Sore temans. Kuhadirkan lagi Mas Randu untukmu🤭🤭🤭
Azalea mungkin tidak mengalami mual atau muntah di awal-awal masa kehamilannya, tetapi dia tidak luput dari yang namanya ngidam. Kapan pun dia menginginkan sesuatu maka akan dikatakannya di saat yang sama. Seperti sore itu, Azalea baru saja keluar dari hotel tempatnya bekerja. Randu sudah menunggunya di luar.
"Mas, aku kok kepengen sate kambing nasi becek," kata Azalea begitu dia sudah duduk di sebelah Randu.
"Pojok Nganjuk?" tanya Randu.
"Iya."
"Badanmu gimana rasanya?"
"Biasa aja. Emang kenapa Mas Randu nanya begitu?"
"Nggak papa."
Azalea tahu kalau saat itu juga Randu langsung mengemudikan mobilnya ke arah Nganjuk. Begitulah suaminya, apa pun yang dia inginkan akan selalu dituruti secepat yang Randu bisa. Azalea belum pernah mendengar Randu mengeluh atau berkata tidak pada setiap keinginannya.
Dalam perjalanan yang lumayan panjang itu, Randu sempat berhenti di sebuah minimarket dan turun meninggalkan Azalea di mobil. Azalea juga tidak bertanya mengingat suaminya itu pasti tidak akan berlama-lama. Benar saja, tak sampai sepuluh menit, Randu sudah kembali ke mobil dan meletakkan kantong plastik berukuran sedang di antara mereka.
"Minum dulu susunya lalu kita lanjutkan perjalanan," titah Randu seraya mengulurkan susu UHT khusus untuk ibu hamil.
Randu memang menuruti apa saja mau Azalea, tetapi Azalea juga harus menuruti semua perkataan Randu. Pria itu bahkan bersedia repot untuk memperhatikan apa saja yang boleh dan tidak untuk dikonsumsi Azalea. Randu juga rajin membeli buah-buahan yang memang bagus untuk asupan ibu hamil. Singkatnya, Randu adalah ahli gizi dadakan semenjak Azalea mengandung.
Begitu pun saat mereka sudah sampai di Nganjuk. Azalea senang ketika Randu membiarkan dia memesan nasi becek berikut sate kambing sebagai pelengkapnya. Meskipun keinginan awalnya begitu menggebu, nyatanya Azalea tidak menghabiskan sate kambing yang sudah dipesannya. Dia hanya menandaskan nasi becek yang menurutnya memiliki rasa yang luar biasa.
"Mas Randu makan sate kambingnya," ujar Azalea manja.
Randu tidak menjawab ucapan Azalea. Dia hanya menarik piring Azalea dan memakan sate yang tidak dihabiskan oleh si ibu hamil seraya terus memakan nasinya sendiri.
"Suap, Mas," pinta Azalea dengan mulut yang langsung terbuka.
Mengunyah sesendok suapan nasi milik Randu, Azalea merasa lapar lagi. Dia minta terus disuapi hingga semangkuk nasi Randu habis dan minta nambah.
"Katanya kenyang," kata Randu.
"Nasi Mas Randu enak," cetus Azalea. "Mau lagi, tapi disuapin."
Kemudian tidak ada percakapan apa-apa begitu semangkuk nasi becek pesanan mereka datang lagi. Randu menyuapi Azalea dengan telaten hingga semuanya habis. Azalea masih mau lagi, tetapi Randu tidak mengizinkannya.
"Nggak boleh," tolak Randu. "Sudah banyak yang tadi itu."
Azalea merengut menuruti suaminya. Senyumnya baru kembali merekah ketika Randu mengajaknya ke alun-alun dan membeli kacang rebus. Azalea tidak makan terlalu banyak karena dia mengeluh ngantuk.
Entah Azalea harus bersyukur atau bagaimana, saat mengatakan ngantuk, Randu tidak mengajaknya masuk mobil dan pulang ke Sidoarjo. Suaminya itu malah mengemudi ke sebuah hotel dan mengajak Azalea menginap di sana. Randu mengatakan kalau besok ada kunjungan ke kantor Nganjuk, jadi sekalian saja tidak usah pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lukisan Hening (BWC 2020)
Random🥉 Batik Writing Contest 2020 Dikatakan bodoh oleh suami yang dicintainya adalah hal yang tidak pernah diduga oleh Azalea. Tersinggung dengan hal itu, dia menarik diri hingga hidupnya dengan Randu seperti dua orang asing yang tinggal dalam satu atap...