BAB 13 | TIDUR SATU RANJANG

2.3K 98 4
                                    

TIDUR SATU RANJANG

Malam yang seharusnya adalah saat-saat yang paling dinanti oleh sepasang pengantin pada umumnya itu akhirnya mereka lewati tanpa melakukan apa pun. Dalam artian tidak ada manja-manja mesra atau pun semangat membara ingin memadu kasih.

Keduanya memang tidur bersama, namun tidak dalam satu selimut dan menggunakan pembatas guling yang merupakan ide dari Reyana.

Aneh, memang.

Tapi begitulah, keduanya merasa punya alasan tersendiri untuk saling memberi jarak. Atau, hanya salah satu dari mereka yang merasa seperti itu.

Teringat jelas tadi malam disaat tubuh penat Reyana mulai terbaring untuk mendapatkan istirahatnya. Jaya malah masih sempat-sempatnya untuk mengusik gadis itu dan membuat mata yang hampir terpejam Reyana kembali terbuka lebar.

Memang sial, jika mereka benar-benar pasangan pengantin baru pada umumnya, Jaya pasti sudah bersenang-senang malam ini. Namun mau bagaimana mana, menikmati malam pertama bersama Reyana hanya bisa jadi khayalan saja.

Laki-laki yang belum terpejam dan merasa bingung itu duduk perlahan ditepi ranjang. Menatap tubuh Reyana dengan posisi memunggunginya dengan tubuh tertutup selimut tebal sampai leher.

Jaya menyunggingkan senyum, kemudian berbaring perlahan diatas ranjang.

"Reyana?"

Tak ada sahutan.

Tangannya kemudian bergerak untuk sedikit menyingkap selimut yang sudah sampai leher dileher gadis itu. "Udah tidur ya?"

Reyana sontak menoleh terkejut. "Kamu ngapain si!"

"Gue kira lo udah tidur?" Melepaskan tangannnya dari cengkraman selimut.

"Aku capek. Mau istirahat." Gadis itu lalu berpaling dari Jaya.

"Jadi, mau langsung tidur?" Jaya kembali memastikan.

Reyana pun berdehem malas sembari menarik kembali selimutnya yang tadi disingkap oleh Jaya sampai leher dan menggenggam kain tebal itu erat untuk berjaga-jaga.

"Beneran mau langsung tidur?"

"Ya ampun, iya Jaya" Sahutnya pelan, karena jujur saja ia bahkan sudah tak punya tenaga untuk bicara karena lelah.

"Mau berapa kali sih kamu tanya." Dengusnya agar Jaya tak lagi banyak bicara. "Jangan bawel, terus jangan terlalu dekat juga."

"Kan nggak sampai nempel ke elo juga." Jaya sedikit beringsut mundur agar perempuan itu percaya bahwa ia tak akan macam-macam.

"Kita nggak ngobrol dulu gitu? Sebentar." Bisik Jaya dengan mata menyapu punggung Reyana.

Ya Tuhan, kenapa lelaki ini tak kunjung paham. "Aku ngantuk Jay. Besok aja kalau ada yang mau kamu omongin." Lebih tepatnya Reyana memang sengaja menghindar apalagi ia juga merasa tak biasa oleh keberadaan Jaya saat itu.

Ingat, Jaya itu laki-laki, laki-laki normal. Gadis mana coba yang bisa tenang oleh kehadiran hawa-hawa maskulin lelaki seperti Jaya dalam satu tempat tidur.

Bagi sebagian wanita bersama Jaya terkadang hanyalah sebuah khayalan yang tak akan mungkin sampai. Namun berbeda dengan Reyana, ia kini malah tidur satu kamar dengan laki-laki itu sekarang.

"Ngobrol sebentar aja, Re" Jaya kemudian lebih memiringkan tubuhnya. "Bahas untuk kepindahan kita besok."

Gadis yang masih memunggungi itu kembalu menyahut. "Kenapa sih harus buru-buru pindah, Jaya? Tinggal beberapa hari lagi disini gak apa-apa kan."

CINTA UNTUK REYANA (END) [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang