Part 14 - Hal Buruk

23 2 1
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

"Pada batas antara harap dan pasrah, seringkali do'a mewujud menjadi sebuah keajaiban tak terduga"

-Kartika Fauziyah Mulki

Happy Reading..

Terik mentari yang cukup panas, membuat gadis SMA dengan rambut sebahu itu berkeringat. Sudah tiga puluh menit berlalu ia berdiam di tepi jalan untuk menunggu sahabatnya. Namun, sampai sekolah sepi sahabatnya tersebut tak kunjung kelihatan batang hidungnya. Sehingga membuat ia ingin pergi meninggalkannya, tapi jika ia meninggalkannya takutnya sahabatnya itu tak ada yang mengantarnya pulang.

Akhirnya, karena ia khawatir terjadi apa-apa dengannya. Ia memutuskan untuk mencari keberadaannya di dalam sekolah. Motornya ia titipkan ke satpam sekolah yang juga masih belum pulang. Kemudian dengan langkah tergesa-gesa ia mulai memasuki gerbang sekolah dan segera menyusuri setiap sudut dari sekolah barunya tersebut.

Cukup lama ia mencari keberadaan sahabatnya tersebut di setiap ruang-ruang yang ada di sekolah barunya itu, tapi sahabatnya tersebut masih belum bisa ia temukan. Sebenarnya ia sudah ingin pulang karena mengira sahabatnya tersebut telah pulang lebih dulu darinya. Namun, hati kecilnya selalu menyuruhnya untuk mencari lagi keberadaannya.

Sehingga ia memutuskan untuk menelepon Ibu dari sahabatnya tersebut, sebelum ia pulang ke rumahnya. Dan ternyata setelah ia bertanya pada Ibunya, sampai saat ini sahabatnya itu belum juga pulang. Sontak membuat ia semakin khawatir kepadanya.

Zi, lo sebenernya di mana sih. Jangan ngilang kek gini dong, Zi. Gue khawatir tau, batin Rani sambil terus menyusuri koridor yang telah sepi.

Beberapa menit kemudian langkah Rani mulai melemah, ia sudah kehabisan tenaganya untuk meneruskan pencariannya. Pasalnya sekolahnya yang luas itu, cukup menguras energinya terlebih ia belum makan siang saat ini dan juga fisiknya yang lelah setelah menjalani serangkaian kegiatan MPLS, membuat tubuhnya lemas. Hingga sedetik kemudian ia langsung terjatuh bersimpuh sambil menitihkahkan air mata penuh kepasrahan.

"Zi ... Lo di mana. Gue khawatir sama elo ...," lirih Rani dengan sedikit terisak.

"Rani!" seru seseorang yang kini telah berada di hadapan Rani.

Rani langsung mendongak dan tangisnya langsung pecah saat melihat laki-laki jangkung tersebut, "Qi ... Zi-ziyah ... Qi ...," ucap Rani sambil sesenggukan.

"Ziyah kenapa?" tanya Syauqi dengan nada khawatir.

"Ziyah hilang, Qi ...," ungkap Rani dengan tangis yang semakin menjadi-jadi.

Air muka Syauqi seketika langsung berubah, "Kok bisa sih, Ran? gimana ceritanya Ziyah bisa hilang? Kamu udah coba hubungi dia belum?" tanya Syauqi yang kini tengah bingung.

"Lo, kalo tanya satu-satu napa sih, Qi. Kan gue bingung mau jawab yang mana," jawabnya sambil menyeka air matanya.

Syauqi menghela napas berat, "Kamu udah telvon Ziyah belum?"

"Udah, Qi ... Malah udah berkali-kali, tapi gak diangkat sama sekali," jelas Rani kembali menangis. "Gue juga udah nelvon Tante Fatimah buat nanyain Ziyah, kata Tante Fatimah Ziyah belum pulang, Qi ... Gue juga udah nyari Ziyah di setiap sudut sekolah, tapi gue gak nemuin Ziyah, Qi," jelas Rani sambil menunduk dalam membiarkan air matanya jatuh ke lantai. "Gue jadi nyesel sekarang, Qi. Gara-gara tadi setelah MPLS selesai gak segera nemuin Ziyah," sambung Rani dengan lirih nyaris tak terdengar.

Syauqi hanya diam tak menanggapi ucapan Rani barusan. Ia nampak seperti sedang memutar otaknya untuk menerka-nerka keberadaan teman masa kecilnya itu. Dan semenit kemudian, Syauqi langsung mengepalkan tangannya sambil menahan amarah. "Ikut aku, sepertinya aku tau Ziyah di mana," ujar Syauqi sehingga membuat Rani langsung menegakkan tubuhnya dan menghapus air mata yang sejak tadi membanjiri pipinya. Kemudian ia segera berlari mengejar Syauqi.

Perjamuan LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang