chapter 20

582 86 10
                                    

.
.
Jangan jadi siders
.
.
.
.
.

Malam ini setelah diantar pulang oleh Vale, Marisa langsung membersihkan dirinya agar ia sedikit segar.

Sekitar 30 menit Marisa menghabiskan waktunya didalam kamar mandi, ia keluar dengan pakaian lengkap untuk tidurnya.

"Makannn" Ucapnya senang, melihat nasi pecel lele yang dibelikan oleh Vale.

Ia memakan makanannya dengan lahap sambil menonton drakor kesukaannya.

Drrrrrt drrrrrt

"Hallo"

"Caaa besok minggu kan? Keluar yok temenin gw"

"Kemanaaa"

"Ga tau sih yaudah pokonya jalan aja. Gw bosen dikossan mulu"

"Lo bawa motor kan, jemput ya hahaha".

"Hahhh iya deh"

"Byee"

"Byee"

Tutttt

Paginya sesuai janji sekitar jam 10 Marisa sudah dijemput oleh temannya, mereka melesat membelamembelah jalanan Bandung yang sedikit padat, dan berhenti disalah satu cafe eskrim kesukaan mereka.

"Ca lo masih kerja sama geng motor apa?  Lex? Lex apa si susah banget" Tanyanya memulai obrolan.

Marisa menggeleng, "Lexsar, udah ngga sih kayanya" Jawabnya, "oh iya Cyl, senin ada kelas kan? " Tamyanya.

"Ada jam 10, nanti lo jam 9 telpon gw ya, gw takut belum bangun" Ucap Cyla, asyila namanya akrab dipanggil Cyla, perempuan yang mempunyai hobbi tidur dan rajin menceramahi Marisa, ia adalah sahabat Marisa sejak mereka duduk di bangku SMP.

Marisa terkekeh dan  menggelengkan kepalanya pelan, "dasar kebiasaan" Cercanya.

Cyla mengangkat bahunya acuh, "eh btw kemarin lo ada masalah apa si? Ko lo ga bisa gw hubungi? " Tanyanya bertubi-tubi.

Marisa memajukan bibirnya sebal, "Biasa lo tau sendiri kerjaan gw kaya gimna, sekarang ditambah lagi geng motor yang ikut campur" Jelasnya membuat Cyla kaget tapi binggung secara bersamaan.

"Hah? Hubungannya sama lo apa? " Tanyanya lagi.

Akhirnya Marisa menceritakan semua yang ia alami dari pertemuan pertama sampai kejadian kemarin malam.

Cyla mengangguk paham, "apa namanya? All? Allerta? Itu anak anak yang suka pke masker ya kan? " Tanyanya memastikan.

Marisa mengangguk sebagai jawaban, "gw kya kenal deh sama salah satu dri mereka, yang anak mesin itu loh, tau ga?" Cyla berfikir mengingat seseorang yang ia kenal itu.

"Ck, gw ga bisa ngebedain mereka semuaaa" Decak Cyla kesal karna tidak bisa mengingat salah satu anggota Allerta itu.

Marisa tertawa pelan "lo bisa kenal, gmna ceritanya? Lo deket yaaa? " Goda Marisa .

Cyla mendelik tajam, "ga tau, dia waktu itu ketauan liatin gw mulu, yaudah gw samperin tujuan gw cmn buat nanya aja knp dia liatin gw segitunya apa ada yang salah di penampilan gw, ehh tapi malah ngajak kenalan, yaudah gtu aja, trs dia minta id line gw, tapi ga ada chat sih smpe sekrng, dan bodohnya gw lupa namanya siapa :) hehehe " Jelasnya panjang lebar membuat Marisa tertawa pelan, pikirannya sedang menebak nebak siapa dari anggota Allerta yang bisa bisanya menyukai perempuan seperti Cyla.

"Udah, yu ah cari makan, eskrim ga kenyang" Ucap Cyla dan dianggukki oleh Marisa, mereka akhirnya beranjak dan meninggalkan tempat itu untuk mencari makan.

🏍🏍🏍🏍🏍

Drrrttt drrrttt

Drrrttt drrrttt

Pagi ini suara getaran dari handphone Vale berhasil membangunnya dari tidur nyenyak nya.

"Hmm"

"Gw mau ngomong berdua sama lo, gw ke rumah lo 30 menit lagi"

Vale mengernyit heran, ia menarik kembali handphone nya dan melihat siapa yang menelfon nya.

"Yaudah kesini aja" Ucapnya dengan suara serak khas bangun tidur.

Tuutttt

Panggilan itu terputus, Vale kembali memejamkan matanya sebentar untuk mengumpulkan nyawanya.

Ceklek

"Bang, temennya hari ini udh boleh pulang" Ucap Aldrich di ambang pintu.

Vale membuka matanya, ia mengangguk pelan, "iya nanti abang kesana" Balasnya dan mendudukan badannya.

"Yaudah ayah berangkat kerja dulu ya" Pamitnya.

Vale tersenyum "cari uang yg rajin ya, soalnya aku rajin ngabisin uang" Ujar Vale yang berhasil membuat Aldrich menggeleng.

Setelah kepergian ayahnya, Vale berniat untuk membersihkan badannya.

"Apa iya gw harus nunjukin muka ke Caca? " Monolog nya saat ia menatap pantulan dirinya dikaca kamar mandi.

Vale menggeleng keras, "itu urusan nanti deh" Final nya.

Setelah selesai membersihkan dirinya ia turun ke bawah, mencari Triana.

"Bunda, nanti klo ada temen abang suruh ke atas aja ya" Pinta nya saat melihat Triana yang sedang duduk di sofa dengan tv yang menayangkan acara masak.

Triana mengangguk mengangkat jempolnya sebagai respon, Vale kembali berjalan ke lantai 2, memasuki kamarnya dan duduk di depan Komputer kesayangannya.

Suara Sabrina Claudio yang sedang menyanyikan lagunya berjudul Frozen mengalun tenang memenuhi kamarnya.

Tidak munafik, akhir akhir ini Marisa memenuhi pikirannya, entah ia sangat binggung dengan perasaan nya, ia sudah terlalu nyaman dengan dirinya yang dikenal sebagai laki laki bertopeng, di sisi lain dia ingin bertatap muka dengan Marisa, sangat ingin.

"Hahh" Helaan nafas keras keluar dari bibirnya, ia menatap kosong layar komputer didepannya.

Ceklek

Netra Vale beralih menatap pintu kamarnya yang terbuka, menampilkan seorang laki laki yang berhasil membangunkannya.

"Masuk rell" Titah Vale, Iya Farrel datang entah untuk apa.

Farrel merebahkan tubuhnya di kasur milik Vale, "Val, lo ngerasa cape ga sih kita harus bgt pake masker? " Tanya Farrel membuat Vale yang sedang membelakanginya langsung menatap Farrel.

"Sebenernya iya, tapi kadang gw mikir gmna gw mulai semua ini, ga mudah Rel bangun karakter kaya gini" Ujar Vale pelan, ia mendongakkan kelapanya menatap langit kamarnya.

Farrel mendudukkan dirinya, "gw cape Val" Ucapnya lirih. "Gw mau lepas, entah gw udahan di Geng motor ini, atau ya gw stay tapi gw bakal jarang pke masker. " Lanjutnya membuat Vale terdiam.

Haruskah ia juga menyudahi Allerta?

Haruskah ia melepas ciri khas Allerta?

Tbc

Iyaaa maaf ga update 3 hari wkwkw, tugas sekola sudah mulai aktif soalnya hihii,

Terimakasih untuk yang masih mau membaca cerita ini :)

Vote dan komentar yaaaa

ALLERTA • E-book ✔️✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang