Part 6 - Mp3 Shuffle Mini Player

28 2 2
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

"Karena jika dia sudah cinta sama Al-Qur'an, tanpa disuruh pun pasti dengan sendirinya dia akan berusaha ngafalin Al-Qur'an."

-Danish Faishal Mulki

Happy reading.

Sesampainya di rumah, Ziyah langsung merebahkan tubuhnya tanpa mengganti pakaiannya. Ia sudah tak peduli lagi, jika nanti Uminya akan marah padanya sebab ia tak mengganti pakaiannya terlebih dahulu. Karena saat ini, ia hanya ingin tidur barang sejenak. Untuk melepas penat dan pening yang datang dalam waktu bersamaan. Maka dari itu, ponselnya ia matikan untuk menghindari distraksi yang sewaktu-waktu tak ia inginkan.

Kemudian Ziyah segera mengambil mp3 shuffle mini player yang kini telah sah menjadi miliknya, di saku bajunya. Lalu ia pasang earphone pada kedua telinganya dan kemudian memutarnya, untuk mendengarkan lanjutan dari Surat Al-A'raf yang tadi sewaktu di sekolah sempat terhenti gara-gara kedatangan kedua sahabatnya tiba-tiba.

***

"Dek ... Bangun ... Sholat, Dek ...," suara Fais lembut membangunkan Ziyah sambil menggoncang-goncangkan tubuhnya dengan pelan.

"Dek ..."

"Eung, Kak Fais ...," lirih Ziyah yang sudah membuka matanya.

"Cepet bangun! Ganti baju, sholat, terus makan." tegas Fais sambil menarik selimut Ziyah.

Ziyah pun langsung bangun dan duduk di tempat tidurnya dengan bersender pada sandaran kasur. "Jam berapa, Kak?"

"Jam dua kurang lima menit."

"Ah, masih lama," ucap Ziyah kemudian hendak tidur lagi tapi, langsung dicegah oleh Fais.

"Kamu ini kebiasaan, suka nunda-nunda waktu sholat. Gimana mau dikabulkan do'a-do'amu kalo kamunya juga suka nunda-nunda perintah-Nya."

Ziyah menghela napas berat dan segera mematikan mp3 shuffle mini player miliknya, lalu turun dari tempat tidurnya dengan malas menuju ke kamar mandi.

Sepeninggal Ziyah, Fais segera mengambil mp3 shuffle mini player milik Ziyah yang barusan dilemparkan asal oleh pemiliknya. Sebelum memutuskan untuk memutarnya, Fais sempat menimang-nimang benda tersebut terlebih dahulu. Sebab, selama ini ia tak pernah melihat benda tersebut di kamar Ziyah.

Setelah mengetahui isinya adalah murottal tiga puluh juz, Fais tersenyum senang. Namun, tidak dengan Ziyah, Adik dari Fais tesebut langsung bergedik ngeri saat ia keluar dari kamar mandi mendapati Kakaknya seperti itu.

"Kak Fais sehat, 'kan?" tanya Ziyah hati-hati.

Fais yang mendengar Adiknya bertanya, langsung menghadap ke arah Adiknya, "Sehat kok, kenapa emangnya?"

"Kalo sehat, kenapa Kak Fais senyum-senyum sendiri barusan? Padahal gak ada orang di sini," ucapnya sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut kamarnya.

Fais tersenyum kembali, "Oh, itu gara-gara ini," ungkap Fais seraya menunjukkan mp3 berwarna biru yang masih berada di tangannya. "Kak Fais seneng, kalo kamu sekarang mulai beralih dengerin murottal, Zi. Pertahankan, ya," tambah Fais sambil menyimpan mp3 tersebut di atas nakas.

"Kalo gak dikasih temen, mungkin Zi gak akan dengerin murottal sekarang," ucap Ziyah sambil melipat selimutnya.

Fais mengerutkan keningnya bingung. Ziyah yang paham jika Kakaknya meminta penjelasan, akhirnya mau tak mau ia harus menceritakan tentang Syauqi kepadanya, mulai dari awal hingga akhir tanpa ada yang disembunyikan sama sekali.

Perjamuan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang