Selamat malam, temans. Mas Randu yang ketulusannya diragukan datang lagi🤭🤭
Menikah dengan Randu adalah hal yang Azalea syukuri. Libur tiga hari yang mereka dapatkan tidak membuat Azalea kecewa mengingat pekerjaannya dan sang suami yang memang berhubungan dengan orang banyak. Dalam libur saja gawai Randu tidak bisa diam dan membiarkan suaminya itu benar-benar berlibur. Ada kalanya Randu justru berada di depan laptop dan mengerjakan beberapa hal menyangkut pekerjaan yang katanya mendesak.
Dalam kehidupan awal pernikahan itu, Azalea berusaha untuk menyesuaikan diri dengan Randu. Sejauh itu dia tidak merasa kesulitan untuk melayani kebutuhan Randu yang memang tidak terlalu cerewet. Saat makan malam bersama, justru Mama Azalea yang banyak berbicara dan memberi beberapa wejangan padanya.
"Meski capek, kamu harus tetap berperan sebagai istri, Lea," kata mamanya setelah memberikan sepiring nasi di hadapan papanya.
"Iya, Ma," sahut Azalea.
"Jangan suka membantah kata-kata suamimu, Lea," lanjut mamanya.
"Iya, Ma."
Azalea mengiyakan semua perkataan mamanya. Pada makan malam itu, Randu tidak mengeluarkan sepatah kata pun kecuali saat papa Azalea menanyakan tentang pekerjaannya. Itu pun dijawab secara singkat seperti biasanya.
"Jadi ... sebagai manajer pemasaran itu seperti ahli perang, ya, Ndu? Strateginya mesti tepat." Papa Azalea memulai obrolan lain.
"Ya begitu, Pa," jawab Randu.
"Papa dengar kamu orang yang hebat di situ. Adakah cara-cara khusus yang berhubungan dengan konsumen?"
Randu tersenyum tipis setelah membersihkan bibirnya dengan tisu. "Itu hanya karena saya punya tim hebat, Pa."
Azalea membiarkan kedua pria tersayangnya itu bercakap-cakap sementara dia membantu mama untuk membereskan meja makan. Ada sedikit rasa canggung saat dia menyadari bahwa dirinya telah mempunyai tanggung jawab seperti mamanya kini. Biasanya Azalea hanya akan duduk dan sibuk dengan gawainya sementara sang mama menyiapkan segala sesuatunya. Azalea hanya membantu sekadarnya saja. Namun, kini dia harus mampu melakukan semuanya mengingat dia yang akan ikut Randu pindah ke kediaman baru mereka.
***
Meninggalkan rumah tempatnya dibesarkan tentu bukan hal yang mudah bagi Azalea. Mama dan papanya tampak berat melepasnya pergi walau sebenarnya jarak rumah keduanya hanya sekitar 30 menit. Meskipun begitu, Azalea tetap meneguhkan hati untuk tinggal di mana pun bersama Randu. Dia berjanji pada mamanya untuk berkunjung sesering mungkin.
"Papa titip Azalea, ya, Randu. Dia itu sedikit manja, jadi bersabarlah sedikit menghadapinya." Papa Azalea bertutur sembari merangkul sebelah bahu putrinya.
"Iya, Pa," jawab Randu sambil menutup bagasi setelah meletakkan tas terakhir yang berisi barang Azalea.
"Papa baik-baik di rumah. Jangan makan yang aneh-aneh. Pokoknya sehat terus, ya, Pa!" Azalea berujar sementara tangannya memeluk papanya erat.
Mobil Randu melaju meninggalkan perumahan kediaman orang tua Azalea. Dia mengemudi pelan saja dan Azalea memperhatikan bagaimana tangan suaminya memegang roda kemudi. Randu meraih sebatang cokelat dan mengulurkannya pada Azalea.
"Makan ini aja," kata Randu.
"Mas Randu niat bikin aku gemuk, ya? Tiap ada kesempatan selalu kasih aku cokelat.
Randu melirik Azalea sekilas sebelum fokusnya kembali ke jalanan. "Kamu nggak akan gemuk."
Azalea membuka cokelat itu dan mematahkannya lalu menyuapkan pada Randu. Sepanjang perjalanan mereka, ada saja yang dibahas Azalea sedangkan Randu menimpali seadanya. Saat mobil berbelok ke sebuah kawasan yang asri dan berhenti di sebuah rumah dua lantai berpagar hitam, Azalea tertegun. Matanya melebar takjub saat melihat rumah yang akan didiaminya bersama Randu. Sebuah rumah dua lantai dan dengan desain minimalis modern yang memiliki halaman lumayan luas. Dindingnya berwarna abu-abu sementara tamannya sudah ditanami beberapa bunga. Seketika Azalea berpikir untuk menambahkan beberapa jenis bunga lagi nanti, saat dirinya sudah tau apa yang diinginkannya.
"Selamat datang di rumahmu, Istriku," kata Randu seolah menyambut tamu penting.
"Mas ini bagus banget!" seru Azalea gembira.
Hanya senyum tipis yang menghiasi bibir Randu. "Suka?"
"Banget."
Membuka pintu ruang tamu, Azalea mendapati rumah itu masih kosong. Tidak ada apa-apa di sana selain sebuah sofa bed di ruang tengah serta tv flat yang menempel di dinding. Setelah melihat keseluruhan rumahnya, Azalea langsung mengambil gawainya dan menuliskan apa saja yang akan mereka perlukan.
"Kupikir Mas Randu tinggal di sini sebelumnya."
"Rumah ini baru, sesuai keinginanmu ," ujar Randu.
Azalea terharu, dia tidak ingat kapan pernah mengatakan keinginannya itu kepada Randu. Tiba-tiba saja semua terpenuhi dan dia sangat berterima kasih pada suaminya. Dalam hati Azalea berniat untuk membuat suasana rumah mereka jadi menyenangkan.
Minggu pertama pernikahan Azalea dan Randu mengunjungi beberapa tempat dan berburu perabotan untuk mengisi rumah mereka. Azalea memilih segala sesuatunya dengan tepat kecuali untuk urusan elektronik. Hal itu dia serahkan kepada Randu karena sejujurnya Azalea merasa tidak perlu menggunakan barang-barang seperti itu.
"Begini cara menggunakan mesin cuci ini, Lea," kata Randu sambil menunjukkan bagaimana menggunakan benda itu.
Azalea memperhatikan dengan saksama, tetapi dia tidak menghafal dengan mudah. Beberapa kali Randu mengajarkan dan Azalea mengangguk mengerti. Dengan beberapa elektronik yang lain Azalea juga sama. Randu yang mengajarkan dengan telaten dan pada akhirnya tetap tidak ada yang Azalea ingat dengan baik.
Tidak sempat membaca buku panduan pun digunakan Azalea sebagai alasan karena memang dia juga sibuk dengan pekerjaan yang lain. Akhirnya Randu mengambil kertas dan menuliskan cara pakai seluruh alat elektronik di rumah mereka dengan harapan Azalea tidak bertanya-tanya lagi.
Katakanlah Azalea tidak mengerti cara menggunakan peralatan yang dia bilang rumit, tetapi rumah mereka telah berhasil dia jadikan indah dengan penataan yang simpel dan lembut. Seperti konsep rumahnya, Azalea memilih sofa minimalis berwarna abu-abu terang sementara bantalnya bermotif zebra. Gorden krem yang dia gantung pun semakin memperindah ruangan karena di sudut ruang tamunya Azalea menambahkan bunga peace lily. Dapur berwarna putih tulang turut memperindah rumah Azalea sementara untuk meja makannya dia memilih model oval dengan kursi berwarna hitam.
Beda lagi dengan ruangan di lantai dua. Masih dengan gorden berwarna krem, Azalea mengatakan pada Randu bahwa sofa berwarna abu-abu lembut dengan bantal berwarna ungu akan sangat cocok untuk waktu santai mereka. Sedangkan kamar tidurnya dia memilih segala sesuatu berwarna ungu dan emas. Cantik dan elegan, begitu menurutnya serta sesuai dengan fungsinya.
"Rumah yang elegan dan sangat cantik," puji Randu pada suatu sore saat Azalea mengatakan rumah mereka telah selesai.
Senyum Azalea mengembang sambil memberikan secangkir kopi pada suaminya. Senang karena penilaian Randu sama seperti dirinya. "Aku berusaha nggak mengecewakan Mas Randu."
"Bagaimana bisa kecewa saat kamu sudah memberikan keindahan untuk rumah kita? Buatlah apa saja yang kamu suka. Aku pasti akan setuju."
Rasanya sangat bahagia saat Randu menyukai hasil jerih payahnya. Tidak ada komplain sedikit pun dari suaminya, bahkan pria itu mengatakan Azalea boleh mengajak temannya berkunjung ke rumah mereka. Bahagia memang simpel seperti itu, tidak tergantung pada kemewahan atau sesuatu yang luar biasa mahal dan Azalea mendapatkan semuanya di sisi Randu
Tuh, kan ... Azalea bahagia sama Randu. Yang mau menyusul bucin cem Azalea bole daftar. Gaaasss🤭🤭
Sampai jumpa Selasa depan.
Love, Rain❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Lukisan Hening (BWC 2020)
Rastgele🥉 Batik Writing Contest 2020 Dikatakan bodoh oleh suami yang dicintainya adalah hal yang tidak pernah diduga oleh Azalea. Tersinggung dengan hal itu, dia menarik diri hingga hidupnya dengan Randu seperti dua orang asing yang tinggal dalam satu atap...