'3' Harus Berubah?

740 124 6
                                    

Kenapa banyak orang mengejar jodoh, padahal maut juga mengejar mereka?

Assalamu'alaikum, Islam

Tidak semua hal bisa didefinisikan dengan nikmat dunia, bagiku kehidupan setelah dunia adalah segalanya

Nandara

***

"Barista ganteng."

Ghatan menoleh ke samping. Sosok Veronica duduk di salah satu kursi di depannya, kedua tangannya mengetuk meja kedai kopi dengan santai, sedang pandangannya meneliti menu yang ada di atas. "Pesen americano satu," ucapnya kemudian.

"Baru sadar kalau gue ganteng?" Dengan tampang yang minta dipukul, lelaki tersebut tersenyum smirk seraya menyiapkan salah satu minuman pesanan pelanggan.

Bibir Veronica mencebik. "Nyesel ngomong kaya tadi."

Ghatan hanya tertawa singkat menanggapi. Setelahnya, ia memanggil salah satu nama pemilik pesanan kopi yang kini ada di tangannya, selesai ia siapkan. Seorang perempuan rambut sebahu menghampiri meja tempat Ghatan menyiapkan pesanan tersebut, mengambil alih satu cup kopi lantas undur diri singkat. Ghatan memberi sebuah senyum kecil sebagai tanda terima kasih pada pelanggan pertamanya hari ini tersebut.

Kedai Santay -- ingat pakai y bukan i, karena Ghatan tidak terlalu suka tai lebih suka tay, lebih keren katanya. Kedai ini pertama kali berdiri sekitar satu setengah tahun lalu, tepatnya ketika Ghatan berulang tahun yang ke-23. Kalau kalian pikir ini adalah hadiah ulang tahun untuknya, kalian salah besar. Justru kedai ini ia dirikan tanpa bantuan orang tua, alias murni uang kerja kerasnya sendiri -- murni dari utang teman maksudnya. Jadi, saat itu ia selalu jadi olok-olokan teman dan keluarganya sendiri karena tak kunjung menyelesaikan pendidikan - terutama olok-olokan Chaca yang saat sarjana berhasil meraih gelar cumlaude.

Maka dari itu, ia memutuskan untuk menemui salah satu temannya, namanya Rama. Berniat meminjam sejumlah uang dan bermodal tampang tersika, ia pergi ke rumah Rama yang ada di Bogor. Ya, sedikit tidak sopan karena bertamu hanya untuk meminjam uang, tapi Ghatan tidak peduli itu. Dia hanya ingin membangun sebuah usaha agar tak ada lagi yang meremehkan, biar kalau ada yang tanya kenapa dia tak kunjung mengajukan skripsi, dia bisa menjawab kalau sedang sibuk berbisnis. Ghatan tidak berbohong, tapi sejujurnya itu bukanlah sepenuhnya kebenaran.

Bagi Ghatan, sosok Rama adalah malaikat penyelamat. Tanpa menanyakan lebih jauh, temannya itu meminjamkan sejumlah uang secara cuma-cuma. Ini serius. Entah bagaimana pola pikir Rama, tapi Ghatan lebih suka menyebut temannya yang satu itu terlalu lugu dan gampang ditipu. Kalau saja saat itu ia berada di posisi Rama, ia tak akan memberi pinjaman ke Ghatan, sekalipun sampai menangis darah. Ghatan kejam? Memang iya!

Kedai kopi mulai dibuka, Ghatan optimis luar biasa. Tapi, optimisme itu kian hari kian hilang seiring dengan kedainya yang tak laku. Bahkan ia ingat, selama hampir berbulan-bulan ia hanya menjual sekitar sepuluh cup kopi, itu pun rata-rata teman nongkrongnya. Hampir saja ia menutup kedai ini, tapi bak seorang buta yang mendadak mendapat sebuah cahaya, tiba-tiba Veronica datang. Dengan penawaran promosi usaha yang sangat fantastis, akhirnya Ghatan mempercayakan segala hal yang berbau promosi pada gadis itu. Jago desain, jago mempengaruhi orang, serta jago bicara menjadi modal Veronica. Dan akhirnya, seperti sebuah kisah yang happy ending, kedai kopi Santay dari hari ke hari menemukan penikmatnya. Ghatan bangkit!

Kembali ke masa sekarang, Veronica yang masih terduduk di tempatnya bertumpu dagu sembari memerhatikan Ghatan yang menyiapkan pesanannya tadi.

"Lo nggak berniat ngejar skripsi lo, Tan?"

GHATAN [Complete Dan Sudah Terbit✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang