Siang temans. Ney aku kasih lanjutannya tadi pagi😁
Hari masih gelap saat Azalea bangun dan berniat memulai aktivitasnya. Dia menoleh ke samping dan melihat Randu masih terlelap dalam tidur. Azalea turun dari ranjang dan pergi ke kamar Deasy. Dia memeriksa kenyamanan anaknya dan tersenyum melihat Deasy yang tidak terganggu. Putri kesayangan suaminya, Azalea tahu itu dengan baik.
Bertahan yang dipaksakan memang tidak baik karena mempertimbangkan psikis anak saat tumbuh dan melihat orang tua mereka bertengkar, tetapi dia dan Randu tidak bertengkar seperti rumah tangga yang harus diakhiri dengan perpisahan. Mereka juga tidak bermusuhan. Apa yang terjadi hanyalah masalah kecil ditandai dengan menipisnya komunikasi hingga menimbulkan celah bagi orang lain untuk menggerogoti kenyamanan Azalea. Azalea tidak akan membiarkan semua berlalu dan memberikan Randu kepada wanita yang berada di antara mereka. Deasy akan terus mendapat kasih sayang papanya sementara pernikahannya tetap terjaga.
Sampai di titik itu Azalea berpikir. Semua yang terjadi tentu ada awalnya. Randu berubah pasti ada prosesnya. Suaminya memberi celah kepada wanita lain yang artinya ada ketidakpuasan yang dirasakan Randu kepada dirinya. Azalea berbesar hati menerima bahwa dia pun turut bersalah di sini. Ada akibat tentu ada sebab, semua yang terjadi ada peran yang tidak disengaja olehnya.
Setelah mengakui bahwa dirinya pun turut berperan atas semua yang terjadi, Azalea berkompromi dengan dirinya sendiri. Randu bersalah karena telah mengkhianati pernikahan mereka dan Azalea akan belajar memaafkannya. Randu akan kembali padanya dengan cara yang baik seperti baiknya cara Randu mendapatkan dirinya dalam pernikahan mereka.
Azalea keluar dari kamar Deasy dan segera melakukan kegiatan paginya. Tidak terlalu repot mengingat menu sarapan keluarganya adalah sesuatu yang mudah dibuat. Azalea membuatkan roti isi untuk Randu dan segelas susu sebagai pelengkap.
"Lea ...." Suara Randu terdengar dari belakang Azalea. "Aku merasa sangat lapar, apa ada sesuatu yang bisa kumakan sekarang?"
Azalea berbalik dan mendapati Randu duduk di salah satu kursi. "Ada." Diambilnya roti isi yang sudah siap dan memberikannya pada Randu.
"Buatkan lagi, Lea," pinta Randu. "Aku benar-benar lapar."
Azalea memenuhi permintaan Randu tanpa banyak bicara. Sebentar saja roti isi untuk suaminya siap. Azalea duduk di samping Randu dan menikmati buah potong yang menjadi menu sarapannya.
"Kenapa akhir-akhir ini kamu suka sekali makan buah?" Randu melirik piring Azalea sekilas.
"Nggak papa. Mau makanan yang nggak terlalu berat saja."
"Kalau tujuanmu supaya berat badanmu turun maka kamu nggak perlu melakukan itu. Badanmu sudah bagus." Randu menyuapkan roti isi pada Azalea.
Tidak ingin mengecewakan Randu, Azalea menggigit roti isi milik Randu dan mengunyahnya pelan-pelan. Kalau diperhatikan, bukankah perlakuan Randu bisa dikatakan sebagai perhatian kepada istrinya? Hal itu semakin membulatkan tekad Azalea untuk mempertahankan pernikahan dan pelan-pelan mendapatkan Randunya kembali.
"Tumben, sih, Mas Randu kelaperan pagi-pagi?"
"Kamu nggak kasih aku makan semalem."
Azalea menghentikan kunyahannya, menghadap ke arah Randu dan menelan makanannya. "Masa, sih? Semalem bukannya Mas Randu makan banyak, ya? Diambilin Mama, loh, Mas," sergah Azalea.
"Aku suka makan yang diambilkan olehmu. Aku mau mandi, ayo siapin keperluanku!"
Azalea tidak menghindar saat Randu merangkulnya dan kembali ke kamar mereka. Sampai di kamar, Azalea membiarkan Randu mandi sementara dia memilih baju dan melihat koper yang sudah berisi beberapa baju. Alis Azalea berkerut. Dia menduga apa yang akan dilakukan suaminya. Berusaha tetap tenang, Azalea terus mengambil beberapa keperluan Randu.
Selesai mandi Randu mengenakan pakaian yang sudah disiapkan Azalea. Azalea melihat semua yang dilakukan oleh suaminya, mulai dari memakai deodoran, sedikit gel rambut hingga parfum yang disemprotkan setelah berpakaian lengkap.
"Apa yang kamu lakukan, Lea?" tanya Randu saat Azalea memasukkan beberapa potong bajunya ke koper Randu.
"Masukin baju ke koper, dong. Memang apa lagi coba?'
"Maksudku, kenapa bajumu yang dimasukkan?"
"Karena aku mau ikut Mas Randu keluar kota," jawab Azalea ringan.
"Lea tapi pekerjaanmu kan nggak ...."
"Aku bukan resepsionis yang harus duduk di hotel selama delapan jam sekarang. Aku bisa minta izin kalau mau dan kurasa udah lama, kan, aku nggak ikut Mas Randu? Kangen aku, Mas."
Randu menarik tangan Azalea dan mengajaknya duduk di tepi ranjang mereka. "Selama ini kamu yang menolakku, Lea. Kenapa?"
"Sejak kelahiran Deasy, kupikir aku harus fokus ke anak kita. Dia memerlukan perhatian dan aku pikir Mas Randu akan paham." Azalea menjawab sejujurnya.
"Aku memerlukanmu bukan hanya sebagai mamanya Deasy. Aku juga memerlukanmu sebagai istri, Lea."
Azalea semakin mengerti dan menyadari keluhan Randu. Terlepas dari Randu bersalah atau tidak, semua memang berawal dari dirinya. Dia yang tidak berperan penuh seperti yang Randu harapkan.
"Maaf, Mas."
"Kamu bisa bilang apa maumu?" tanya Randu tegas. "Aku nggak mau lagi terlalu berharap dan akhirnya kecewa karena penolakan."
"Aku mau suamiku mencintai aku dan setia hanya kepadaku saja."
Azalea sudah mengatakan apa yang dia mau. Matanya menatap mata Randu yang bersorot tajam.
"Bagaimana dengan Deasy?"
"Ada Mama dan Mbak yang sudah Deasy kenal."
"Mbak?"
"Iya. Sudah dua minggu bekerja sebagai pengasuh Deasy. Mbak bekerja sama Mama sepulang dari rumah kita. Nggak ada masalah."
"Jadi?"
"Ya aku ikut Mas Randu ke Semaranglah. Jemput Lea nanti pulang kerja. Jam satu, ya, Mas?"
Randu mengangguk. "Aku lihat Deasy dulu, kamu bereskan keperluan kita." Randu berlalu ke kamar Deasy melalui pintu penghubung. Azalea tersenyum. Diambilnya beberapa keperluan mandi, dimasukkannya ke kantong dan dia letakkan di koper Randu.
Azalea bergerak lincah membereskan apa yang akan dibawa. Setelah itu membersihkan dirinya sendiri dan bersiap-siap berangkat kerja. Ketika Azalea duduk di depan cermin dan mempercantik dirinya, ponsel Randu bergetar. Tanpa ragu Azalea meraihnya dan melihat pesan yang masuk.
"Mas sayang, hari ini jadi ke Semarang lagi, kan? Ada kejutan yang akan aku kasih ke Mas Randu. Ada tempat makan yang baru dibuka. Mas Sayang pasti suka."
Tidak ada kata yang bisa Azalea ucapkan. Randu memang keterlaluan. Pergi kencan ke Semarang berkedok pekerjaan. Lihat saja, apa yang akan terjadi saat Azalea pun muncul di sana. Azalea menunduk, ponsel Randu dalam genggamannya bergetar lagi.
"Kok nggak dibales, Mas Sayang? Lagi usaha pamit sama istrimu, ya?"
Siapa mau nampol siapa. Hyukk komen. Boleh minta 200 vote buat triple up?
Hayuk lah di vote😁😁Love, Rain❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Lukisan Hening (BWC 2020)
De Todo🥉 Batik Writing Contest 2020 Dikatakan bodoh oleh suami yang dicintainya adalah hal yang tidak pernah diduga oleh Azalea. Tersinggung dengan hal itu, dia menarik diri hingga hidupnya dengan Randu seperti dua orang asing yang tinggal dalam satu atap...