Malem temans. Belum terlalu malem buat kentjun sama Mas Randu, kaan?😁
Selama berhari-hari Azalea tidak bisa berpikir jernih. Pikirannya hanya terus berputar pada satu pesan untuk Randu yang telah dia ketahui beberapa malam yang lalu. Saat Azalea meminta untuk membaca pesan yang masuk, Randu langsung melemparkan ponsel ke sofa dan memeluk Azalea lalu membawanya ke kamar mereka. Dari kekalutan pikirannya, Azalea masih bisa menjalankan semua kewajibannya dengan baik. Semua pekerjaannya selesai, melayani kebutuhan Randu juga bisa dia lakukan dengan baik, dan Deasy ... itu adalah sesuatu yang dia perhatikan hingga detail terkecil.
Apa yang tidak sanggup dilakukan dengan baik adalah memperhatikan dirinya sendiri. Saat semua tanggung jawab selesai dikerjakan, Azalea hanya akan duduk di halaman belakang. Memeluk kedua kakinya dan menatap beberapa tanaman yang pernah dia pilih untuk memperindah kediamannya.
"Lea," panggil Randu.
Azalea berdiri dan langsung melangkah masuk. Dia menemui Randu di ruang tengah sedang menghadap laptop.
"Ya, Mas," jawab Azalea. Matanya mengawasi Randu yang perhatiannya berpindah-pindah dari laptop ke ponselnya.
"Punya camilan apa? Rasanya aku pengen makan sesuatu dan tolong jus buah, ya. Kamu kenapa sampai lupa buatin aku minuman?"
"Iya sebentar."
Azalea merasa hanya seperti itulah fungsinya di rumah Randu. Iya, rumah Randu. Akhirnya dia berpikir bagaimana awal kedatangannya ke rumah itu. Rumah kosong itu sudah dibeli oleh Randu dan dia hanya memilih beberapa perabotan saja. Azalea menggeleng, meraih toples kue kering dan menuang jus buah yang sudah dibuatnya.
"Ini, Mas."
***
Beberapa hari makan Azalea tidak teratur. Dia mendapati dirinya demam di hari Sabtu dan masih tetap bangkit dari tidurnya untuk menyiapkan keperluan Randu. Hampir pukul enam saat semuanya selesai, Azalea terduduk lemas di meja makan.
"Kamu baik-baik saja, Lea?" tanya Randu yang sudah memegang dahi Azalea dengan punggung tangannya. "Astaga, panasmu tinggi sekali. Ayo kuantar ke dokter!" ajak Randu.
Azalea mengelak dari tangan Randu. "Aku baik-baik saja. Cepat sarapan dan berangkatlah. Jadwalmu ke Semarang, kan?"
"Tapi, Lea ...."
"Makanlah, Mas. Nggak usah ngajak debat."
Randu menuruti perintah Azalea. Dia makan dengan lahap dan membawa kotak bekal yang sudah disiapkan Azalea.
"Aku akan memanggil temanku yang dokter buat memeriksamu, ya?"
"Nggak usah," tukas Azalea. "Berangkatlah, jangan telat makan dan perbanyak minum saat mengemudi."
Azalea mengantar Randu sampai ke depan seperti biasa. Selesai memundurkan mobil hingga luar pagar, Randu keluar mobil dan menghampiri Azalea. Azalea menunduk saat Randu hendak mengecup keningnya. Dia menutup pagar setelah mendorong Randu keluar. Menguncinya dan masuk tanpa menoleh lagi.
Azalea mengusap air mata yang sudah jatuh ke pipinya. Dia sakit dan Randu masih bisa pergi ke Semarang dengan alasan kerja. Memang siapa yang sedang dibodohi oleh suaminya itu? Rasanya dia sudah tidak kuat lagi untuk menanggung kecewanya seorang diri. Azalea berpikir untuk menyudahi saja pernikahan yang tidak sehat itu.
***
Azalea masuk ke rumah Tante Firda bersama Deasy dalam gendongannya. Begitu melihat kucing di teras, Deasy langsung minta turun dan mendekati hewan peliharaan tantenya. Azalea tertawa melihat si kucing yang meronta karena ekornya ditarik oleh Deasy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lukisan Hening (BWC 2020)
Casuale🥉 Batik Writing Contest 2020 Dikatakan bodoh oleh suami yang dicintainya adalah hal yang tidak pernah diduga oleh Azalea. Tersinggung dengan hal itu, dia menarik diri hingga hidupnya dengan Randu seperti dua orang asing yang tinggal dalam satu atap...