Part 12 - SMA

38 4 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

"Jangan pernah hilangkan kata pamit pada akhir sebuah temu. Karena kita tak pernah tahu betapa berharganya kata pamit bagi orang yang akan kita tinggalkan."

-Kartika Fauziyah Mulki

Halooo, assalammu'alaikum temen-temen jangan lupa tinggalkan jejak, ya..

Happy reading..


Masa liburan telah berlalu dan itu artinya tahun ajaran baru akan segera dimulai. Tahun yang akan menjadi sebuah mula untuk perjalanan hidup yang tak biasa, dari seorang gadis yang kini telah menetapkan untuk memakai jilbab. Tahun yang akan membawa banyak perubahan dan mengantarkannya pada petualangan baru yang tak kalah serunya dengan petualangan yang telah berhasil ia tempuh. Dan tahun yang akan mempertemukannya dengan orang-orang baru yang akan menjadi sebuah kisah dalam lembar baru.

Pagi-pagi sekali seorang gadis yang biasanya masih bermalas-malas di kamarnya, dengan menghabiskan waktu paginya bermain handphone dan menonton tv. Kini sudah harus menyiapkan diri untuk berangkat ke sekolah barunya.

Meski sebenarnya ia enggan merubah kebiasaan yang dilakukannya selama liburan sekolah, dimana ia yang sudah terbiasa mandi di atas jam delapan pagi, kini harus mandi di pagi-pagi buta dengan menerjang dinginnya air yang membuat malas mandi, sebab bisa-bisa membuatnya mengigil kedinginan.

Gadis yang sedari tadi sibuk menyiapkan atribut yang akan dikenakannya ke sekolah barunya itu, kini tengah celingukan mencari sesuatu. Hingga tanpa sadar ia menghabiskan waktunya hanya untuk mondar-mandir ke sana ke mari.

"Umi ... Tau dasiku di mana tidak?" tanyanya dari tangga sambil teriak, agar Uminya yang berada di dapur bisa mendengarnya.

"Coba ke sini dulu, Zi."

Gadis yang dipanggil Ziyah tersebut pun langsung memenuhi panggilan dari Uminya tersebut.

"Umi tau?" tanyanya saat telah berada di samping Uminya.

"Itu di meja makan," tutur Fatimah sambil menyiapkan bekal untuk Ziyah.

"Kok bisa ada di sini, Mi? Siapa yang bawa coba?" tanyanya sembari mengambil dasi yang yang tergeletak di meja makan tersebut kemudian langsung ia pasangkan pada kerah seragamnya.

Fatimah berbalik menghadap ke arah putrinya sambil membawa paper bag berwarna biru muda yang berisi bekal Ziyah. "Ya kamu yang bawa, Ziyah ...," ucap Fatimah sambil menyentil hidung mancung milik Ziyah.

"Kapan, mi?" tanya Ziyah yang kini telah duduk untuk sarapan.

"Tadi pas Ziyah ngambil botol air minum di kulkas," jelas Fatimah.

"Oh, iya. Zi lupa. Hehehe," jawab Ziyah dengan diakhiri cengiran.

Setelah Ziyah menyelesaikan sarapannya dan dirinya telah siap untuk berangkat, ia pun hendak memanggil Kakaknya untuk segera diantarkan ke sekolah barunya. Namun, belum sempat ia melangkahkan kakinya, tangannya telah lebih dulu di cekal oleh Fatimah. Sehingga otomatis membuat Ziyah urung melangkah.

"Ada apa, Mi?" tanyanya bingung.

"Ada yang kelupaan, bentar Umi ambilkan," ucap Fatimah kemudian segera berlalu meninggalkan Ziyah yang masih tak mengerti dengan maksudnya.

"Sini," perintah Fatimah saat ia telah datang dengan membawa kerudung segi empat berwarna putih.

"Oh, iya. Ziyah lupa," ucapnya sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, setelah mengetahui maksud dari Uminya tersebut. Kemudian ia segera mendekat pada Uminya untuk dikenakan jilbab yang berfungsi menutupi auratnya tersebut.

Perjamuan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang