo," tawar Raka sekali lagi.
"Makasih Raka," ujarnya. "Oh ya Lea kemana kok belom dateng juga?"
Raka mengidikan bahunya acuh.
"Gak usah lo pikirin Lea lagi, Ra. Dia itu udah nyakitin lo secara halus," ujar Raka.
"Dia baik kok. Mungkin ini udah jalannya Rak,"
Raka tersenyum simpul, inilah yang ia suka dari Ara. Dia selalu berfikir positif apapun kesalahan yang mereka buat.
"Lo emang baik Ra," ucapnya mengusap pelan kepala Ara.
"Aku selalu baik 'kan?" tanya Ara.
Raka terkekeh. "Selalu, tetep jadi baik sejahat apapun mereka ke lo,"
Ara mengangguk, lalu meneguk minumannya. Ternyata beneran seger.
"Ara harus buang jauh-jauh perasaan Ara ke Kak Hanafi 'kan Rak?"
Raka mengangguk antusias. Ara memang tidak pantas untuk disakiti.
"Harus, lo tepis semua perasaan lo ke Hanafi sialan itu,"
"Gak boleh ngomong kasar, Ara gak suka!" peringat Ara untuk kedua kalinya.
"Iya-iya, yaudah gue ke kelas dulu. Kalo lo butuh apa-apa hubungin gue," Ara mengangguk lalu melambaikan tangan seraya berucap 'bye'
•••
1 part lagi END🤗 BYE-BYE XIXI!🥰🥰
![](https://img.wattpad.com/cover/245305730-288-k485298.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Syahdan Hanafi (On Going)
Teen Fiction"Apa yang lo suka dari gue?". Tanya Hanafi. "Kamu manis". Jawab Zahra dengan malu-malu. ---