12. Menyatakan cinta

21 20 5
                                    

Ara memikirkan ucapan Lea tadi pagi, ia berniat menemui Hanafi dan menanyakan perihal perjodohan Hanafi dengan wanita lain.

Ara mondar-mandir tak karuan, ingin bertemu Hanafi saja rasanya sulit sekali.

Mata Ara berbinar kala melihat Hanafi keluar dari kelas dengan membawa buku paket yang berada di tangan nya.

Ia segera berlari kecil, menghampiri Hanafi. Sontak Hanafi memberhentikan langkahnya. Ara menyengir tak berdosa.

"Mau Ara bantuin nggak?,"

"Ga,"

Ara mengerucutkan bibirnya, Hanafi berjalan mendahului Ara yang masih terdiam ditempat.

"Kak stop dulu. Ara mau ngomong sesuatu," Hanafi menghiraukan permintaan Ara, ia terus berjalan tanpa menoleh ke arah Ara.

"Kak pliss!," mohon Ara. Ia menampilkan wajah melasnya. Membuat Hanafi berhenti dan menengok kebelakang.

"Apa?,"

"Ara tuh suka sama kaka! Peka dong kak. Seenggaknya hargain Ara,"

"Gue gak nyuruh lo buat suka sama gue!,"

"Perasaan sesorang 'kan gada yang bisa ngatur," ucap Ara. "Kalaupun Ara bisa ngatur sesuka hati, Ara juga gak mau suka sama kaka!,"

Jujur ia sakit hati sekali dengan ucapan Hanafi.

"Apa yang lo suka dari gue?," tanya Hanafi.

"Kamu manis," jawab Ara malu-malu.

"Karena gue manis? Jadi lo suka sama gue gitu?," Hanafi tak habis pikir dengan perempuan yang ada dihadapannya ini.

Dimana-mana lelakilah yang harus menyatakan perasaannya lebih dulu, bukan sebaliknya.

Ara mengangguk mantap!

"Maaf, tapi gue gak suka sama lo,"

"Karena kaka mau dijodohin 'kan?,"

Hanafi terkejut, kenapa Ara mengetahui tentang perjodohannya?.

"Kok lo tau?,"

"Gak penting kak, apa karena itu? Jawab kak!,"

"Bukan, karena pure gue gak suka sama lo!, gak usah terlalu berharap lebih sama gue. Lo itu bukan tipe gue,"

Tak bisa membendung airmatanya, Ara terisak saat itu juga.

"Ucapan kaka nyakitin banget tau nggak!, kalo pun Ara bisa atur dengan siapa Ara jatuh cinta. Ara ngga akan mau jatuh cinta sama kaka!," ujarnya sembari mengusap airmatanya yang tak henti mengalir.

"Gue minta maaf, tapi buat saat ini gue emang lagi ngga suka sama siapapun. Termasuk lo," tunjuk Hanafi lalu pergi meninggalkan Ara yang menangis kencang.

Ia benci Hanafi, ia benci cinta! Tetapi hati menolak untuk membenci. Ara sudah terlanjur mencintai Hanafi.

🌸🌸🌸

Ara berjalan gontai memasuki rumahnya, Aldo yang melihat itu langsung menghampiri Ara.

"Kenapa? Kok sembab matanya. Abis nangis?," tanya Aldo berbobot. Ara jadi sering menangis setiap kali pulang sekolah. Aldo juga tidak tahu penyebabnya.

Ara memang menyuruh Aldo pulang terlebih dahulu, dengan alasan ia ada urusan penting.

"Gakpapa kak," jawab Ara dengan suara seraknya.

Aldo mengenggam bahu Ara.

"Cerita sama kakak, kamu kenapa? Apa Raka nyakitin kamu lagi?,"

'Bukan Raka yang nyakitin tapi kak Hanafi, kak' batinnya.

Syahdan Hanafi (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang