chapter 18

518 77 9
                                    

.
.
.
Jangan jadi siders
.
.
.
.

Marisa sedang memainkan handphonenya sambil menunggu Vale yang terbangun dari tidur. Pundaknya sudah sedikit pegal karna sepertinya Vale nyaman hingga tidak bangun dari tidurnya.

Tangan Marisa terulur memegang rambut Vale.

Tidur Vale terusik karna sentuhan tangan Marisa, hingga akhirnya Vale membuka matanya perlahan, ia kaget karna kepalanya yang berada di pundak Marisa.

Vale langsung terbangun, ia menatap kaget Marisa, "sorry" Ucapnya sedikit malu.

Marisa mengangguk dan tersenyum, "gapapa kok, yaudah yuk ke temen kamu dia ada di ruangan lantai 2 katanya" Ajak Marisa. Vale mengangguk mengiyakan ucapan Marisa.

Akhirnya mereka beranjak dan langsung menuju ruangan yang di maksud oleh Marisa.

Ceklek

Saat memasuki ruangan, Ardiaz terlihat sedang tertidur lelap, Vale dan Marisa pelan pelan masuk agar Ardiaz tidak bangun.

Karna binggung mereka akhirnya mendudukkan diri ke sofa yang disediakan disana.

"Temen kamu yang ini namanya siapa? " Tanya Marisa menunjuk Ardiaz.

"Ardiaz" Jawab Vale singkat, Marisa hanya mengangguk paham.

"Kalian ada masalah apa sampe gini?" Tanyanya saat melihat kondisi Ardiaz dengan wajah yang terdapat banyak luka.

Vale menghela nafasnya berat, "diserang Lexsar" Jawabannya. "Gara gara gw sama anak anak bantuin lo" Lanjutnya.

Marisa merunduk ia sangat merasa bersalah saat ia mendengar ucapan Vale, "maaf" Cicitnya pelan.

"Santai, malah makasih lo udh mau bantu kita tadi" Ucap Vale menenangkan.

Tak lama Ardiaz terlihat membuka matanya perlahan, Vale yang melihat itu langsung menghampirinya dan duduk dikursi yang berada di samping kasur.

"Gimna kedaan lo? " Tanya Vale

Ardiaz tertawa kecil, "gw gapapa ga usah lebay" Jawabnya. Mendengar jawaban Ardiaz Vale memutar bola matanya malas.

Mata Ardiaz beralih pada Marisa yang sedang duduk di sofa, "hey sini jangan kaya orang asing" Ujar Ardiaz, Marisa tersenyum canggung hingga akhirnya ia menghampiri 2 laki laki itu.

"Awas lo biar dia yg duduk di situ" Usir Ardiaz pada Vale.

Marisa duduk di bangku yang tadinya diduduki Vale, ia menatap ngeri luka luka yang ada di wajah dan tangan Ardiaz. "Maaf ya ini gara gara aku" Ucap Marisa bersalah.

Ardiaz yang mendengar itu tertawa, "gapapa kali ini bukan salah lo, ga usah minta maaf" Marisa tersenyum mendengarhal itu.

"Udah jam segini gw pulang ya? " Ucap Vale saat melihat jam dinding menunjukkan pukul 20.00, "gw udah nyuruh Reza sama Naial kesini tadi paling lagi otw" Lanjutnya.

Ardiaz mengangguk, "gw maunya sih ikut balik, tapi gapapa deh klo ada temen" Ujar Ardiaz membuat Vale menatapnya tajam.

"Kita disini aja sampe mereka datang yaa? " Pinta Marisa pada Vale. Respon Vale hanya mengangguk lalu ia berjalan ke luar ruangan menuju parkiran rumah sakit agar ia bisa merokok.

Cukup lama ia merokok, manik mata Vale menangkap segerombolan motor yang tak asing baginya. Motor itu terparkir di parkiran khusus motor di rumah sakit itu.

"Anjir gw nyuruh 2 orng malah dateng 20" Ucap Vale saat melihat ternyata motor itu adalah anggota Allerta.

Bit duluan menghampiri Vale, dengan memasang senyum konyol di balik maskernya, "hehehe Vale ternyata disini, tadinya kita mau bikin suprise tapi kaya gini jga kaget kan??" Canda Bit.

Vale menggelengkan kepalanya tak habis pikir, "yaudah yang boleh nginep cuman ber3 dan anak anak Ardiaz aja, yang lain pulang ke rumah masing masing, apalagi yang dari kemarin nginep di rumah gw" Perintah Vale.

"Yeeeee gw jga sebenrnya udah di telpon emak gw, tapi ga asik kan klo ga bikin dia ngamuk" Balas Kin menunjukkan handphone nya yang terdapat beberapa panggilan dari ibunya.

Semuanya masuk berbarengan ke dalam rumah sakit, di lobi mereka menjadi pusat perhatian orang orang yang sedang menunggu pasien.

"Gw kya jdi artis anjir" Ucap Farrel dan langsung mendapat jitakkan mulus oleh Bit.

"Ga usah geer" Cercanya pelan.

Ceklek

"Assalamu'alaikum" Ucap mereka bersamaan saat sudah di depan ruangan Ardiaz.

Marisa yang membukaan pintu, "syuuutt kasian pasien yang lain" Ujar marisa dengan menaruh telunjuk di bibir tipisnya.

"Yaudah ah , awas " Usir Bit dan ia langsung masuk ke dalam disususl dengan yang lainnya.

"Ca" Panggil Vale yang sedang berdiri di dinding batas. "Ayo balik" Ajaknya.

Marisa mengangguk dan langsung berjalan menyusul Vale yang sudah terlebih dahulu, ia berusaha menyeimbangkan langkahnya dengan Vale.

Saat mereka sudah ada di mobil, Marisa mengigit bibirnya gugup, ada hal yang ingin dia pinta tetapi belum cukup berani untuk berbicara pada Vale.

"Boleh anter aku beli makan ga? Soalnya aku ga mungkin masak di kossan jam segini" Pinta Marisa hati hati, jika tidak membeli makan sekarang ia tidak mungkin masak di kosannya karna posisi dapur yang berada di luar membuatnya sedikit takut.

Vale menoleh menatapnya dengan lekat, detik berikutnya ia mengangguk mengiyakan ucapan Marisa dan dengan cepat melajukan Mobilnya meninggalkan area rumah sakit.

Di perjalanan Marisa berfikir apa yang harus ia beli saat ini hingga akhirnya ia melihat kedai pecel lele di depan.

"Berhenti di depan boleh ga? Mau beli itu soalnya" Marisa menunjuk tempat pecel lele itu, akhirnya Vale memarkirkan mobilnya di pinggir jalan.

"Lo tunggu di sini" Ucap Vale bersiap untuk keluar, Marisa mengernyit binggung.

"Kenapa? " Tanyanya.

Mata Vale mengarah ke kaki Marisa, "Rok lo kependekan, bahaya" Jawab Vale dan langsung ke luar dari mobilnya.




Tbc

Udah duluuuuu byee,

Makasih buat yang masih mau baca :)



ALLERTA • E-book ✔️✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang