BAB 3 | Lo Sekarang Tanggung Jawab Gue

1.5K 85 1
                                    

Lo Sekarang Tanggung Jawab Gue

Dan hari ini, sudah dua minggu Jaya melakukan itu. Mengantar jemput Reyana ditengah kesibukannya.

Dan, oleh waktu yang belum lama itu. Sedikit tidaknya Jaya mulai memahami kepribadian Reyana. Dia gadis yang lembut, terlihat hati-hati dalam berbicara dan bertindak. Gadis itu jarang tersenyum bahkan Jaya seperti tidak pernah melihat senyum diwajah. Kadang ia merasa Reyana terlalu dingin padanya.

Yang ia tahu, Reyana juga kerap menghindar dari tatap saat ia ajak bicara. Seolah merasa tidak nyaman akan hal itu.

Satu lagi yang membuat Jaya penasaran, luka sayatan yang memenuhi pergelangan tangannya.

Saat itu,

Sekitar pukul tiga sore, disebuah kelas kampus, dosen cantik itu sebenarnya cukup populer dikalangan para mahasisiwa. Kebanyakan para mahasiswa yang usianya tidak jauh dari Reyana banyak yang mendekati untuk saling mengenal sebagai pria dan wanita.

Namun begitu, sosok Reyana bagaikan impian yang indah namun nyatanya sulit digapai.

Reyana, dia sangat suka membahas tentang kehidupan ditengah jam kuliahnya. Menurutnya membicarakan hal seperti itu lebih menyenangkan karena lekat dengan kehidupan banyak orang. Seperti saat ini, ada sebuah sub materi yang membahas tentang cinta.

"Cinta tidak hanya dirasa dan di berikan terhadap lawan jenis, ada banyak cara untuk mengekspresikan cinta." ia tersenyum mengintari kelas. "Contohnya mulai dari mencintai diri sendiri. Itu penting, bagaimana seseorang bisa mencintai orang lain, kalau dia saja tidak bisa memberikan cinta pada dirinya."

"Miss!"

Salah seorang mahasiswa yang merupakan ketua tingkat dikelas itu mengangkat tangannya menghentikan langkah Reyana.

"Iya ada apa?" Seruan itu membuat ia menoleh dan memberi senyum seadanya.

"Tipe pasangan hidup yang miss inginkan seperti apa?" ia mengakhir pertanyaannya dengan senyuman penuh arti.

Semua mahasiswa dan mahasiswi heboh oleh pertanyaan tersebut. Seorang kating kelas berani menanyai dosen Reyana tentang kehidupan pribadinya sehingga akhirnya mampu membuat mencairkan suasana.

"Pasangan hidup?" ia kembali memastikan pertanyaan itu.

"Iya, miss ingin yang seperti apa?"

Reyana pun tertegun sejenak. Pasangan hidup? Gadis itu menertawai dirinya sendiri. Karena pada dasarnya, memiliki pasangan hidup adalah sebuah ketakutan besar bagi dirinya.

"Miss?" mahasiswa itu rupanya masih menunggu jawaban.

Oh,

Reyana tersadar oleh lamunan. Pasangan hidup yang ia inginkan? Reyana mencoba merangkai kata untuk menjawab pertanyaan mahasisiwanya.

Namun, tiba-tiba perhatian para semua orang teralihkan pada jendela kaca yang sejejer dengan pintu keluar. Sebagian mahasiswi berbisik.

"Kevin?"

"Bukan?"

"Tapi mirip?"

Reyana lantas menoleh, maka yang ia lihat dari kaca adalah punggung seorang lelaki berjas hitam yang sudah berlalu pergi.

Seperti kenal,

"Miss pertanyaan saya belum dijawab."

Ah, mahasiswa ini benar-benar kepo.

"Mungkin miss akan menjawabnya lain kali, sekarang jam mata kuliah sudah habis." Gadis itu menjelas sembari melangkah kembali ke menjaga.

Karena kelas sudah usai Reyana pun keluar, saat ia berjalan hendak menuju halte kampus. Ketika dia melewati lapangan basket, nampak banyak kerumuman mahasisiwi yang menjerit-jerit histeris disana.

CINTA UNTUK REYANA (END) [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang