The past

417 35 4
                                    

"Ap-pa ma-maaf kan a-aku" ucap seorang gadis kecil dengan beberapa luka di tubuhnya.

"Sudah kubilang DIAM!!" Seru pria tersebut yang dipanggil appa.

Terlihat kilatan amarah di mata pria tersebut, gadis kecil itu hanya bisa pasrah dengan apa yang dilakukan oleh appa nya.

Eomma dan oppanya hanya menatap kearah gadis kecil itu. Tak ada niatan untuk menolong atau sekedar menenangkan pria yang sekarang sedang memberi cambukan.

Suara tangis pilu terdengar dari bibir mungil gadis itu. Ia merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Entah apa yang harus ia lakukan.

Beberapa menit kemudian, pria tersebut meyelesaikan cambukannya. Ia buang alat yang tadi ia pegang, kemudian berjalan menuju kamarnya.

"Yuk nak kita ke kamar" ujar wanita kepada anak laki lakinya.

"Ne eomma" jawab laki laki yang terlihat 7 tahun diatas gadis kecil yang sekarang telah tergeletak di lantai.

Keduanya berjalan dengan santai seperti tidak ada hal yang terjadi. Sedangkan gadis menangis tanpa suara. Ia berusaha bangun dari lantai, terlihat dengan jelas luka luka ditubuhnya.

Dengan tenaga yang tersisa, gadis itu berjalan gontai menuju pintu rumah. Ia berjalan perlahan, ia berusaha untuk bisa keluar dari rumah ini. Selama perjalanan ia terus merintih karena cambukan appa nya.

Tujuannya sekarang adalah rumah neneknya, bisa dibilang rumah nenek nya cukup jauh. Namun, ia berusaha untuk mencapai kediaman neneknya.

Udara malam yang dingin membuag luka di tubuh gadis itu bertambah perih. Ia menahan mati mati an rasa sakit di sekujur tubuhnya.

Perjalanan yang cukup jauh akhirnya terbayar juga, gadis itu sudah sampai tepat di depan rumah neneknya. Dengan sisi tenaganya ia mengetuk pelan pintu tersebut.

"Oma" ucap gadis itu dengan pelan, kemudian ia langsung pingsan.

Seorang nenek membuka pintunya, karena merasa ada yang mengetuk pintunya. Betapa terkejutnya ia saat melihat cucu yang ia sayangi tergeletak di depan rumahnya dengan kondisi yang sangat mengenaskan.

"Y/n!?!" Histeris Mirae.

Mirae mengguncang guncangkan tubuh cucunya. Ia mengelus pelan pipi cucunya kemudian membawanya kedalam dekapannya.

"Astaga, apa yang mereka lakukan" gumam Mirae yang sudah dibanjiri air mata.

Skip

Sekarang Mirae sedang duduk di kursi tunggu dengan perasaan cemasnya. Ia meremas sapu tangan yang ia bawa. Ia sangat khawatir dengan cucunya itu.

Tetangganya yang membantu membawa y/n berusaha menenangkan Mirae. Walau ia sudah sedikit tenang, namun hatinya tetap sangat cemas.

"Y/n bertahan lah, Oma janji akan menjagamu. Oma tidak akan pernah memberikanmu lagi kepada orang tua seperti mereka" batin Mirae.

Beberapa saat kemudian dokter menghampiri Mirae. Mirae berdiri bersama dengan tetangganya yang merangkul bahu Mirae.

"Bagaimana dok, keadaan cucu saya?" Tanya Mirae.

"Luka yang di dapat oleh cucu Anda sangatlah banyak, sampai sampai ada beberapa yang sudah mulai bernanah. Kemudian cucu Anda tidak mengonsumsi apa pun selama seminggu ini. Tapi anda tenang saja, kami sudah mengobati nya sesuai yang kita mampu. Kemungkinan 2 sama 3 jam lagi cucu Anda akan bangun" jelas dokter.

Mirae merasa bersalah dan lega secara bersamaan, Mirae berterimakasih kemudian dokter tersebut pergi.

"Ahjumma, apa mau saya antar pulang?" Tanya tetangga itu.

"Kamu pulanglah, bilang kepada pembantu saya untuk datang besok membawakan baju saya dan cucu saya" ujar Mirae berusaha tersenyum.

"Baik ahjumma, kalau begitu saya pergi dulu" ujar tetangga itu.

Mirae mengangukkan kepalanya, kemudian kakinya melangkah menuju ranjang y/n. Terlihat banyak perban yang menempel di tubuh cucunya. Mirae mengelus pelan kepala cucu kesayangannya.

"Maaf kan Oma ya, Oma janji mulai sekarang y/n tinggal bersama Oma. Sekarang y/n istirahat dulu" ucap Mirae kemudian mencium kepala y/n lama.

***

Keesokan harinya, y/n sudah bangun. Masih terpancar rasa takut di kedua mata y/n. Mirae menggenggam tangan kanan y/n kemudian mengelusnya pelan.

"Sekarang ada Oma, semua baik baik saja" ujar Mirae selembut mungkin.

"Oma aku takut akan membawa sial untuk Oma" ujar y/n dengan suara yang pelan.

"Oma sudah katakan bukan? Kamu itu pemberian paling berharga di keluarga kita, hanya saja mereka belum menemukan itu. Y/n sekarang tenang saja ya, sekarang Oma ada untuk y/n" ujar Mirae dengan nada yang menenangkan.

Y/n tersenyum mendengar penuturan neneknya itu. Hanya neneknya yang bisa menerima 'hadiah' dari Tuhan yang terdapat pada y/n. Dan y/n sangat menyayangi neneknya melebihi apa pun.

"Oma janji tidak akan membiarkan mereka untuk membawamu lagi" ujar Mirae.

"Makasih Oma, aku sayang Oma" ujar y/n.

Mirae tersenyum kemudian memeluk lembut y/n. Ia menyalurkan semua kasih sayangnya untuk cucu nya itu. Ia yakin cucu perempuannya ini sama sekali tidak mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tua nya.

Skip

"Oma bisakah kita pulang sekarang? Disini terlalu menyeramkan" ujar y/n sambil menatap neneknya dengan penuh harap.

"Nanti Oma bicarakan dengan dokter ya, kalau kamu takut pegang kalung mu itu. Ingatkan kalung itu pemberian dari Opa?" Tanya Mirae.

"Ingat Oma, kalung ini khusus untuk y/n karena kalung ini bisa menenangkan hati y/n. Yah y/n jadi kangen Opa deh" ujar y/n dengan sendu.

"Kalau kamu kangen dengan Opa, berdoa. Tandanya Opa sedang ingin mendengarkan cucunya berdoa untuknya" ujar Mirae.

Y/n mengangukkan kepalanya, kemudian menyatukan kedua tangannya. Ia berdoa dengan khusyuk, ia berdoa yang di dalamnya ada 2 orang yang sangat ia sayangi. Kakek dan neneknya, hanya keduanya ia bisa merasakan kasih sayang.

Semua keluarganya sangat membenci dirinya, mereka beranggap bahwa ia pembawa sial. Karena kelebihan yang ia punya, bisa melihat 'mereka' adalah hadiah dari Tuhan. Tapi semuanya beranggapan lain.

Dan hanya kakek dan nenek y/n yang bisa menerima y/n apa adanya. Memberikan kasih sayang yang cukup, dan pengarahan untuk menjalani hidup bersama 'mereka' di sisi kita.

Y/n sangat bersyukur karena memiliki kakek dan nenek yang sangat hebat. Ia juga bersyukur memiliki yang lainnya, walau ia hanya dianggap pembawa sial. Ia tetap menyayangi mereka semua sama rata.

Terlebih lagi ayah, ibu, dan kakaknya. Walau ayahnya yang suka memukulinya, ibunya yang sering membentaknya, dan kakaknya yang sering menyakitinya. Y/n tetap bersyukur memiliki mereka dan menyayangi mereka.

Y/n anak yang baik, tapi kenapa ia selalu mendapat kesedihan. Namun, y/n selalu berpikir bahwa suatu saat nanti ia akan mendapatkan kebahagiaan yang sesungguhnya dari orang di masa yang akan datang.

Setiap malam y/n berdoa agar bisa bertemu dengan orang yang bisa menerimanya apa adanya.

TBC
Thx
Xoxoxo

L.O.V.E ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang