LAGI-LAGI KAMU
Satu-satunya tempat yang ketika kamu jadikan tempat mengeluh tidak berdusta dan berkhianat hanyalah Tuhan. Tak seperti manusia yang saat kita bukan siapa-siapa kebanyakan menghindar dan pergi, justru Rabb-mu selalu menyediakan kelapangan dengan penuh cinta bahkan saat dunia rasanya mengkhianati
Kamu, Imamku
22.11.2020
***
Entah keberapa kalinya Nanda menghela napas berat, meredakan kecamuk aneh yang mendera hatinya. Ia kembali mengamati potret seorang perempuan dengan rambut agak ikal bawah bahu tersebut dengan senyum kecil, rasanya berat sekali menahan kerinduan ini. Sudah hampir sebelas bulan ia tak bertemu dengannya - Sang Mama. Tentu kondisi ini berbeda ketika ia di pesantren dulu. Kalau dulu ia masih bisa menghubungi Mama dengan izin pada pengurus pesantren dan meminjam ponsel, sekarang walaupun sebenarnya kapan saja ia bisa menekan tombol call di kontak mamanya, namun rasanya sangat sulit.
Benar, ada sekat sebesar itu antara dirinya dan Mama.
Mungkin sekarang nama Nanda sudah tak ada lagi di dalam hati ibunya tersebut, selain hanya anak perempuan tak tahu terima kasih yang telah mempermalukan keluarga. Ia rindu, jujur. Bahkan kalau rindu itu bisa ia tumpahkan sekarang, mungkin rasanya ruangan ini sesak.
"Senang bisa kembali ke Jakarta, meskipun aku belum bisa menemui Mama, Papa, dan Kak Ashraf. Maafkan, Nanda," gumam gadis tersebut lantas menenggelamkan wajah di antara lipatan tangan.
Rasanya melelahkan menyimpan semua ini sendirian. Kalau saja di sampingnya ada Maira, mungkin ia bisa bertukar cerita. Menumpahkan segala kegelisahan yang seakan mematikan tiap sel otaknya. Namun, ia sadar, tak sepantasnya ia menemui semua orang yang telah ia buat kecewa. Cukup Alba saja yang telah mengetahui kepulangannya.
"Jangan beritahu siapapun perihal kepulanganku ya, Alba. Aku nggak mau merusak kebahagiaan orang-orang yang telah sembuh lukanya karena kedatanganku lagi. Terutama kamu dan Mas Azhar, kalian akan lebih bahagia jika Mas Azhar nggak tahu aku sudah kembali." Adalah pesan yang dua hari lalu ia sematkan pada Alba saat keduanya tak sengaja bertemu di sebuah pusat perbelanjaan.
Pertemuan hari itu tak pernah dibayangkan dan rencanakan oleh Nanda. Padahal selama kepulangannya, sebisa mungkin ia menghindar dari orang-orang yang dikenalnya dulu. Buktinya ia menyewa apartemen yang jauh dari tempat tinggalnya dulu, kebetulan saja kemarin-kemarin ia pergi ke supermarket langganannya dulu.
"Mbak Nanda."
Otomatis kepala Nanda terangkat. "Ghatan?"
"Kalau jodoh nggak ke mana ya, Mbak. Pasti dipertemukan, hehe," ucap seseorang yang memanggilnya tersebut dipungkasi dengan kekehan ringan.
Tanpa persetujuan Nanda, ia menarik salah satu kursi dan duduk di samping Nanda.
"Ngapain kamu di sini?"
Ghatan menyengir. "Ini 'kan tempat umum, Mbak. Namanya aja perpustakaan umum, bukan perpustakaan khusus perempuan cantik."
"Maksud saya kenapa di saat saya di sini kamu juga sama. Atau jangan-jangan kamu ngikutin saya?"
Kepala pemuda tersebut langsung menggeleng cepat. "Saya bukan lelaki seperti itu, Mbak. Masa muka seganteng Jefri Nichol kaya gini dibilang penguntit," jawabnya kemudian. "Kan tadi saya bilang ini namanya jodoh, kalau kebetulan nggak akan terus-menerus, Mbak. Nggak sekali dua kali kita nggak sengaja ketemu kaya gini."
![](https://img.wattpad.com/cover/235651048-288-k629312.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
GHATAN [Complete Dan Sudah Terbit✓]
EspiritualRomance-Spriritual #6 Spiritual (26 September 2021) #11 Nanda (7 Agustus 2020) #242 Spiritual (25 Jan 2021) #296 Spiritual (20 Maret 2021) #271 Spiritual (29 Maret 2021) Ghatan Putra Aditya. Pemuda dua puluh empat tahun yang masih terjebak dengan ku...