Memenuhi Kebutuhan Biologis?
Gadis yang baru saja selesai menghapus riasan pada wajahnya itu menoleh saat seseorang mengucap salam dari luar kamar.
"Masuk." Reyana menyahuti.
Seorang laki-laki pun muncul dari luar kamar. Memang sedari pintu kamar sengaja tidak Reyana kunci.
"Ini kopernya mau diletakkan kemana non?" Tanya laki-laki paruh baya yang merupakan supir keluarga tersebut.
"Bawa situ aja pak." Reyana menunjuk menjulurkan jarinya. "Di dekat lemari pakaian ya." Gadis yang baru saja menaruh kapas yang ia gunakan setelah membersihkan sisa-sisa make up yang belum benar-benar terhapus pada wajahnya itu lantas berdiri.
"Disini ya non?" Pak Tian menanyai benar tidaknya letak ia menaruh koper.
"Iya betul disitu." Ujarnya mata tertuju pada benda yang di dalamnya terdapat pakaian-pakaian Jaya.
Setelah selesai pak Tian pun cepat-cepat keluar dari kamar, apalagi saat ia paham dirinya memang harus bergegas dimana guyuran air dari kamar mandi yang cukup deras seolah mengusirnya.
Dan saat Reyana hendak menghampiri koper besar tersebut untuk menggeser posisinya. Tiba-tiba ia tersentak kaget saat pintu kamar mandi terbuka dan mendapati Jaya yang melangkah keluar.
Ia tercekat. Wangi dari sabun yang dipakai laki-laki tu seketika menusuk indera penciumannya.
"Ah, segar." suara tersebut keluar dari mulut Jaya yang tengah menyisir rambut basahnya dengan jari-jari tangan.
Reyana termangu sejenak dengan tangan masih menyentuh koper besar itu. Tubuh atletis setengah telanjang milik Jaya membuat ia segera memalingkan wajah salah tingkah.
Laki-laki itu tersenyum dan mengintip wajah Reyana menelisik.
"Lo kenapa?" tanyanya dengan senyum menyeringai di sertai kedua alis teal hitamnya yang naik.
Reyana mengerjap sadar. "Gak apa-apa. Ini koper kamu, tadi barusan di antar sama pak Tian." ujarnya gugup.
Jaya lantas tersenyum geli melihat reaksi tersebut. "Makasih ya."
Masih memalingkan wajah ia mengangguk. Ah, suara segar sehabis mandi itu benar-benar mengusiknya.
"Ya udah, sementara kamu ganti baju. Aku, keluar." Memutar badan lalu melangkah menuju pintu kamar cepat.
****
Sementara di luar kamar.
Huh, Reyana mencoba merasai detak jantungnya. Sungguh, ia benar-benar belum terbiasa dengan keberadaan laki-laki lain dikamarnya. Gila, gadis itu malu pada dirinya sendiri.
Aneh, bisa kan biasa saja!
"Re, kok kamu diluar sayang?"
Reyana menoleh seketika karena tersentak.
"Mama." Jantung yang memang sedang berpacu rasanya hampir saja jatuh ke dasar perut, oleh rasa terkejut itu.
Mama Nayla melebarkan kedua matanya heran.
"Mama ngagetin tau gak." protesnye terengah.
"Mama cuma tanya, kenapa kamu diluar?" Wanita berusia empat puluh tahun itu bertanya kembali.
"Itu, soalnya Jaya lagi ganti baju--" Reyana segera menghentikan ucapannya karena keceplosan. Mengatupkan kedua bibirnya yang polos.
Mama mengernyit. "Ganti baju?" Memiringkan kepala pelan hingga rambut panjang mama menjuntai.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA UNTUK REYANA (END) [Hiatus]
RomanceCerita ini telah diadaptasi ke dalam cerita bergambar (Webto*n) dengan judul yang sama. ____________________ Cinta Untuk Reyana. Warning 21++ Sementara Reyana menyetujui pernikahan demi kebahagiaan orang tuanya, sedangkan Jaya harus menikah demi...