"Hanna."
"....."
"HWANG HANNA!"
"I-iya pak saya."
"Ayo jawab kenapa kamu tak mengerjakan tugasmu?!"
"Ma-maaf pak saya lupa." Cicit Hanna pelan.
"Lupa? Kalau kepalamu bisa dilepas mungkin kepalamu sudah tinggal karena lupa."
"Maaf pak." Cicit Hanna sambil menunduk.
"Karena kamu tak mengerjakan apa yang saya tugaskan maka kamu harus di hukum. Bawa bukumu ke lapangan sepakbola indoor, kerjakan soal itu disana sambil bersihkan ruangan itu. Semua harus selesai sampai jam pulang sekolah."
Hanna tercengang mendengarnya "sa-saya bersihkan sendirian pak?"
"Iya." Jawab guru Biologi bernama Dio itu "kenapa? Mau protes?"
"Oh, ng-nggak kok pak."
"Yasudah laksanakan."
Hanna membuat nafas panjang lalu melirik Winter dan Ningning yang menatapnya cemas. Kemudian gadis itu pergi ke lapangan sepakbola indoor sambil membawa tasnya.
Oh iya, tadi ia sampai ke sekolah tepat waktu. Jaehyun berhasil membawa motornya melalui gerbang sekolah semenit sebelum gerbang itu tertutup otomatis.
Berlari dari tempat parkir hingga ke kelasnya tidaklah cepat. Buktinya saat Hanna memasuki kelasnya tadi, pak Dio sang guru Biologi yang masuk di jam pertama sudah duduk didalam sana sambil menatapnya tajam.
Pak Dio yang mengizinkannya masuk saja sudah sangat syukur karena itu adalah hal yang langka untuk guru galak seperti beliau. Namun nasib sial menimpanya dengan tak mengerjakan tugas dari guru itu. Hal yang wajar jika pak Dio marah.
Belum lagi alasan yang Hanna berikan tak logis. Lupa? Hanna sepertinya sangat jarang tak mengerjakan tugas. Umm, boleh kah kita mengatakan ini semua terjadi karena Jung Jaehyun?
"Ya ampunnnn." Hanna berujar histeris begitu ia melihat ruangan sepakbola itu hancur berantakan.
Spontan ia menepuk kening karena lupa bahwa semalam adalah jadwal ekskul sepakbola dan basket. Lihat lah sekarang ruangan itu benar-benar hancur. Ini pasti ulah oknum yang tak bertanggung jawab, sudah menggunakan tempat ini tapi tak ingin membersihkannya.
"Kalo gini sampe kapanpun ga bakal beres kalo gw sendiri yang ngerjain."
Hanna meletakkan tasnya disalah satu meja disana lalu berjalan untuk mengambil sapu, sekop dan peralatan lainnya.
Saat gadis itu sedang sibuk mengambil peralatan kebersihan di gudang, tiba-tiba ia merasa ada yang menepuk pundaknya. Ia memutar badan dan terkejut melihat pria itu ada di hadapannya.
"Anjing gw kira lu pocong, tinggi begini!"
"Bukan gw yang ketinggian, lu nya yang boncel."
"Bangke, body swiming lu yak?!"
Tak menggubris ucapan Hanna, pria itu kemudian bertanya "bacot, ngapain lu disini?"
"Kepo lu kek dora."
"Dih masih dendam lu ama gw?"
"Kagak, b aja."
Laki-laki itu masih dengan wajah datarnya, "lu ngapain disini."
"Lagi berenang nih nyantai kaya di pantai." Ujar Hanna sewot, "dah tau mau beres-beres pake nanya lagi lu."
"Oh." Jawab Sungchan singkat, ya laki-laki itu Sungchan. "Mau gw bantuin ga?"
"Dih tumben."
"Gw sebenernya udah tau lu di hukum, lu telat + ga ngerjain tugas bio kan?"
Hanna merotasikan matanya, "udah deh kalo ujung-ujungnya buat ngeledekin gw mending lu balik aja sono." Usirnya.
Sungchan mengerutkan keningnya "apasi boncel gw cuma mau bantuin lu."
"Gausah lu balik aja sana belajar baik-baik biar pinter."
"Yakali gw tega biarin cewe beresin lapangan gede ini sendirian. Udah mending lu gausah bacot pokoknya gw tetep mau bantuin."
Hanna terdiam menatap Sungchan sambil berkedip-kedip setelah mendengar rentetan kalimat yang Sungchan katakan tadi. Menyadari hal itu, Sungchan segera meralat kalimatnya. "Maksud gw yakali cewe kek lu dibiarin ngeberesin ini semua sendiri, yang ada lu tambah bantet. Udah gausah baper."
"Asu siapa juga yang baper." Dumel Hanna pelan lalu menyerahkan satu sapu pada Sungchan "nih kalo lu emang maksa banget mau bantuin gw."
Sungchan menerima sapu itu lalu mulai menyapu lantai yang kotor itu dengan telaten. Hanna yang melihatnya pun hanya bisa berkata 'WOW, so sexy~'
Ga lah, itumah kamusnya Nana.
Hanna hanya bisa tercengang melihat remaja pria seperti Sungchan ini sangat telaten dalam hal menyapu. Bahkan saudara sepupunya saja yang seumuran dengannya tak pernah bisa sebersih ini dalam menyapu lantai. So proud.
"Gw disini buat bantuin, bukan jadi bahan tontonan." Sindir Sungchan walau masih fokus menyapu.
Hanna yang tadinya kagum kini berdecih kesal pada Sungchan, gajadi kagum dia. "Iye bacot."
"Lu ngerjain pr lu aja deh sana, nanti susul gw kalo udah selesai."
"Serius? Gapapa nih?"
"Iya."
"Oke dah, gw kerjain dulu yak." Hanna berjalan menuju tasnya lalu mengeluarkan buku tugasnya.
Soalnya sedang, ada yang gampang dan yang sulit. Dari 10 soal Hanna hanya mampu menjawab 7, sisanya ia tak mengerti sama sekali, seperti tak pernah dipelajari. Padahal rasanya Hanna tak pernah bolos pelajaran deh.
"Udah belum?" Tanya Sungchan yang tiba-tiba berdiri dibelakang Hanna.
Gadis itu bergidik saat mendengar suara halus Sungchan di telinganya. Bahkan ia bisa merasakan napas pria itu yang berhembus menyentuh kulit lehernya.
"Anjir merinding gw." Ujar Hanna menahan rasa gugup. Ia segera menyuruh pria itu untuk berdiri disebelahnya. "Kirain lu setan, nafas dileher gw."
"Udah selesai?" Sungchan tak memperdulikan omelan tak bermutu Hanna.
"Belum, 3 soal lagi gw ga ngerti."
"Mana sini gw liat." Ujar Sungchan menunduk lalu mendekatkan wajahnya ke sebelah Hanna.
Tolong jangan salah paham, Sungchan hanya ingin melihat soal di buku Hanna tapi ia tak sadar bahwa posisinya terlalu intim seperti ini.
Hanna pun sampai menahan napasnya sambil menatap pahatan sempurna dari wajah pria bermarga Jung itu dari samping. Ia juga dapat mencium aroma maskulin yang mencuat dari pria yang sedang mengenakan sweater itu.
"Oh soal ini sih gampang." Ucap Sungchan lalu memutar wajahnya untuk menatap Hanna. Dan pada saat itulah hidung mereka tak sengaja bersentuhan membuat mereka berdua sama-sama terkejut.
"AHHH MAMAH TOLONG ANAKMU MAU DI CIUM!"
— G A N T E N G —
By : meyjunnn
KAMU SEDANG MEMBACA
Ganteng
Fanfictionft; Sungchan NCT Masalah umum yang sering dialami remaja labil, apalagi kalau bukan soal perasaan suka mereka? "Doi lu noh." "Doi gw pala lu peang." by meyjunnn oct 2020 - april 2021