chapter 13

676 106 19
                                    

.
.
.
Ayok Vote dan komentar, jangan jdi siders ya bund cape aku nulis :)
.
.
.
.
.

Drrtt drrt

"Val anak anak semua pada minum di markas, tapi gw harus pulang karna bunda gw nelpon" Panggilan masuk itu dari Farrel, ia menelpon Vale hanya untuk laporan saja.

"Iya besok gw ke markas"

"Oke thanks"

Tuuuttt

Malam ini tepat pukul 23.00 Vale duduk sendiri diruanh tengah, ia memejamkan matanya lelah.

"Hufftt" Vale menghembuskan nafasnya kasar, tangan kirinya terangkat menatap dengan lekat perban yang menempel ditangannya, ia menunggu ayahnya pulang agar bisa diobati.

"Vale" Panggil seseorang dari arah belakang, Vale terdiam, ia mengambil masker yang berada disisinya dan langsung ia pakai.

"Maaf" Cicit seseorang itu pelan.

Vale menoleh menatapnya dengan lekat, "duduk Ca" Titah Vale menepuk ruang kosong disebelahnya.

Marisa diam ia tidak punya nyali untuk duduk disebelah Vale.

"Gausah takut gw ga mood buat marah" Lanjut Vale saat melihat Marisa mematung disana.

Marisa perlahan berjalan dan duduk sedikit jauh dari Vale. "Maafin Caca ya" Ucap Marisa pelan.

Vale tersenyum dibalik maskernya, ia memandang Marisa yang merunduk di sebelahnya. Vale menggeser tubuhnya mendekati Marisa.

Tangan Vale terulur memegang dagu Marisa perlahan menggerakkan tangannya agar Marisa menatap matanya, "kalau minta maaf itu tatap orangnya, ga sopan" Kata Vale dengan suara deep khasnya membuat Marisa merinding takut.

"Maaf" Kata itu lagi lagi keluar dari mulut Marisa. Vale terkekeh pelan, melepaskan tangan yang berada didagu Marisa.

"tanggung jawab" Ucap nya sambil menyodorkan tangan kirinya pada Marisa.

Marisa kaget dengan tangan Vale yang ternyata terluka, ia mengigit bibirnya gugup, "boleh pegang ga? " Tanyanya hati hati, Vale mengangguk pelan sambil memainkan handphone nya.

Tangan Marisa dengan pelan menyentuh perban itu, "sakit ya? " Tanyanya lagi. Lagi lagi Vale hanya mengangguk sebagai jawaban. "Terus aku tanggung jawabnya harus gimana? " Lanjutnya binggung.

"Lukanya belum gw apa apain, jadi sebagai tanggung jawab, lo harus bersihin luka gw sebelum ayah dateng" Ucap Vale menatap Marisa dengan lekat.

"P3K nya dimana? " Tanya Marisa.

Vale mengangkat bahunya tak tahu, "tanya bunda" Jawab Vale acuh.

Marisa menatap Vale binggung, "bunda kmu udah tidur"

"Masuk kamar itu, tanya ke cwo yang lagi main game" Vale menunjuk kamarnya yang berada di sebelah kanan.

Marisa dengan pasrah berjalan menuju kamar itu, ia tak habis pikir kenapa semua laki laki itu memakai masker, padahal ini didalam rumah. "Permisi" Ucap Marisa pelan.

Leo menoleh sebentar melihat Marisa yang ada di ambang pintu, "ohh elo, apa? " Tanya Leo dengan mata yang tidak lepas dari PC di hadapannya.

"Aku mau tanya, P3K di mana? " Tanya Marisa

Leo mengernyit heran, "lah mana gw tau anjir gw kan bukan tuan rumah, tanya Vale" Jawab Leo binggung, "eh nama lo siapa? " Lanjut Leo sebelum Marisa meninggalkan kamar itu.

"Marisa, panggil aja Caca" Jawab Marisa dan langsung meninggalkan kamar Vale, ia kembali berjalan menghampiri Vale yang sedang memejamkan matanya.

"Katanya ga tau" Jelas Marisa, Vale tertawa keras.

"Sorry sorry hahaha, ada kok dilaci deket kamar yang suka lo tempatin" Ucap Vale menunjuk ke arah lantai 1. Marisa menatap Vale Malas, ia langsung turun untuk mengambil kotak P3K.

Tak lama ia kembali dengan kotak putih bertuliskan P3K, ia duduk di sebelah Vale yang sedang memainkan handphonenya.

"Sini tangannya" Pinta Marisa, Vale langsung menyodorkan tangannya pada Marisa.

Marisa perlahan membuka perban yang terlilit rapih itu. "Maaf ya karna aku kmu jdi gini" Ucap Marisa saat menatap luka menganga itu dengan tatapan ngeri.

"Lebay" Ucap Vale singkat, ia memilih memejamkan matanya, menikmati setiap rasa perih saat kapas dan alkohol menyapa lukanya.

"Kamu bisa antar aku pulang? Aku binggung karna ga bawa uang sama sekali" Celetuk Marisa yang sedang fokus membersihkan luka Vale.

Vale membuka matanya perlahan, menoleh ke arah samping, "kata siapa lo boleh pulang? "

Marisa menoleh kaget, menatap Vale dengan tatapan binggung, "masa ga pulang?" Tanya balik Marisa.

"Lo ga boleh pulang, kalau lo pulang nanti kaya tadi lagi, ngerepotin" Balas Vale dingin dan iaa memejamkan matanya.

Marisa merunduk "maaf" Cicit nya pelan.

Vale menghembuskan nafasnya kasar, "lo nginep dulu aja disini, besok gw anterin" Jelas Vale pelan. Marisa mendongak menatap Vale.

"Makasih" Ucapnya pelan, "udah selesai" Lanjutnya dan menatap luka di tangan Vale yang sudah bersih , setidaknya tidak seperti tadi yang banyak berlumuran darah.

"Thanks" Ucap Vale sambil menatap manik indah Marisa.

Marisa tersenyum lebar, sungguh senyum itu baru pertama kali Vale liat, sangat manis pikirnya hingga matanya tak mau lepas dari senyum itu.

"EKHM"

Vale langsung menggelengkan kepalanya saat mendengar suara itu, ia menoleh ke arah Tulus yang keluar dari kamarnya.

"Lo ga pke masker? " Tanya Vale binggung.

Tulus mengangkat bahunya acuh, "Marisa ga mungkin sebar muka gw kan? Jadi yaudah lah santai aja" Jelas Tulus acuh, ia berjalan kearah tangga untuk turun ke bawah.

Vale menoleh pada Marisa, menatapnya tajam, "oke gw percaya sama lo, tapi kalau suatu saat muka Tulus kesebar, berarti lo pelakunya" Sarkas Vale dan ia beranjak dari tempatnya masuk ke dalam kamarnya.

Marisa yang kembali takut dengan Vale menghembuskan nafasnya lega saat Vale sudah meninggalkannya sendirian.

•••••

Di markas besar Allerta, sekitar 20 orng berkumpul disana, mereka bersantai membuat daging BBQ dan tentu saja minum.

"Demi apasii Kin lo ga ada niatan bantuin gw panggang dagingnya?, lo minum mulu anjir nanti jackpot" Cibir Bit kesal, Kin menatap malas Bit, ia berjalan menghampiri bit yang sedang sibuk memanggang daging itu.

Bit tersenyum lebar saat melihat Kin berjalan kearahnya, "gitu dong yang" Ucap Bit dan menyentuh singkat dagu Kin.

"Yang yang yang yang pala lo" Ucap Kin risih, sedangkan Bit ia hanya tertawa keras.

"Aaaa lutuna, gitu dong" Goda Bit meniru ucapan Kin jika sedang telpon dengan cwe incarannya.

Kin menatap Bit dengan tajam, "gw jait ya lama lama mulut lo" Sarkas Kin kesal.

"Aaa lutuna, aaaa lutunaa, lutunaa lutunaaaaaaaaaa" Ejek Bit hingga Kin mengge tok kepala Bit memakai pencapit yang ia pegang untuk danging.

"ISH AH RAMBUT BROKOLI GW KOTORRRRR" Pekik Bit kesal, mendengar itu semua anggota Allerta tertawa terlebih saat melihat wajah kesalnya.



Tbc

Selamat membaca, pasti banyak typo :)

Aku masih binggung mau Visualisasi in siapa kasih saran plissssss hehe

ALLERTA • E-book ✔️✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang