🍁 7. Perhatian Manis 🍁

1.3K 240 99
                                    

Selamat siang temans. Kutemani istirahat makan siangmu yaaa🥰🥰🥰

Sudah hampir pukul tujuh malam saat Azalea memasuki rumahnya. Perempuan itu langsung menuju dapur dan merasa bersyukur karena Randu belum pulang. Bergegas dia menanak nasi dan menghangatkan ayam panggang yang dibuatnya tadi pagi. Tangannya begitu cekatan menyiapkan makan malamnya sebelum Randu pulang. Dia berpikir bahwa semuanya harus selesai tanpa memedulikan tubuhnya sendiri yang merasa lelah luar biasa.

Sebuah tangan yang melingkari perutnya membuat Azalea terkejut. Dia segera berbalik dan mendapatkan sebuah kecupan di kepalanya. Entah hanya perasaannya saja atau bagaimana, tetapi dia merasa sedikit lebih segar. Penatnya berkurang setelah Randu mengurai pelukannya.

"Kenapa Mas Randu pulang malem banget?" tanya Azalea dengan tatapan menyelidik.

Sejak dua minggu yang lalu, Randu sering ke luar kota dengan alasan ada beberapa kantor baru yang harus dia kunjungi. Hal itu dibenarkan oleh Dito yang kebetulan bertemu dengannya di acara bulanan yang sering diadakan di hotel tempat Azalea bekerja.

"Kamu yang kenapa? Aku sudah pulang dari tadi dan kamu ...." Randu melirik pergelangan tangannya, "Terlambat hampir tiga jam."

"Mobilnya nggak ada, makanya kupikir belum pulang."

Azalea mendekat kembali pada Randu. Kedua lengannya melingkari tubuh sang suami sementara dia melabuhkan wajah di dada bidangnya. Dihirupnya wangi Randu yang sangat dia sukai lalu memejamkan matanya sesaat.

Tangan Randu melingkari bahu Azalea dan bergumam, "Jadi kenapa?" Ternyata Randu menuntut jawaban pada Azalea daripada menjelaskan hal lainnya.

"Acara kantor Mas Randu sementara hotel sedang penuh. Ya begitulah akhirnya, lembur dadakan," jelas Azalea.

"Mandi sana." Randu melepaskan pelukan mereka dan mendorong tubuh Azalea menuju kamar. Azalea tidak membantah ucapan suaminya karena membayangkan betapa segar badannya nanti setelah mandi.

***

Tak lama kemudian Azalea keluar dari kamar dan langsung menuju dapur. Randu ada di meja makan dan sedang menata masakan Azalea di sana. Azalea juga melihat ada ikan bakar yang sudah pasti dibeli Randu dalam perjalanan pulang dan itu juga sudah dihangatkan. Aromanya langsung membuat Azalea merasa lapar seketika.

"Ikannya enak, Mas. Besok beli lagi, ya," pinta Azalea.

"Dikasih costumer," sahut Randu.

"Kalau dikasih ya ambilnya agak banyakan, dong, Mas."

"Mending beli daripada malu-maluin."

Azalea melirik Randu sesaat dan melanjutkan makannya. Kemudian, hanya ada keheningan yang melingkupi mereka karena jika Azalea tidak berbicara maka Randu pun tidak.

"Mas, habis ini anterin belanja, ya?"

"Iya."

Tidak perlu waktu lama, setelah menyelesaikan makan malamnya Randu dan Azalea langsung pergi berbelanja. Azalea ingin naik motor saja, tetapi Randu justru sudah mengeluarkan mobilnya. Dia beralasan kalau dingin dan tidak mau Azalea sakit. Terlebih lagi Azalea pasti capek karena sering pulang terlambat belakangan.

Tidak ada yang bisa diucapkan Azalea selain terima kasih dan kembali bersyukur atas perhatian Randu. Supermarket yang jaraknya tak jauh dari rumah pun rasanya terlalu sia-sia jika harus membawa mobil. Namun, kembali lagi pada perhatian Randu yang jelas untuk kebaikannya.

Dulu saat masih tinggal bersama orang tuanya, kegiatan belanja merupakan hal yang menyenangkan. Papa akan menurunkannya bersamaan dengan Mama tak jauh dari pintu depan supermarket sementara beliau memarkir mobil. Sementara dengan Randu tidak begitu. Suaminya itu selalu membawanya sampai parkir dan mereka akan berjalan bersamaan dan memulai acara belanja mereka.

Lukisan Hening (BWC 2020)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang