Jangan Sampai Hal Buruk
Terulang KembaliMereka bersentuhan kulit, dan Jaya rasa itu dapat menghangatkan tubuh Reyana. Memang aneh, tapi apalah daya tidak ada cara lain yang bisa ia lakukan sekarang. Karena harapannya sekarang adalah Reyana baik-baik saja.
Sementara itu Reyana terlihat masih kaku. Sesekali terdengar ia mengeluarkan suara-suara tidak dimengerti dari bibir mungilnya. Seperti ringisan-ringisan tak berdaya oleh rasa menggigil itu, disertai rintihan yang terdengar sangat pilu.
"Re, jangan nakutin gue. Sadar dong gue mohon." Ia dekap erat tubuh itu membawa ke dalam pangkuannya dengan rasa sedikit menyentrum yang ia terima oleh perpaduan tubuh itu.
Darahnya deras mengalir menggelora, tak bisa dipungkiri saat kulitnya menyentuh lembut tubuh mulus Reyana nyatanya membuat gairah Jaya terus memuncak. Dadanya berdebar-debar tiada menentu. Lelaki mana yang tidak akan tergoda oleh sensasi yang didapat dari tubuh sesempurna ini.
Ya ampun, sadar Jay....
Walau begitu, sekuat tenaga Jaya menahan diri, dengan nafas hangatnya terus menerpa kulit dingin wanita yang ia dekap dalam tubuhnya dengan penuh keeratan. Biar bagaimana pun Jaya adalah seorang lelaki normal, sehat dan bugar. Bersentuhan kulit tanpa penghalang seperti ini tentu saja membuat otaknya bleng tak bisa berpikir.
"Lo kenapa sih sebenarnya? Selain suka nyiksa diri sendiri, ternyata lo juga selemah ini. Nyusahin gue tau gak." tuturnya dengan suara serak karena tersiksa disertai kekhawatiran yang mendalam.
"Re, sadar please. Masak udah gue peluk begini masih gak sadar. Lo mau gue khilaf? Reyana!!" Jaya terus berbicara sendiri seolah Reyana tengah mendengarnya. Hingga tanpa sadar Jaya menciumi kening Reyana.
Tangannya pun tak luput menyingkap rambut-rambut yang menutupi kening basah gadis itu. Dalam-dalam ia tatap dengan khawatir wajah pucat dan bibir sedikit membiru namun masih tetap menampakkan kecantikkannya.
Masih bisa juga ia khawatir ternyata. Untung malaikat masih melindungnya saat ini. Mengingatkannya tentang kewarasan bahwa saat ini hal yang ia lakukan hanya untuk membantu Reyana yang tengah tak berdaya.
Namun, keadaan ini benar-benar sulit bagi Jaya. Ingatkan saja, jikalau bos Prasaja Group tahu kalau anak gadis menjadi seperti ini. Dan ditambah lagi ia ingat satu persyartan bahawa mereka dilarang untuk melakukan kontak fisik.
Astaga,
Mungkin ia akan dibunuh jika pemandangan ini dilihat oleh ayahnya Reyana. Melihat putri semata wayangnya tengah didekap erat tanpa busana oleh lelaki yang tidak bisa menjaganya dengan baik. Jaya tidak bisa memikirkan apa yang akan menjadi balasan atas perbuatannya ini.
Sementara itu hujan masih sangat deras. Hawa semakin dingin dan mencekam disana. Semiliri angin yang berhembus kencang bahkan terlihat mematahkan dahan dan ranting membuat suasana semakin menakutkan.
Gila!
Sial banget sih hidup Gue....
Jaya akhirnya berdoa dalam hati. Tuhan, tolong hadirkan seseorang untuk membantu mereka. Siapa pun, asalkan mereka dapat keluar dari keadaan aneh yang menjebak ini.
****
Sementara itu di sisi lain. Di rumah, pada ruang keluarga nampak keluarga tengah berkumpul sembari menunggu anggota keluarga lainnya pada malam itu. Agaknya rutinitas tersebut sering mereka lakukan.
Mama Nayla terlihat tengah bercengkrama dengan seorang laki-laki yang berusia delapan puluh tahunan tengah duduk di kursi roda, panggil saja ia kakek Soeseno. Laki-laki itu terlihat sangat sayu, sesekali ia terbatuk oleh sakit yang dideritanya.
"Mana Reyana, kakek rindu. Kami sudah lama tidak bertemu. Kakek ingin sekali mendengar ceritanya." lalu terbatuk pelan. Tubuhnya yang sudah renta memang membuatnya mudah terserang penyakit. Apa lagi dimusim hujan saat ini.
"Sabar ya kek, kita tunggu aja dulu. Mungkin sebentar lagi Reyana pulang." Ujar mama Nayla sembari sesekali melihat layar ponsel menunggu balasan pesan dari putrinya dengan perasan khawatir yang sangat mendalam dihatinya.
"Kakek sangat senang sekarang keadaan Reyana sudah membaik. Mudah-mudahan ia bisa ceria seperti dulu." Kakek Soeseno mengenang.
Mama Nayla tersenyum. "Iya kek, dia sekarang agaknya sudah nggak terlalu memikirkan kejadian itu lagi."
"Syukurlah, tapi nampaknya dia masih takut untuk menikah." Kakek mengedipkan matanya sedih.
Mama Nayla lagi-lagi tersenyum menanggapi dengan sedikit menunduk dalam disertai tatapan yang tak pasti.
Lalu seorang wanita berusia enam puluh tahunan menyela obrolan mereka. "Reynand memang kemana anakmu, kenapa dia belum pulang sampai sekarang?" tanya nenek Adel yang merupakan ibu dari ayah Reynand tengah gelisah duduk di sofa mengkhawatirkan sang cucu. "Tujuan Mama kesini adalah untuk bertemu dia. Apa jangan-jangan Reyana tidak merindukan neneknya?" terlihat ia menekuk wajahnya sembari mendengkus.
Ayah Reynand pun menoleh menatap ibu kandungnya itu. "Mungkin sebentar lagi Reya pulang ma, sabar saja." ujarnya dengan raut wajah tenang walau dengan hati gamang.
Mama Nayla berkali-kali mendesah pelan karena nomor sang putri yang ia hubungi tak kunjung ada jawaban. Ayolah nak kamu dimana sayang? Gusar Mama Nayla pun berdiri.
"Anak kita kemana sih yah? Mama khawatir." tutur sang istri menghampiri suaminya yang tengah mondar-mandir dengan raut wajah cemas hampir menangis. "Ini sudah jam delapan malam. Biasanya Reyana tidak pernah pergi selama ini tanpa memberi kabar."
Sang suami hanya bisa menundukkan kepala dalam-dalam. Merasa bersalah karena lepas mengawasi keberadaan anak gadisnya.
"Coba ayah hubungi anak yang bernama Jaya itu." Maksudnya Mama menyuruh sang suami menghubungi Jaya. "Dia kan yang bersama Reyana. Dibawanya kemana anak kita."
Ayah akhirnya memilih diam untuk tidak menambah panik suasana. Sedari tadi sebenarnya ia terus menghubungi nomor Jaya, namun spertinya nomornya tidak aktif.
Melihat itu mama semakin cemas. "Aduh ayah, bagaimana ini. Kenapa coba ayah harus mempercayakan Reyana kepada anak itu. Mama takut anak kita kenapa-kenapa. Sebenarnya bisa tidak sih anak suruhan ayah itu menjaga Reyana. Bagaimana kalau dia melakukan hal yang mungkin akan membuat Reyana terluka kembali." sang istri mulai menyalahkan suaminya.
Ayah Reynand yang sudah sangat pusing langsung menggelengkan kepala cepat. "Ayah yakin dia tidak akan menyakiti anak kita." Ujarnya berusaha menenangkan.
"Lalu, terus anak kita bagaimana sekarang, tidak ada kabar." istrinya mulai histeris. Ingat ia hanya seorang ibu yang takut jika putrinya tersakiti.
Ayah Reynand akhirnya mengambil keputusan. "Ayah akan mengajak orang-orang untuk mencari Reyana."
Dan itu setidaknya berhasil mengurangi kepanikan mama."Pastikan dia pulang dengan selamat." tatap istrinya gemetar. "Aku nggak mau dia mengalami hal buruk kembali. Kalau itu sampai terjadi, kamu yang harus disalahkan. Jangan sampai Reyana harus mengalami hal buruk itu untuk kedua kali." Mama menggigiti kukunya dengan segala pikiran negatif yang menghampiri.
Reynand lantas memeluk istrinya dengan erat. "Pasti, aku akan membawa pulang anak kita dengan keadaan utuh. Aku yakin dia tidak akan mengalami hal yang sama untuk kedua kalinya." Semoga, semoga anaknya baik-baik saja sekarang. Ia memejamkan mata erat dengan segala permohonan. Kemudian bergegas pergi untuk mencari buah hatinya.
****
Hai, besok aku rencananya mau up lima bab. Doain ya semoga gak ada halangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA UNTUK REYANA (END) [Hiatus]
RomanceCerita ini telah diadaptasi ke dalam cerita bergambar (Webto*n) dengan judul yang sama. ____________________ Cinta Untuk Reyana. Warning 21++ Sementara Reyana menyetujui pernikahan demi kebahagiaan orang tuanya, sedangkan Jaya harus menikah demi...