Part 4 - Tak Terduga

43 4 2
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

"Jangan pernah beranggapan bahwa seorang pendiam tak memiliki kepedulian kepada sekitarnya barang sekali"

—Ahmad Syauqi Al-Ghifari

Happy reading.

Koridor kelas masih sangat sepi dari lalu lalang siswa yang baru datang ke sekolah. Sebab, memang saat ini masih sangat pagi untuk berangkat ke sekolah. Namun tidak bagi Ziyah yang mulai hari ini memutuskan untuk naik sepeda ke sekolahnya.

"Zi, khe bongol ya, tak panggil-panggil dari tadi gak nyaut-nyaut, padahal suaraku dah keras loh!" seru Riri dengan nafas yang terenggah-engah, sebab ia habis berteriak-teriak memanggil Ziyah sambil berlari dari parkiran hingga di depan koridor kelas VII.

Ziyah yang tak mendengar perkataan Riri barusan dan belum mengetahui keberadaan Riri di belakangnya pun tak memperdulikannya. Ia tetap berjalan santai dengan mengikuti irama yang mengalun indah di telinganya, sambil menikmati udara segar di pagi hari dari tetumbuhan yang memang sengaja ditanam di sepanjang koridor kelas.

Riri yang melihat Ziyah tak menggubrisnya sama sekali, akhirnya kesal dan berusaha mensejajarkan langkahnya dengan Ziyah. Setelah ia bisa mengimbangi langkah Ziyah yang pelan namun jangka kakinya panjang, akhirnya Riri bisa mengetahui kenapa Ziyah tak menggubrisnya sama sekali.

"Apaan sih Ri, kamu ini baru dateng udah ganggu ketenangan orang aja," ucap Ziyah tak suka, karena earphone yang digunakannya sejak dari rumah dilepas tanpa izin oleh Riri.

"Makanya tau, gara gara earphone khe nih, aku manggil-manggil khe gak didengerin," ujar Riri kesal.

"Ya, maaf. Aku 'kan gak tahu kalo ada kamu, soalnya ini 'kan masih pagi. Jadi kupikir kamu belum dateng," ucap Ziyah dengan santainya lalu kembali melangkahkan kakinya.

Riri yang melihatnya, kemudian juga turut melangkahkan kakinya agar tak ditinggal lagi oleh Ziyah. "Aku selalu berangkat pagi kali Zi, iya kalau Rani selalu mepet sama bel masuk," ucap Riri sedikit kesal, karena Ziyah mengira ia sama dengan Rani yang tak pernah berangkat pagi.

Ziyah yang mendengarnya hanya ber oh ria saja. Lalu ia memasang kembali earphone miliknya dan menaikkan volume musiknya. Sehingga semenit kemudian ia sudah hanyut dengan lagu-lagu yang sudah memenuhi pendengarannya. Riri yang melihatnya, hanya bisa menghela napas. Pasalnya, sudah 3 hari Ziyah bersikap seperti seakan-akan ia sedang mendiamkan dirinya dan juga Rani.

***

Saat mereka berdua sudah sampai di kelas IX B, Ziyah sudah nyanyi-nyanyi sendiri di samping meja guru bak sedang konser, sebab ia mengira di kelas sedang tidak ada siapa-siapa. Namun sangkaan Ziyah ternyata salah besar, sebab saat ini sudah ada Syauqi di sana yang tengah melantunkan firman-firman-Nya dengan lirih.

Look out 'cause here i come

And i'm marching on to the beat i drum

I'm not scared to be seen

I make no apologies, THIS IS ME!

(Oh-oh-oh-oh)

When the sharpest words wanna cut me down

I'm gonna send a flood, gonna drown them out

(Oh-oh-oh, oh-oh-oh, oh-oh-oh, oh, oh)

THIS IS ME!

Suara lantang Ziyah memenuhi ruang kelas, mengakhiri lagu This Is Me yang barusan dinyanyikan olehnya. Ziyah yang masih tidak sadar dengan keberadaan Syauqi pun hendak bernyanyi kembali, namun Riri langsung mencegahnya dengan melepas earphone yang menyumpal kedua telinga Ziyah sejak tadi. Sehingga Ziyah pun kesal lantas marah kepada Riri, sebab lagu yang hendak diputarnya tidak kalah semangat dan serunya sehingga membuat moodnya akan selalu menjadi baik.

Perjamuan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang