Lo Harus Baik-baik Aja
Hari mulai gelap, Reyana pun mohon pamit kepada bu Sari dan semua orang-orang yang ada di panti."Nanti nak Jaya diajak lagi ya." Ujar bi Sri sembari menatap Jaya yang sudah memasuki mobil dengan terburu-buru.
"Reya usahain bu." Lalu mereka berpelukan lagi sebelum pulang.
Langit nampak sangat gelap, tidak ada penghias malam yang terlihat diatas sana. Angin pun sudah berhembus kencang. Sembari memasuki mobil Reyana memeluk tubuhnya erat oleh rasa dingin yang menusuk.
Jaya yang sudah menunggu di mobil pun lantas cepat-cepat menghidupkan mesin mobil. Kemudian bergegas membawa mereka pergi dari sana.
Mereka melewati jalanan yang sepi ditengah hutan dan masih jauh dari jalan raya dengan sedikit dengan sedikit memacu kecepatan pada jalan tak beraspal yang mereka lalui. Jaya hanya fokus pada jalan karena ia mempunyai jadwal syuting malam ini.
Namun, tiba-tiba belum separuh perjalanan mereka tempur. Mobil yang mereka naiki tiba-tiba oleng ditengah hutan.
"Jay, kenapa?" Tanya Reyana cemas.
Jaya tak pantas menjawab, namun perlahan mobil pun berhenti.
Jaya bergegas membuka pintu mobil, memeriksa keadaan. Sementara Reyana menunggu didalam dengan khawatir sembari memperhatikan Jaya yang membungkuk memeriksa bagian bawah mobil.
"Sial!" Jaya mengumpat kasar. Sembari menendang bagian ban mobilnya. Kenapa mobilnya tidak bisa diajak berkompromi disaat seperti ini.
Melihat itu Reyana tersentak, bergegas ia pun turun untuk menghampiri Jaya. "Kenapa?" tanya Reyana akhirnya. Ia perhatikan Jaya yang tampak pusing sembari menatap ban mobil nya yang kempes.
"Jay?"
"Kenapa si mobil gue harus ngelewatin jalan jelek begini?" Tutur Jaya tiba-tiba, membuat gadis yang tengah berdiri disampingnya jadi serba salah.
"Jadi kamu nyalahin aku?" Tanya Reyana takut-takut. Bahkan ia sampai menggenggam erat tangannya saat itu.
Jaya melirik Reyana sesaat. Ia lantas merogoh saku dan mengeluarkan ponselnya. "Shittt! Sial banget gue hari ini. Primitif banget ni tempat, bisa-bisanya gak ada signal disini."
"Terus gimana dong?" Gadis itu bertanya kembali. Bahkan ponselnya pun tidak mendapat signal saat itu.
Jaya mengira-mengira ada perkampungan didekat sana jadi dia bisa meminta pertolongan dengan cepat. Tapi rasanya masih lumayan jauh. Jika berjalan kaki butuh waktu sekitar lima belas menit untuk sampai kesana.
"Lo tunggu disini ya."
"Kamu kemana?"
"Gue mau cari bantuan."
"Aku ikut." ujar Reyana cemas.
"Lo tunggu disini aja."
Reyana menggeleng, apa lagi saat ia mendengar guntur mulai menggelegar dan membuatnya mendadak panik.
"Aku ikut." ujarnya gemetar.
Jaya lantas mengehela nafas.
"Ya udah, ayo. Tapi nanti kalau lo kecapekan jangan ngeluh."
Reyana pun mengangguk setuju.
Mereka pun berjalan menyusuri jalan gelap itu.
Bermodalkan pencahayaan dari senter ponsel mereka berdua pun terus berjalan menyusuri jalan sembari berharap ada kendaraan yang lewat karena sepertinya perkampungan masih sangat jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA UNTUK REYANA (END) [Hiatus]
RomanceCerita ini telah diadaptasi ke dalam cerita bergambar (Webto*n) dengan judul yang sama. ____________________ Cinta Untuk Reyana. Warning 21++ Sementara Reyana menyetujui pernikahan demi kebahagiaan orang tuanya, sedangkan Jaya harus menikah demi...