chapter 16

498 93 19
                                    

.
.
.
⚠PERHATIAN⚠ cerita ini semakin membosankan dan tidak jelas :) jadi mohon maaf, terimakasih.
.
.
Jangan jdi siders.
.
.
.

Siang ini setelah diantarkan pulang oleh Vale, Marisa menatap kaget dengan keadaan kosannya yang sangat berantakan, ia melihat setetes darah yang telah mengering ia yakin jika itu adalah darah Vale.

Butuh waktu 3 jam ia membereskan kekacauan ini, setelah semuanya rapih dan kembali seperti semula ia berniat untuk membersihkan badannya yang sudah sangat lengket ditambah ia tidak mandi sedari kemarin.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu terdengar dari luat, ia sangat panik karna posisinya sedang berada di kamar mandi.

Tok tok tok

Dengan cepat Marisa membereskan acara mandinya, ia dengan tergesa-gesa memakai hoodie putih oversize dengan rok mini skrit berwarna pink pastelnya.

"MARISA" teriak Seseorng dari luar.

Ceklek

"Astagfirullah" Ucap Marisa saat melihat Vale dan laki laki yang ia temui di rumah Vale kemarinn.

Vale melihat Marisa dengan outfit seperti itu membuat ia gemas pada Marisa, ahh tidak tidak ia tidak mungkin jatuh cinta bukan?. Vale menggeleng dengan cepat.

Bit menyenggol lengan Vale dengan cepat, karna ia binggung kenapa Vale tiba tiba terdiam.

"Kalian ngapain kesini ? " Tanya Marisa binggung. "Oh aku ga tau nama kamu siapa, siapa nama kmu? " Lanjut Marisa pada Bit.

Bit menatapnya malas, "panggil aja sayang" Jawabnya dengan senyum lebar di balik maskernya.

Vale yang mendengar itu langsung menatap Bit tajam, "panggil aja Bit" Jawab Vale.

Marisa mengangguk paham, "yaudah masuk jangan di luar" Ajaknya.

"Ayo ikut kita ke markas" Ucap Bit dan langsung memakai kembali helmnya.

"Hah? " Sungguuh Marisa binggung sekarang.

Vale membuka jaket levis nya memberikan pada Marisa, "ikut aja, tutupin kaki lo" Ucapnya dingin. Ia langsung memakai helmnya dan naik motornya.

Karna binggung Marisa hanya mengikuti saja apa yang Vale minta.

Ini pertama kalinya Marisa di bawa ke markas Allerta. Saat sampai ditujuan Marisa sangat gugup ia memang seperti itu jika bertemu dengan orang baru, terlebih ini sangat banyak dan semuanya laki laki.

Marisa bersembunyi di belakang Vale, ia takut tidak diterima disni.

Vale menoleh ke belakang, ia meraih tangan Marisa dan menariknya agar ia berada di samping Vale.

"OOHH jdi inii cwe yang bikin Vale tiba tiba peluk waktu dia nangis" Ucap Leo saat melihat Marisa.

Bit tertawa, "demi apaziiiii gw waktu itu speechless liat nya" Tambah Bit dan membuat semuanya mengangguk setuju.

"Gw juga gitu woy, biasanya yang nyosor ke dia kan cwenya" Imbuh Kin ikut memanas manasi.

Vale mengabaikan semua ucapan itu, "duduk Ca" Ucap Vale menunjuk banku yang berada di sebrangnya.

"Kita butuh bantuan lo" Ucap Leo memulai obrolan.

Marisa mengernyit binggung. "Apa yang bisa aku bantu? " Tanyanya.

Vale menjelaskan kejadian tadi hingga memberitahu kondiri Ardiaz. Raut wajah Matisa berubah ia terlihat sangat Khawatir saat ini.

"Jadi karna lo dulu pernah bareng bareng sama Lexsar, lo pasti tau kebusukannya" Lanjut Leo memperjelas.

Marisa akhirnya mengangguk paham, detik berikutnya ia mengeluarkan handphone nya dan menunjukkan beberapa Foto pada Vale.

Sambil menunjukkan foto foto itu ia memberitahu semua keburukan Lexsar termasuk apa yang sudah dilakukan padanya selama ia menjadi kacung Lexsar.

Semua anggota Allerta pun menyimak kata demi kata yang keluar dari bibir Marisa. Mendengar semua penjelasan Marisa anggota Allerta sangat tidak menyanhka jika ada geng motor seperti Lexsar.

"Yaudah karna besok hari minggu, tolong kasih tau semuanya kumpul di markas jam 12" Perintah Vale setelah selesai mendengar penjelasan Marisa. Semuanya mengangguk setuju.

Bit yang sudah bosan sedari tadi ia beranjak dari bangkunya, "Val laperr" Adu nya sambil mengusap perutnya.

Marisa terkekeh mendengar ucapann itu, "didalem ada dapur nya ga? Aku aja yang masak mau? " Tawar Marisa dan langsung semua anggota Allerta mengangguk semangat.

Bit menghela nafasnya tak semangat, "Dapurnya ada, bahannya yg ga ada" Ujarnya kecewa.

"Lu beli lah" Ucap Vale dan langsung mengeluarkan dompetnya mengeluarkan 3lembar uang berwarna merah menyodorkan pada Bit.

Bit menatap kaget Vale, "hah? Serius? " Ucapnya masih tidak menyangka. "Yaudah ayo Ca kita ke pasar" Ajak Bit dan diangguki oleh Marisa.

Saat Marisa baru saja akan beranjak, tangan Vale menarik Marisa agar terduduk kembali, "lo sendiri aja, Ca lo tulisin apa yg si Bit harus beli" Ucap Vale.

Semua anggota Allerta yang mengerti situasi itu menahan tawanya.

Marisa menatap binggung Vale, tetapi Vale tetap mempertahankan posisinya, "emm yaudah kalian mau makan apa? Aku bikinin nasi goreng aja mungkin? " Tanyanya.

Semua anggota Allerta hanya mengangguk, apapun makanannya yang terpenting adalah perut mereka kenyang.

"Demi apapun gw pengen jengkol" Ucap Bit sambil membayangkan jengkol kesukaannya.

Marisa menggelengkan kepalanya dan tertawa pelan, "karna disini ga ada nasi, nanti kamu beli nasinya aja di warteg nah kmu bisa sekalian beli jengkol" Usul Marisa.

Bit tersenyum lebar, "yaudah nih lo tulisin dulu apa yang harus gw beli di pasar" Bit menyodorkan. Handphone nya pada Marisa. Setelah dirasa cukup Marisa mengembalikan kembali handphone nya.

Setelah kepergian Bit Vale menyenderkan punggungnya dikursi memejamkan matanya dengan perlahan. "Val kita buka masker aja ya? Ca lo ga mungkin sebar muka kita kan? " Farrel berbicara seperti itu karna ia sudah sangat pengap memakai masker terus menerus.

Vale kembali membuka matanya, ia menoleh pada Marisa yang saat ini berada disampingnya, "lo bisa jaga privasi kan? " Tanyanya dingin.

Marisa mengangguk mantap, "santai aja aku jga ga mungkin lakuin hal. Konyol kaya gtu" Ucap Marisa meyakinkan.

Akhirnya semua anggota allerta membuka maskernya, kecuali Vale.


Tbc

Sekian Terimakasih, maaf ya makin ga jelas sumpah :)








ALLERTA • E-book ✔️✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang