Part 15 - Bagian dari Takdir

20 2 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

"Percayalah! Tuhan merancang sebuah pertemuan bukan tanpa alasan"

-Rayhan Chandra Purnama

Happy Reading..

Semenjak selepas sholat subuh tadi, putri bungsu Fakhri itu tak gentar meminta izin padanya untuk bisa kembali sekolah. Pasalnya sudah beberapa hari terakhir ia tak pergi ke sekolah, gara-gara kejadian buruk yang tak pernah terpikirkan sama sekali di benaknya. Entahlah sampai saat ini, ia tak tahu pasti siapa dalang di balik hal buruk yang menimpanya waktu itu. Sebab semuanya terjadi secara cepat.

Tetapi, Rani selalu mengatakan jika Syauqi sebenarnya mengetahui siapa pelakunya. Oleh karena itu, Rani menyuruhnya untuk memaksa Syauqi mengungkapkannya. Sebab, jika Rani yang memaksanya Syauqi selalu berusaha menutupinya. Seperti ia sedang melindungi pelaku kejahatan dari sebuah hukuman.

Tak ayal, Rani sering memarahinya serta mencaci makinya. Karena ia lebih menjaga orang yang berbuat jahat pada orang yang dicintainya. Namun, saat Rani berlaku seperti itu padanya, Syauqi akan selalu mengatakan bahwa ia berbuat demikian bukan tanpa alasan. Ia tidak bermaksud untuk melindungi siapa-siapa, tapi ia hanya ingin menjaga yang semestinya tak boleh ia rusak, itu sebabnya ia tak pernah mengungkapnya.

Perkataan Syauqi yang selalu terngiang dalam pikirannya itu, membuat ia selalu menerka-nerka pelakunya. Akan tetapi, meski Rani sudah mendapat clue-nya tetap saja sampai saat ini ia belum bisa mengetahui pasti siapa dia. Maka dari itu, Rani mendesak Ziyah untuk bertanya langsung pada Syauqi agar semua misteri segera terungkap.

"Boleh ya, Bi?" tanya Ziyah untuk kesekian kalinya dengan raut wajah memohon dan binar mata penuh harap.

"Besok aja, nak."

"Kenapa harus besok, Bi? 'Kan Ziyahnya sekarang udah sembuh total."

"Kata siapa? Kamu masih perlu istirahat lagi."

"Tapi, Bi ... Ziyah bosen istirahat mulu, Ziyah bosen di rumah sendirian gak ada temen. Boleh ya, Bi ...," rengek Ziyah. "Ziyah janji bakal jaga diri kok, Bi."

Fakhri menghela napas, "Gimana caranya kamu bisa jaga diri kamu sendiri, kalo kamu gak ada temen yang selalu ada di sampingmu," ucap Fakhri membuat Ziyah langsung bungkam.

Assalammu'alaikum ...

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab Fakhri dan Ziyah bersamaan.

Sepertinya aku mengenal suara itu, batin Ziyah.

"Zi, bukain pintu dulu ya, Bi," pamit Ziyah pada Fakhri kemudian langsung melangkah secepat kilat.

Saat ia membuka pintu rumahnya, mata Ziyah yang berbinar. Seperti sedang mendapatkan hadiah yang tak ternilai harganya.

"Kok kamu malah bengong sih, Zi?" tanya gadis berjilbab putih dengan seragam putih abu-abu khas anak SMA itu.

"Zi," panggil gadis tersebut sekali lagi sambil menggerakkan tangannya di depan wajah Ziyah.

"Eh, iya. Ayoo ikut aku masuk," ajak Ziyah setelah lamunannya buyar.

Gadis tersebut langsung dibawa ke hadapan Abinya oleh Ziyah, "Bi, ini dia yang akan ngejaga Ziyah selama di sekolah," jelas Ziyah dengan senyum yang mengembang.

"Apa benar, nak?" tanya Fakhri pada gadis yang kini telah berada di depannya.

"Iya 'kan, Ra? Kamu yang akan jagain aku biar hal buruk saat di sekolah gak terjadi lagi," ucap Rani agar Zahra teman barunya itu tak bingung.

Perjamuan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang