Happy reading!
Ara mengerjapkan matanya beberapa kali, membuat Aldo dan Lea menghampiri Ara yang tengah tertidur diatas brankar.
"Kenapa bisa ada digudang?," tanya Aldo.
"Raka," gumamnya.
Lea dan Aldo menyerengit heran, kenapa Ara menyebut nama Raka?.
"Raka?," tanya Aldo memastikan. Pasalnya tadi ia bertemu dengan Raka dan dia bilang tidak melihat Ara.
Ara mengangguk membenarkan.
"Ra-ka yang kunciin aku digudang, kak," Ara menangis, Lea menepuk bahunya pelan berusaha menenangkan.
"Kayaknya nggak mungkin Raka deh, Ra," ujar Lea.
Ara menggeleng. "Beneran Raka, Le," sahut Ara sembari mengusap air matanya.
"Beneran Raka dek? Soalnya tadi kaka sama Lea ketemu dia, katanya dia belom ketemu kamu," jelas Aldo. Ia juga heran kenapa bisa Raka yang ia kenal baik melakukan tindakan seperti ini kepada Ara.
"Iya kak, hiks tadi Ara udah sampe ke sekolah, terus ketemu Raka dikoridor. Pas Ara pengen pergi, Raka narik tangan Ara terus Ara didorong ke gudang,"
Aldo tersulut emosi, bisa-bisanya Raka berbicara tidak melihat Ara yang jelas-jelas ia kurung di gudang.
Aldo pergi meninggalkan Ara dan Lea. Ia ingin memberi Raka pelajaran!.
Ara menggeleng, ia meminta tolong pada Lea agar mencegah Aldo. Lea mengangguk dan berjalan meninggalkan Ara sendiri.
Ara merapalkan doa semoga saja Aldo tidak berbuat macam-macam. Ia tidak ingin Aldo dihukum apalagi sampai di skors.
Pintu uks terbuka, Ara sontak terkejut. Ia melihat Hanafi sedang memapah seseorang yang mungkin sakit juga.
"Lo tiduran disini dulu, Re," titah Hanafi. Rere mengangguk dan tersenyum ke arah Ara. "Gue mau panggil petugas PMR dulu buat kasih lo obat," lanjutnya
Ara tersenyum miris, melihat orang yang ia cintai sebegitunya memberikan perhatian kepada wanita lain.
"Lo, sakit juga?," tanya Rere kepada Ara yang sedang melamun.
"Hei, kok bengong?," ucapan Rere membuyarkan lamunan Ara.
"Hah? Kenapa, kak?," tanya nya seperti orang bego.
"Lo sakit?," Ara menggeleng.
"Enggak, Ara tadi pingsan didalem gudang. Dan yang bawa Ara kesini kak Aldo sama Lea," Rere hanya ber'oh' ria.
Lalu Hanafi kembali dengan satu orang petugas PMR.
Ia sempat melirik ke arah Ara, tetapi langsung berjalan cepat menuju brankar Rere.
Ara lupa menanyai perihal hubungan Hanafi dan Rere. Mungkin akan ia tanyakan nanti.
🌸🌸🌸
Bughh
Bughh
"Brengsek lo!," Aldo terus melayangkan pukulan dibagian rahang Raka.
"Lo punya masalah apa sama adek gue!," Raka hanya terkekeh.
"Gue pengen aja kurung adek lo didalem gudang," ujarnya sembari memegang rahangnya yang terasa nyeri.
"Sialan lo! Gue nyesel udah percaya sama lo, gue kecewa sama lo, Rak," Aldo melayangkan pukulan pada sudut bibirnya lalu pergi meninggal 'kan Raka yang sudah tergeletak dilantai.
Lea membekap mulutnya tak percaya. Ternyata Aldo seram juga jika marah.
Lea mengejar Aldo, melihat Aldo yang sedang terengah-engah menahan emosi membuat Lea mendeketi dan memberi usapan lembut ke bahu Aldo.
Aldo mendongak, lalu tersenyum. Seolah berkata 'gue gakpapa'.
"Kaka seharusnya nggak mukul Raka, kalo setelah ini kaka dipanggil kepala sekolah 'kan nanti Ara yang ngerasa bersalah," Aldo menghela nafas pelan, ia tidak memikirkan sampai situ.
"Kita jemput, Ara," lalu ia berdiri dan berjalan bersama Lea.
🌸🌸🌸
"Lo sakit juga?,"
"Engga, tadi Ara pingsan,"
Hanafi berdecak.
"Kalo nggak kuat fi--," ucapan Hanafi terhenti ketika pintu uks terbuka dan memperlihat 'kan Aldo dengan wajah yang penuh keringat dan nafas yang tersenggal.
Aldo melirik Hanafi sebentar lalu beralih ke arah Ara.
"Kakak udah hajar, Raka. Kamu gak usah khawatir, kalo Raka ngapa-ngapain kamu lagi langsung kabarin kaka, oke!,"
Ara mengangguk. Hanafi mengerut 'kan dahi tak mengerti.
"Kenapa?," akhirnya ia membuka suara.
"Gakpapa,"
Hanafi mengangguk saja, ia tidak ingin ikut campur.
"Lo ngapain?," tanya Aldo pada Hanafi.
"Tuh," Hanafi menunjuk ke arah perempuan yang sedang berbaring juga seperti Ara.
"Oh,". "Itu pacar lo?," sepertinya pertanyaan Aldo mewakili kekepoan Ara.
"Temen," Ara bernafas lega, ia takut jika Rere adalah kekasih Hanafi.
Aldo ber'oh' ria. Lalu beralih ke arah Ara sembari mengusap rambutnya.
"Maafin kaka, dulu gak percaya sama ucapan kamu tentang sikap buruk Raka,"
"Gakpapa kak, itu 'kan udah lama banget. Gak usah diungkit ya," Ara tersenyum berusaha menenangkan Aldo yang terlihat sangat khawatir atas kejadian ini.
🌸🌸🌸
"Ra, lo udah baikan?," tanya Lea.
"Udah kok, makasih udah nolongin Ara," Lea menggeleng menatap sedih sahabatnya.
"Maafin gue, Ra," Lea terisak.
"Gakpapa, bukan salah kamu kok!," ujar Ara. Membuat Lea semakin terisak.
"Kalo aja gue nggak nyuruh lo buat cepet-cepet ke sekolah. Mungkin ini gak terjadi,"
Ara menghapus airmata Lea lalu tersenyum
"Udah gakpapa, aku udah baik 'kan ini,"
Lea langsung menghambur 'kan pelukan nya dan Ara membalas pelukan nya.
Lea teringat satu hal. Dengan cepat ia melepaskan pelukan nya.
"Denger-denger kak Hanafi mau dijodohin," Ara terkejut.
"Serius?!,"
"Iya,'
"Gak usah boong, Le,"
"Gue nggak boong, tadi pagi gue denger mak nya lagi ngobrol sama tukang sayur keliling,"
"Ah nggak mungkin!," ujar Ara. "Emang sama siapa dijodohin nya?,"
Lea menggidikan bahu tak tahu.
Ara menenggelam 'kan wajahnya diatas meja, mood nya sangat buruk. Ara sudah kembali ke kelas lima menit yang lalu.
Lea jadi tak enak hati mengatakan itu pada Ara.
🌸🌸🌸
KAMU SEDANG MEMBACA
Syahdan Hanafi (On Going)
Teen Fiction"Apa yang lo suka dari gue?". Tanya Hanafi. "Kamu manis". Jawab Zahra dengan malu-malu. ---