chapter 4

1.3K 135 48
                                    

.
.
.
.
.
.

Anggota Allerta semuanya berkumpul di markas besar, mereka sedang mempersiapkan bahan bakar untuk membakar motor yang mereka sebut rampasan perang.

"Eh demi apasii lama banget nyiapin kek gtuan doang" Ucap Bit kesal karena melihat Reza yang lama membuka tutup dirigen berisi minyak tanah.

Reza menatap bit dengan malas, ia langsung menyodorkan dirigen itu pada Bit. Setelah berhasil dibuka minyak tanah itu dituangkan pada motor hingga rata.

Kin maju mendekati motor itu, "pengecut" Ucapnya dan langsung dia melemparkan korek dengan api menyala itu pada motor tadi.

Seketika api pun menjadi besar, anggota Allerta memandang kobaran api tersebut dengan senyum yang mengambang.

"WOHOOOOO" Teriak semua anggota Allerta bahagia.

"Minum lah? " Tawar Farrel dan langsung mengeluarkan minuman keras.

Semua mengangguk lalu detik berikutnya mereka dengan santai minum sambil memandang motor yang sedang dibakar. Itu adalah pemandangan terindah yang biasa mereka lihat jika sudah perang.

"Wahh gila bisa bisanya ga ngajak" Vale berbicara tiba-tiba dari belakang, mereka sontak menoleh melihat Vale berjalan dengan tertatih sambil memegang perutnya.

Tulus yang melihat itu ia langsung membantu Vale untuk duduk disalah satu kursi disana.

"Bukannya istirahat" Ucap Kin sambil meneguk minumanya.

Vale mengangkat bahunya malas, ia memilih menyangkan minuman itu ke gelas dan meneguknya dengan sekali teguk.

"Demi apasiii ngefly" Ejek Bit pada Vale yang baru saja menyelesaikan minum.

Vale tersenyum, "apaan si" Balasnya.

Malam ini mereka lewati, tidak ada yang berniat pulang walaupun ini sudah menunjukkan pukul 3pagi.

Mereka tepar setelah menghabiskan beberapa botol minuman. Sekarang hanya tersisaa tulus dan Vale yang masih tersadar karna mereka tidak minum terlalu banyak.

"Besok ga ada kelas kan? " Tanya Vale memecah keheningan.

Tukus mengangkat bahunya tanda tak tahu, "males kekampus gw" Ucapnya lesu.

Vale tertawa pelan, "lu pikir gw ngga?" Balasnya. Tulus memutar bolanya malas.

"Sebenarnya lu cape ga sih tiap hari pake masker biar nutup identitas lu? " Tanya tulus binggung. Vale menatap lurus memandang motor yang sudah menjadi bangkai.

Vale beralih menatap tulus, dengan smirk yang ia punya ia pun bertanya, "lu cape ga? " Ucap Vale tenang. Tulus mengangguk sebagai jawaban. "Yaudah gw juga cape" Ucap Vale santai.

"Mksud gw kenapa kalau lu cape lu ga buka aja, lah ini dibuka kalau ga di markas ya di apart" Balas tulus masih binggung.

Vale beranjak dari tempatnya, "lu tau keputusan gw waktu pertama kali adanya Allerta" Kata Vale dan langsung ia masuk ke dalam kamar untuk mengistirahatkan badannya karna sejujurnya luka itu masih sangat terasa sakit.

"Hahhhh" Tulus menghembuakan nafasnya kasar tak habis fikir. Tetapi didalam hatinya pun ia bersyukur telah bergabung dengan Allerta yang memberitahunya bagaimana rasanya disayang oleh keluarga. Karna sejak orangtuanya berpisah tulus seakan lupa bagaimana rasanya disayangi.

°°°

Siang ini semua anggota Allerta berkumpul, bukan hanya 10 oarang tapi sekitar 100 orang, memang semuanya tidak dihandle oleh Vale, tetapi setidaknya setiap kawasan ada yang bertugas menjadi ketua.

Vale memanggil sekitar sekitar 6 ketua yang masing masing memegang kawasannya, ia membawa mereka ke dalam bangunan untuk berdiskusi.

"Val kemarin perang lagi? " Tanya Shaka. Vale mengangguk sebagai jawaban, setelahnya ia memperlihatkan lukanyang kemarin ia dapat.

"Gila sampe ditusuk, terus kenapa kita ga di kasih tau " Tanya Ardiaz tidak terima, pikirnya mereka sangat egois, Allerta bahkan memiliki anggota 100 orang, tapi kenapa hanya 10 orang yang ikut.

Vale mengangkat alisnya menatap lekat ardiaz, ia membenarkan posisi duduknya menjadi tegak, "ngurusin banci ga usah 100 orang turun" Ucap Vale dengan suara seraknya.

"Ck ya ga gitu juga, kita disini jadi kaya ga berguna" Ucap Leo ketus, Vale hanya mengangkat bahunya acuh, menyesap rokok dengan santai.

Shaka menatap Vale, sbenernya semuanya masih bingung kenapa mereka dikumpulkan oleh Vale. "Terus tujuan lu ngumpulin kita apaan? " Tanya Shaka binggung.

Vale mematikan rokok nya, "ekhm, jadi anggota Revier pasti bales dendam karna perang kemarin, mereka bisa aja ngajak perang lagi atau rebut daerah kekuasaan jadi hati hati, Revier pasti nyiapin rencana juga, jadi kita juga harus punya planA & planB" Jelas Vale panjang. Semuanya menganggukkan kepalanya mengerti, semuanya diam sebentar berfikir untuk menemukan rencana yang keren agar Revier kalah.

Vale dan semuanya diskusi sampai tak terasa waktu menunjukkan pukul 5 sore. Vale dan yang lainnya bolos kuliah, itu bukan yang pertama kali untuk mereka, jadi mereka santai saja.

Vale beranjak dan membereskan pakaiannya, "balik ke Basecamp masing masing, atau kalau mau ikut gw ke apartement ayo aja" Ucap Vale pada semua ketuanya.

"Ngga deh gw ke Basecamp kecil aja gw kan harus jelasin rencana tadi juga ke anak anak" Ucap Leo, dan disetujui oleh semuanya.

Vale mengangguk pelan setelah itu ia keluar dan lihat semua anggota Allerta yang begitu banyak, kadang ia tidak menyangka mempunyai keluarga sebanyak itu, tapi bukannya dia harusnya bersyukur? Banyak yang membantunya jika ia kesusahan. Senyumnya terukir mengingat itu.

Bit menatap Vale binggung, "lu ngapain senyum kaya orang gila" Ejek Bit dengan tawa di akhir, Vale menatap malas Bit dan terakhir geplak kan mulus mendarat di kepala Bit.

"Apaan si lu ah" Bit merenggut kesal, setelah itu dia memakai maskernya.

Anggota Allerta semuanya memakai masker sebelum melajukan motornya meninggalkan tempat ini.

100 bukan angka yang sedikit bukan? Anggota Allerta memenuhi jalanan, suara motor yang lagi lagi membuat mereka terlihat angkuh, seperti biasa Vale yang memimpin jalanan, tetapi kali ini di sampingnya ada ketua yang lain hinga ia tidak sendiri di depan.





Tbc :))

Tbc :))

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vale

Pict by : ig (Stardustlrrr)

ALLERTA • E-book ✔️✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang