Part 28. Basketball

325 15 3
                                    

Vinta sudah siap dengan baju basket warna merah, rambut digerai serta make up natural. Dia melempar-lempar bola ke udara dengan senang dan tidak sadar kalau dia diambil foto oleh Rizzy, cantik.

"Ikat rambutnya." Rizzy mendekat dengan bola yang berbeda warna, Vinta menggendong bola didepan dengan cemberut.

"Ketinggalan." Alasan lagi, alesan aja terus, Vinta jarang kuncir rambut disekolah, takutnya kerapiannya diisi A. Tidak ada juga fuckgirl rambut dikuncir.

Rizzy mendengus, dia mengedarkan pandangnya, disampingnya ada adek tingkat yang lewat, dia menghentikannya.

"Boleh pinjam ikat rambut lo?" Adek tingkat itu membantu, dia syok ditanya seperti itu oleh Rizzy, astaga mimpi ada dia semalam.

Tanpa sadar, adek tingkat itu melepas kuncir rambutnya, rambutnya yang rapi kini acak-acakan, Vinta menatap Rizzy pasrah, jika Vinta beralasan, Rizzy selalu membuat alasan itu tidak ada artinya. Hais.

"I-ini Kak. Jangankan ikat rambut, hatiku saja akan aku kasih buat kakak." Dia memberikan ikat rambut dan Rizzy mengambilnya.

"Gak perlu, buat lo saja. Gue sudah punya, 2 malah." Sombong Rizzy karena hati Vinta sudah ada dihatinya juga, bucin. Karena tidak kuat berinteraksi dengan Rizzy, adek tingkat itu berlari, tidak peduli ramputnya seperti apa berantakannya.

"Pakai." Mau alasan apalagi sekarang? Takutnya rambut itu menganggu konsentrasi Vinta, gitu aja tidak lebih, banyak sekali alasannya.

"Nanti ketahuan kalau aku cat rambut." Ada berapa sih alasan Vinta? Pengen Rizzy hisap semuanya, gemes deh.

Rizzy melempar bola asal, apa dia marah? Tidak, Rizzy cuma butuh pelampiasan saja, dia tidak bisa hanya bicara kalau sama Vinta dalam versi banyak alasan. Rizzy berjalan menuju belakang dan mengikatkan rambut Vinta, selain banyak alasan, ada maksud lain yang tersembunyi yaitu manja, jadi Rizzy yang mengikat rambut Vinta.

"Mau alasan apa lagi?" Saat Rizzy sudah selesai dan Vinta berbalik dengan model rambut yang berbeda.

"Aku kalah sama kamu." Akhirnya Vinta mengaku kalah juga. Vinta tidak mau lama-lama bersama Rizzy, nanti banyak orang yang liat walaupun mereka sudah menjadi sorotan.

"Tunggu." Rizzy mengambil bola basket Vinta lalu menukarnya dengan bola yang menggelinding menatap kakinya, bola yang sama saat Rizzy lempar tadi.

"Nanti kamu pakainya bola yang ini, jangan yang itu. Itu berat, bola yang ini lebih ringan dan lembut. Bola itu buat aku aja." Vinta terdiam, Rizzy? Astaga Vinta kehabisan kata-kata.

Dia pengen menjawab, banyak yang ingin dia keluarkan tapi kata-kata itu hanya berhenti dipangkal lidah, tidak bisa keluar. Apa ini adalah gejala jatuh cinta? Badanya lemas, tapi dia ingin melompat-lompat dan pipinya bersemu merah, Rizzy sangat pengertian dan juga romantis.

Ujian praktek basket sudah selesai, hanya melakukan dribbling, passing dan shooting dengan 10 kali percobaan, cowok harus masuk 7 dan cewek harus masuk 5. Kalau tidak mereka tidak akan lulus.

Jelas, Rizzy masuk semua, dia itu tinggi dan basket adalah makanannya tiap hari, ya sudah Guru angkat tangan. Untuk Vinta, dia hanya bisa masuk 5, itu pun bolanya lari-lari, tanpa pindah tempat, bola itu sudah datang sendiri, karena banyak mengantri untuk mengambilkan bola untuk Vinta, cantik itu harus dimanfaatkan.

Semuanya sudah selesai, karena mereka gabut, para cowok iseng untuk bertanding, siapa kelompok yang memang bisa jalan dengan Vinta, astaga Vinta dijadikan taruhan. Anehnya, Rizzy mengiyakan saja dan ikut bermain, dasar suami gila, istri sendiri dibandingkan hadiah. Tapi, jangan salah dulu, Rizzy mengikuti itu juga dia akan menang.

Tale FuckgirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang