Hari Pertama
Pada sebuah apartemen, diatas ranjang nan luas dengan sprei berwarna putih tempat sosok setengah telanjang itu terbaring nyaman, menikmati waktu istirahat dan tidur yang tidak ia dapat beberapa hari ini. Ia hanya menggunakan celana boxer berwarna hitam pekat dan selimut putih yang asal melilit ditubuhnya.
Ia masih sangat lelah, tubuhnya terasa remuk redam. Apalagi setelah syuting terakhir semalam untuk pemutaran film tahun ini ia tidak lantas pulang, karena harus mengikuti party bersama para crew dan pemeran lainnya sebagai tanda keberhasilan mereka untuk selesainya film layar lebar kali ini.
Apalagi perusahaan yang seperti mengharuskan ia untuk mengurus segalanya, mulai dari pendemo yang terus menuntut banyak setiap hari dan juga kebangkrutan yang menghantui membuat laki-laki tersebut seperti tidak bisa menikmati hidup saat ini. Penghasilan dari rofesinya sebagai seorang aktor tidak akan bisa untuk menutupi hutang-hutang perusahaan yang semakin menggunung dalam waktu cepat.
Hingga kemudian ia harus terjebak dalam situasi seperti pagi hari ini, pagi hari yang ia damba harus terusik seketika.
Jaya membuka mata saat panggilan dari ponsel itu berkali-kali terus mengganggu tidurnya. Dengan kepala yang sangat berat dan rasa kantuk yang luar biasa ia pun beranjak malas mendudukan diri diatas ranjang lalu meraih ponsel yang terletak di atas nakas.
"Halo!" suara seraknya membuka percakapan.
Belum ada jawaban. Ia agak sedikit kesal, mungkin karena hawa-hawa mengantuk itu masih mempengaruhinya. "Halo!" Akhirnya Jaya meninggikan suara.
"Kamu dimana? Aku udah nungguin nih."
Jaya mengernyit dengan menggaruk kepala yang tidak gatal menanggapi sesaat suara lembut wanita yang ia dengar. Iya sangat lembut, seperti tak ada gairah berbicara dengannya.
"Lo siapa!" Ketus Jaya.
Lalu hening mengambil alih, dan lama!
"Kalau lo gak ada perlu apa-apa ini panggilan gue putus, tidur gue jadi keganggu gara-gara lo." Sentaknya kemudian.
"Ini Re- "
"Iya, siapa!" Sambarnya seperi tak sabar.
Wanita yang diseberang sana tak kalah emosi sepertinya.
"Reyana!"
Jaya tersentak, Reyana?
Lalu percakapan mereka terjeda sejenak.
Gadis diseberang menghela nafas. "Lupa ya, kalau mulai hari ini kamu yang nganterin aku ke kampus. Sini cepetan. Gara-gara nungguin kamu aku udah mau telat." Sepertinya suara lembut itu benar-benar sudah sangat kesal hingga kemudian panggilan tersebut diputus.
Kampus?
Sadar sesuatu Jaya memejamkan mata dalam-dalam. "Shitt!" Umpatnya lalu menaruh ponselnya asal dan beranjak turun dari ranjang.
Sial! Jaya lupa kalau hari ini dimulai mengantar Jemput anak dari seorang pemimpin perusahaan Prasaja Group. Ha, gawat dirinya sudah terlambat. Laki-laki itu lalu menyingkap selimutnya, lantas bergegas turun dari ranjang menuju kekamar mandi.
Mampus!
Mampus! Telat lo sialan, itu anak gadisnya bos Prasaja Group Jay.
Laki-laki itu menggosok giginya dengan cepat. Mencuci muka dan membersihkan tubuh tak kalah gesitnya. Setelah itu ia pun bersiap-siap, kembali kekamar dan berganti pakaian.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA UNTUK REYANA (END) [Hiatus]
RomanceCerita ini telah diadaptasi ke dalam cerita bergambar (Webto*n) dengan judul yang sama. ____________________ Cinta Untuk Reyana. Warning 21++ Sementara Reyana menyetujui pernikahan demi kebahagiaan orang tuanya, sedangkan Jaya harus menikah demi...