chapter 10

750 118 39
                                    

.
.
Wih ko udh chapter 10 siiiii 😫
.
.
.
Vote & komentar nya jgn lupaaaa
.
.
.
.

"bang, denger ga? Kayanya ada yg nangis?"

Vale menghembuskan nafasnya kasar "Itu cuman sugesti bunda aja, udah temenin cwe itu" Sahutnya enggan membuka matanya.

"Yaudah deh" Setelah mengucapkan kata-kata itu ia beranjak dan meninggalkan Vale, ia dengan semangat menuju kamar yang di tempati oleh Marisa.

"Caaa, bikin mak-" Ucapan Triana terpotong karna melihat Marisa yang tengah sesenggukan menangis dengan handphone ditangannya.

Ia dengan cepat kembali ke lantai 2 untuk memanggil Vale. Karna Triana yang berteriak memberitahu jika Marisa menangis, semua orang yang berada di lantai 2 pun langsung dengan cepat turun dan tak lupa memakai maskernya.

Saat di depan kamar itu, Vale yang terlebih dahulu mendekati Marisa yang tengah sesenggukan menangis, "hey, you okey? " Tanya Vale dengan nada selembut mungkin karena takut jika Marisa semakin takut padanya.

Matisa menggeleng sebagai jawaban, ia tetap menangis meraung entah dengan alasan apa.

"Lo bisa bilang pelan pelan" Ucapnya sekali lagi, semua orng disana khawatir dan menunggu jawaban dari Marisa.

Karna Vale binggung apa yang harus ia lakukan agar Marisa berhenti menangis, ia menarik Marisa dalam Pelukannya, memeluk erat dan mengelus rambutnya dengan pelan.

Semua orng yang menyaksikan aksi Vale terkejut karna ini pertama kalinya Vale mau memulai duluan, karna biasanya. Peremuan lah yang mencari perhatian pada Vale.

"Hey lo harus tenang, biar semuanya bisa diatasi" Ucapan ucapan penenang dikeluarkan oleh Vale.

Setelah beberapa menit tangis Marisa pun mereda tapi sesenggukan nya masih ada, Vale terus mengucapkan kata kata penenang untuknya.

"Gw disini, jangan khawatir" Ucap Vale dan melepaskan pelukannya, ia merangkup kedua pipi Marisa dan menghapus air matanya.

"B-boleh an-nter a-aku p-pulang? " Pinta Marisa dengan suara yang terbata.

Vale tersenyum dibalik maskernya, "as your wish, lo mau di anter sama cwo mana? " Sambil menunjuk semua anggota Allerta yang ada di rumahnya, Candaan Vale berhasil membuat Marisa tersipu malu.

"Becandaa, pipi lo gampang banget merah" Ejek Vale sambil menatap pipi yang sudah seperti kepiting rebus itu.

Vale beranjak dan naik ke lantai 2 untuk ganti baju, dan mengambil kunci motornya.

Sedangkan dibawah marisa seakan sedang di interogasi oleh anggota Allerta, banyak yang penasatan dengan Marisa.

"Lo namanya siapa? " Tanya Bit memecahkan suasana hening.

Marina pelahan menatap Bit, "Marisa, panggil aja caca" Jawabnya pelan.

Bit dan yang lainnya mengangguk paham, "lo kenapa bisa sama geng apa? Lexsar? Jadi kacung? " Tanya Tulus penasaran.

"Hah? Nextar? " Ucap Kin binggung. Semuanya memberi geplakan mulus pada kepala King hinggga Kin kesal.

"Itu mah makanan kesukaan gw, apalagi yang rasa coklat beuhhh enak bgt no kecot" Ucap Naial sambil membayangkan makanan itu.

Farrel yang ada disampingnya memberi geplakan pelan di dahi Naial, "malah iklan ah" Gerutunya kesal. Naial hanya menyengir kuda.

"Yaudah terusin, jdi gmna? " Tanya Reza pada Marisa.

"Iya aku jdi kacungnya mereka, karena aku butuh uang" Jawab Marisa lirih.

Semuanya terdiam, tidak bisa berkata apa apa karna takut menyinggung perasaan Marisa.

ALLERTA • E-book ✔️✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang