chapter 5

1.1K 140 12
                                    

.
HEYY JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENTARNYA YAAAA 🥺
.
.
.
.
.
.

Malam ini tepatnya pukul 01.00 malam, Vale baru saja menginjakkan kakinya di rumah, setelah 2hari ia tidak pulang. Sebenarnya bundanya sudah bawel menyuruhnya ia pulang tetapi begitulah Vale ia memang sedikit batu.

Ceklek

Suara decitan pintu itu terdengar pelan, Vale tidak ingin membangunkan kedua orang tuanya. Ia berjalan menyusuri gelap rumahnya berjalan dengan santai menuju lantai 2 tepat kamarnya berada.

Setelah sampai Vale langsung masuk kekamar mandi untuk membersihkan badannya. Ia baru menyadari bahwa luka di perutnya itu cukup parah menurutnya.

Ceklek

Suara pintu kamar terbuka, bundanya yang bernama Triana itu celingak celinguk mencari keberadaan Vale, ia melirik jaket dan helm nya berserakan di kasur anaknya, ia menggeleng berjalan dan membereskan kekacauan itu.

"Eh bunda" Panggil Vale yang baru keluar dari kamar mandinya dengan celana pendek selutut dan baju hitamnya.

Triana tersenyum menatap Vale, ia menepuk-nepuk kasur agar Vale duduk di sampingnya. Vale menghampiri bundanya, dengan cepat ia mengambil posisi cuddle, memeluk bundanya.

"Kenapa abang baru pulang hmm?" Tanya Triana sambil mengusaprambut Vale lembut, Triana memang memanggilnya abang, walaupun Vale anak satu satunya, tapi dulu saat ia tengah hamil anak 2 Vale kecil sudah memaksa untuk di panggil abang. Syaangnya cita cita Vale mempunyai adik tidak tersampaikan karna kondisi Triana yang saat itu bekerja membuat ia kelelahan dan berakhir keguguran.

Vale terkekeh malu, "maaf bun hehe, tapi abang sama anak anak kok" Jawab Vale, Triana sudah tahu jika Vale menjadi ketua geng motor, sebenarnya ia tidak setuju tapi saat itu Vale berusaha meyakinkannya jika ia tidak akan terluka ataupun sampai masuk penjara.

"Oh iya bun, maafin abang ya? " Ucap Vale tiba tiba, tangannya terulur menggenggam tangan bundanya dengan erat, "janji ga bakal marah? " Lanjutnya yang membuat Triana semakin binggung.

Vale membuka bajunya memperlihatkan luka yang sudah ia ganti perbannya saat mandi, Triana melotot panik, "astaghfirullah abang, itu kenapaa? " Tanya Triana panik, ia langsung menyentuh luka itu.

"Akhh bun, sakit" Rengek Vale, ia langsung menutup kembali bajunya.

Triana langsung menyuruh Vale untuk duduk, "ngga nggaa ini ayah kamu harus tau" Ucapnya sambil tergesa berdiri dan berjalan dengan cepat menuju kamarnya.

Vale menggelengkan kepalanya, jika sudah seperti ini pasti kedua orng tuanya akan heboh, tunggu saja.

"Heboh nih pasti" Gumamnya pelan. Ia mengambil handphone nya yang tergeletak ti meja narkas, melihat chat yang masuk.

Allerta : ..... (99+)
Bit : Val gw di apart ya (1)
Kin : Istirahat jangan lupa (1)
Tulus : Besok ke kampus jam 9 (1)

Vale tidak berniat untuk membalasnya, ia menutup kembali handphone nya dan melemparkan ke sembarang arah.

Brakk

"Astaghfirullah" Ucap Vale terkejut, ia melihat kedua orng tuanya yang di ambang pintu dengan wajah panik, terlebih ayahnya.

Aldrich--Ayahnya merjalan tergesa menghampiri Vale, "mana liat luka nya" Pinta Aldrich, Vale dengan cepat melihatkan lukanya.

Karena Aldrich adalah seorang dokter, ia perlaham membuka perban itu, detik kemudian ia menatap lekat luka yang ada di perut anaknya.

"Parah yah? " Tanya Triana khawatir, sedangkan Vale ia malah terkekeh melihat ekspresi muka bundanya.

ALLERTA • E-book ✔️✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang