BAB 11| Pernikahan Bukan Karena Cinta

1.5K 89 2
                                    

Pernikahan Bukan Karena Cinta

"Selamat bapak Reynand atas pernikahan putrimu."

Ayah menyambut uluran tangan dari seorang laki-laki bermata sipit dengan kacamata dihadapannya. "Terima kasih atas kehadirannya, Mr. Tanizaki." Lalu tersenyum.

"Saya tidak menyangka akhirnya putrimu menikah." Sebuah senyum ia sunggingkan kalau itu dengan sorot mata tak lepas dari lawan bicaranya. Lalu lelaki dengan logat Jepang itu beralih menatap dalam Reyana yang bersanding dengan Jaya. "Saya yakin putrimu pasti sangat bahagia saat ini." Tuturnya tersenyum namun dengan sorot datar.

Untuk sesaat raut wajah ayah seperti tidak bisa dijelaskan. Ia kemudian menghela nafas sejenak berusaha untuk tersenyum. "Tentu saja, putri saya sangat bahagia."

Lalu, jabatan tangan kedua lelaki itu pun segera terlepas.

"Kalau begitu saya permisi dulu." Laki-laki Jepang itu berlalu dari ayah dan beralih mendekati Reyana dan Jaya.

Reyana yang sedari tadi terus tersenyum pun membalas uluran tangan Mr. Tanizaki yang menggenggam tangannya dengan sangat erat hingga ia tersentak kaget.

Mata cantik yang sudah berat itu lantas melebar sembari menatap bingung laki-laki dihadapannya. Kenapa ia tiba-tiba merasa tidak nyaman?

"Selamat atas pernikahanmu." Tutur pria tersebut masih menggenggam telapak tangan Reyana kuat.

"I-ya terimakasih." Sahutnya merasa aneh. "Terimakasih atas kedatangannya."

Dengan senyuman penuh arti laki-laki itu kemudian melepas genggaman tangannya dari Reyana, lantas berlalu dan menyalami Jaya.

Reyana menoleh kearah laki-laki itu dengan perasaan asing.

"Kenapa Re?" Tanya Jaya sembari melambaikan tangannya didepan wajah Reyana hingga gadis itu tersadar.

Reyana sontak menoleh kearah Jaya dan berusaha tersenyum. "Bukan apa-apa."

Namun perasaan asing itu tetap ada.

****

Selesai melakukan pesta pernikahan tadi, keduanya pun langsung kembali ke kediaman orang tua Reyana. Sementara pak Tian sedang menyetir, terlihat dua pengantin itu tengah duduk dikursi kemudi.

Raut wajah kelelahan keduanya pun nampak sangat jelas. Seharian ini menghadapi tamu yang memenuhi seisi gedung tentu membuat tenaga keduanya terkuras habis.

Dari gedung hotel menuju rumah lumayan jauh. Sekitar tiga puluh menit. Sebenarnya orang tua Reyana menyuruh mereka untuk memilih menikmati malam pertama di hotel atau dirumah. Akan tetapi karena menurut Reyana 'malam pertama' tidak akan pernah dilakukan, maka keduanya pun bersikeras untuk kembali ke rumah saja.

Sesampainya dirumah Reyana dan Jaya pun bergegas naik ke kamar atas untuk beristirahat. Rumah masih nampak sepi, karena kedua orang tua Reyana dan anggota keluarga lainnya masih mengurus beberapa hal perihal pesta pernikahan mereka tadi.

"Aw....." gadis itu mendesis sakit sesaat setelah melepas sepatu hak tingginya dan mengganti dengan alas kaki rumahan.

Ketika berjalan pun gadis itu terlihat tertatih. Pegal dan sakit karena terlalu lama berdiri sehingga membuat kulit kakinya yang putih mulus sedikit memerah.

CINTA UNTUK REYANA (END) [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang