" Terkadang hidup memerlukan dendam agar lebih menarik."
- Rachelia Adiva Taresha A.
Dia kembali, gadis cantik dengan senyuman cerianya yang kini menjadi senyum mematikan untuk mereka.
" Sekarang waktunya gue menikmati seberapa bahagia nya dunia in...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
•~~•
Rachel termenung menatap pantulan dirinya di dalam kamar. Setelah kejadian tadi saat pergi dengan Vero Rachel memutuskan untuk pulang ke apartemen dan Rachel menjadi lebih banyak termenung memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang tiba-tiba saja muncul di otak nya.
Sial dia melupakan banyak hal baik yang dulu pernah ia lewati dan hanya mengingat hal buruk yang pernah terjadi. Dan hal buruk itu melekat dengan baik di ingatannya hingga memunculkan sebuah dendam.
Bagaimana bisa sebuah fakta yang disimpannya begitu rapat di ketahui oleh Vero. Jika waktu bisa diputar Rachel rasanya ingin tidak pernah di pertemuan kan dengan Vero jika kejadian nya seperti ini.
Rachel pusing memikirkan siapa Vero sebenarnya? kenapa dia tau begitu banyak tentang dirinya? bahkan hal yang tidak diketahui Rachel dari dirinya sendiri.
Fakta yang Rachel sendiri pun enggan untuk mengakui nya bahkan tak menginginkan hal itu.
Larut dengan pikirannya tiba-tiba saja dentingan suara pesan masuk berbunyi dari ponsel Rachel, ia melihat nya yang ternyata itu adalah pesan dari Zelin, seketika Rachel menepuk jidatnya dan tanpa menunggu lama Rachel pun melangkah kaki nya hendak keluar.
Drrttt
Belum sampai melangkah keluar meninggalkan apart ponsel Rachel kembali berdering. Rachel menautkan alisnya saat melihat nama penelpon, tumben sekali dia menelfon pikir Rachel, tanpa menunggu lama Rachel pun menjawab panggilan tersebut.
Sepersekian detik setelah menjawab telepon tubuh Rachel melemas terduduk dilantai dengan air mata yang membanjiri pipi putih itu, dunia Rachel terasa hancur di permainan oleh takdir.
" Nggk nggk mungkin hikss hikss nggk," tangis Rachel menjadi setelah sambungan telfon berakhir Rachel memeluk erat tubuh nya sendiri seakan mencoba memberikan kekuatan pada dirinya sendiri.
" Takdir sialan ! kapan gue bahagia nya? hikss,"
Arghhh !!
Cranggg !!
Pyarrr
Rachel memecahkan semua benda yang ada di jangkauan nya bak orang kesetanan yang melempar semua barang dan menggenggam beling kaca tanpa merasa sakit sedikitpun pun. Bagai kehilangan akal Rachel berlari keluar apartemen melangkah entah kemana dengan keadaan jauh dari kata baik-baik saja.