TRENTAQUATTRO
♥
Sudah terhitung, hampir satu bulan setelah kepulangannya ke Verona. Tapi Jeffrey tak ada kesempatan sedikitpun untuk bertemu Rose saat di tempat kerja, karena mungkin jadwal pekerjaannya yang sedang padat akhir-akhir ini, atau memang gadis itu yang sedang mencoba menjauhinya. Terakhir kali mereka bersitatap adalah saat dimana Chanyeol dan Wendy menikah, sekitar dua minggu setelah acara pertunangan di tahun baru Imlek. Itupun sangat kentara bahwa Rose sedang mencoba seminim mungkin berbicara dengannya. Kalimat terakhir yang gadis itu ucapkan sebelum pulang ke Jakarta pun hanya kata, "sampai ketemu di Verona." Jeffrey sampai bingung. Apakah kalimat yang dimaksud Rose dengan sampai ketemu adalah selamat tinggal versi Roseanne?
Mungkinkah Jeffrey harus menyesal dengan pernyataan cintanya di malam itu? Mungkin saja hal itu yang memicu Rose menjauh darinya. Mungkin gadis itu tidak nyaman, mungkin juga Rose hanya perlu waktu lebih lama untuk memahami pernyataan Jeffrey, atau memang gadis itu tak pernah mencintainya? Opsi ketiga rupanya akan sangat menyakiti hati Jeffrey.
Dengan langkah lebar ia menghampiri ruang HRD, bertanya pada salah satu teman dekat Rose yang ia ketahui bernama Greta.
"Jeffrey, udah dua hari Rose gak masuk kerja karena izin sakit." jawab Greta setelah Jeffrey menanyakan kemana gadis tersebut.
Setelah itu, Jeffrey langsung pergi ke flat Rose. Berkali-kali memencet bell unit flat Rose dengan perasaan tak tenang, ia khawatir. Kemudian saat pintu flat itu terbuka dan menampilkan Rose dengan wajah pucat dan lesu, Jeffrey tak bisa lagi untuk menahan diri untuk menyambar tubuh Rose, memeluknya erat dengan rasa rindu yang kian menggebu.
"Jeffrey--"
"Ssssttt! diam dulu sebentar, lo gak tau gimana kangennya gue sama lo, hampir satu bulan ini lo jauhin gue---gue salah apa sampe lo menjauh gini?" tanya Jeffrey lirih, satu kakinya mendorong pintu hingga tertutup kembali.
Rose masih membeku di dalam pelukan Jeffrey, tubuhnya memang sedang tidak enak dua hari ini. Kepalanya masih terasa sedikit pusing. Maka saat Jeffrey memeluknya, Rose hanya bisa menyandarkan kepalanya pada dada Jeffrey, ia tak kuasa melepaskan pelukan tersebut karena tubuhnya yang terlampau lemas.
"Jeff, aku pusing..."
Jeffrey menghela nafas, ia hanya ingin mendengar jawaban gadis itu atas apa alasannya si bayi marshmallow menghindar selama ini.
Jeffrey akhirnya membawa Rose ke kamar gadis itu, menyelimuti tubuh Rose dengan selimut sampai sebatas dada. Ia duduk di tepi ranjang. "Udah makan?" tanya Jeffrey.
"Udah," jawab Rose lemas.
Telapak tangan Jeffrey menyentuh dahi Rose. "Masih anget, gue kompres ya?" tanya Jeffrey yang dijawab dengan anggukan kepala oleh Rose.
Jeffrey kemudian keluar dari kamar Rose untuk menyiapkan alat kompresnya.
Sepeninggalnya Jeffrey, Rose menutupi wajahnya dengan selimut. Ia merasa bersalah pada Jeffrey, harusnya ia tak menghindari pria itu sejak pernyataan cinta tak terduga tersebut. Jeffrey sama sekali tak salah, ia yang terlalu berlebihan dalam menanggapi hal ini. Ia terlalu merasa bersalah pada Maxi jika dirinya dekat dengan pria lain, padahal hubungannya dan Maxi kala itu belumlah resmi usai. Namun sekarang, hubungan Rose dan Maxi telah resmi usai setelah keduanya bertemu beberapa hari yang lalu. Lalu kenapa ia masih menjauhi Jeffrey? bukankah perasaanya pada Jeffrey sama?
Rose juga menyukai Jeffrey, semenjak mereka pergi untuk melihat pemandangan kota Verona dari atas bukit yang ada di seberang sungai Adige. Saat itu perasaan Rose mulai berbeda pada Jeffrey, tanda dan gejala gejolak cinta semacam: jantung berdebar, perut geli, keringat dingin, gugup, bahkan terkadang tremor. Namun datangnya Maxi membuat perasaan Rose sedikit teralihkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Juliet's House
FanfictionCita-cita seorang Roseanne Belle dari kecil hanyalah tinggal di kota cantik dan romantis dengan kisah cinta klasik, seperti Verona. Semua itu berawal dari kegemarannya membaca novel romance berjudul Romeo dan Juliet karya William Shakespeare. Setel...