A destiny

243 29 2
                                    

"Y/n, bangun sayang" panggil Mirae sambil mengetuk pintu kamar cucunya.

"Iya Oma, y/n sudah bangun. Oma turun aja dulu" jawab y/n dari dalam kamar.

"Baiklah, cepat keluar. Nanti kamu telat masuk kuliahnya" ujar Mirae.

"Iya Oma" ujar y/n.

Setelah mendengar suara kaki yang mulai menjauh, y/n bergegas ke kamar mandi untuk melakukan rutinitas pagi nya. Hari ini adalah hari pertama ia akan menjadi mahasiswi.

Sudah hampir 12 tahun y/n tidak bertemu dengan ayah, ibu, dan kakak laki lakinya. Saat ia berniat untuk berkunjung, neneknya selalu melarang dirinya dengan keras. Mau tidak mau y/n harus menuruti apa kata neneknya.

Setelah 15 menit berkutat di kamar mandi, y/n keluar dengan pakaian yang rapi dan tentu saja dengan warna gelap kesukaannya. Sebelum keluar dari kamar, y/n menyempatkan diri untuk melihat penampilannya di kaca.

Dan saat memandangi dirinya, muncul sosok yang memiliki wajah yang hancur. Y/n sama sekali tidak terkejut dengan keberadaan sosok itu.

"Sudah ku katakan, aku tak takut" ujar y/n kemudian langsung mengambil tasnya.

Y/n keluar dari kamar nya dan berjalan menuju ruang makan yang berada di lantai bawah. Disana y/n bisa melihat neneknya yang menyajikan sarapan untuknya.

"Pagi Oma" ucap y/n dengan senyuman manisnya.

"Pagi sayang, duduk yuk kita sarapan bersama" ucap Mirae yang diangguki oleh y/n.

Keduanya duduk berhadapan, kemudian Mirae menyiapkan makanan untuk y/n. Setelah siap, keduanya berdoa sebelum sarapan mereka mulai.

"Y/n tahun depan kamu umur 20 tahun kan?" Tanya Mirae dengan lembut.

"Iya Oma, kenapa?" Tanya y/n.

"Kamu tidak lupa kan?" Tanya Mirae ragu.

"Lupa? Memangnya apa yang aku lupakan?" Tanya y/n, sedangkan Mirae menghela napas pelan.

"Saat kamu berusia 20 tahun, kamu bisa memberikan rasa kepada jodohmu" ujar Mirae.

"Apa itu benar benar terjadi Oma? Kenapa seperti tidak masuk akal?" tanya y/n dengan wajah penasarannya.

"Itu sudah hukum alam sayang, kamu akan membagi rasa sedih, bahagia, takut, dan sebagainya. Dan kemungkinan kamu bisa membagi apa yang kamu pikirkan. Jadi Oma meminta untuk kamu harus jujur dengan jodohmu kelak nanti" ujar Oma menjelaskan dengan kasih sayang.

"Tentu saja Oma, dan aku akan membagikan perasaan bahagia untuk jodohku nanti. Karena Oma selalu berada di sampingku" ucap y/n dengan senyuman hangatnya.

Mirae membalas senyuman itu tak kalah hangat, kemudian keduanya kembali melanjutkan sarapan mereka.

Skip

"Oma y/n berangkat dulu ya" ucap y/n kemudian mencium kedua pipi Omanya itu.

"Iya sayang, hati hati di jalan" ujar Mirae kemudian mencium puncak kepala y/n.

Setelahnya y/n pergi menuju halte bus terdekat. Y/n menunggu sekitar 5 menit, dan akhirnya ia sudah duduk di kursi penumpang.

Dilain sisi seorang pria yang seumuran dengan y/n sedang duduk di kursi makan keluarganya. Di depannya ada ibunya dan di sebelah kirinya ada sang ayah yang sibuk dengan korannya.

"Eomma, apa benar saat umur 20 tahun laki laki bisa merasakan apa yang jodohnya rasakan?" Tanya pria tersebut sambil memandang ibunya.

"Tanya appa mu itu" ujar wanita itu.

"Benar Renjun, kamu bisa merasakan apa yang di rasakan oleh jodohmu. Kayak sedih, bahagia, kecewa, takut dan lain sebagainya. Kemungkinan juga kamu bisa mendengar samar samar pemikiran dari jodohmu" jelas appa Renjun.

"Ah begitu, tapi kalau aku belum mendengarnya saat umur 20 tahun?" Tanya Renjun.

"Ada dua kemungkinan, ia belum memasuki umur 20 tahun atau ia sudah meninggal" ujar appa Renjun.

"Kalau sudah meninggal, berarti aku tidak memiliki jodoh?" Tanya Renjun lagi.

"Appa kurang yakin dengan hal itu, karena yang terjadi mereka sudah bertemu. Hanya ada kemungkinan kecil seperti itu" ujar appa Renjun.

Renjun mengangguk nganggukkan kepalanya paham. Kemudian ia melanjutkan sarapannya.

"Renjun apa kamu tidak terlambat?" Tanya eomma Renjun.

"Kelasku agak siangan, sekitar pukul 9. Jadi aku sedikit santai" jawab Renjun yang diangguki oleh eomma nya.

Beberapa saat kemudian, Renjun sudah menyelesaikan sarapannya. Ia mengambil tas nya yang berada di sofa.

"Katanya jam 9 kelasnya" ujar appa Renjun yang melihat anaknya menggendong tas.

"Mau ketemu dosen dulu, janjian jam setengah 9" ujar Renjun.

"Yaudah kalau gitu Renjun berangkat" ujar Renjun kemudian keluar dari rumahnya.

"Hati hati nak" seru eomma Renjun yang di balas dengan seruan Renjun.

Renjun mengendarai mobilnya menuju kampus. Ia mengendarai dengan kecepatan normal sambil menikmati kegiatan pagi di kota Seoul.

Di tengah perjalanan, terjadi kemacetan yang lumayan panjang.

"Ada apa? Tumben sekali jalanan ini macet saat pagi" gumam Renjun sambil berusaha melihat jalanan di depannya.

Terlihat ada kecelakaan antara 2 mobil, dan itu membuag kemacetan yang sangat panjang.

"Aku harus bagaimana? Sepertinya aku harus putar balik" monolog Renjun kemudian berusaha mengeluarkan mobilnya dari jalur nya.

Hingga kaca mobilnya di ketuk beberapa kali, Renjun terkejut kemudian membuka kaca mobilnya.

"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Renjun.

"Kamu akan pergi kemana?" Tanya perempuan itu.

"Ne?" Tanya Renjun dengan bingung.

"Tujuanmu?" Tanya perempuan itu lagi.

"Ah universitas Seoul" jawab Renjun.

"Bawa aku bersamamu, aku juga akan kesana. Aku tak tahan berada disini" ucap perempuan itu dengan wajah yang mulai pucat.

"Ah iya" ucap Renjun tanpa sadar.

Perempuan itu pun langsung memutari mobil dan masuk ke kursi penumpang di sebelah supir.

"Bisa kau jalan kan mobil ini? Aku benar benar mual melihat mereka" ujar perempuan itu.

Tanpa penolakan, Renjun melakukan apa yang di katakan oleh perempuan yang baru temui ini. Secara perlahan mereka mulai menjauhi lokasi itu.

Nampak perempuan itu menghembuskan napas leganya, kemudian Renjun melihat perempuan itu mengelus kalung yang ia pakai.

"Khem khem, apa yang terjadi disana?" Tanya Renjun.

"Kecelakaan beruntun, kalau dilihat dari sudut pandang mu sih hanya 2 mobil, tapi dibelakang itu ada sekitar 5 mobil lainnya" ujar perempuan itu.

"5 mobil lainnya?!?!? Apa mereka ada yang selamat?" Tanya Renjun.

"Sepertinya tidak ada, mereka melayang dimana mana" ujar perempuan itu.

"Ne?" Tanya Renjun.

"Abaikan saja perkataan ku barusan, dan terimakasih sudah memberikanku tumpangan" ujar perempuan itu.

"Sama sama, btw nama mu siapa?" Tanya Renjun.

"Y/n, semoga kita tidak bertemu lagi" ujar y/n sambil memandang ke arah luar jendela.

"Ne?" Tanya Renjun lagi.

Y/n tak menjawab, ia hanya diam saja. Sedangkan Renjun masih bingung dengan apa yang dikatakan oleh y/n.

"Perempuan aneh" batin Renjun.

TBC
Thx
Xoxoxo

L.O.V.E ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang