AKU KEMBALI
***
Ketika Allah mendatangkan seseorang dalam hidupmu, maka artinya Allah sedang mempersiapkan takdir indah-Nya untukmu
Kamu, Imamku
***
Mungkin benar, bagimu pertemuan kita bukanlah apa-apa selain kesengajaan, namun aku yakin kita memang hendak dipersatukan Tuhan.
Dari aku, Calon Imammu
***
Jakarta 14.34
Hawa panas, cuaca cerah, serta kerumunan polusi yang tumpah ruah menjadi pemandangan pertama yang ia lihat setelah keluar dari bandara. Netranya mengawasi kondisi luar dari kaca taksi yang ia tumpangi, tangannya mengelap sudut kaca yang berdebu. Ah, ia sangat rindu suasana Indonesia, tepatnya Kota Jakarta. Seingatnya ia sudah meninggalkan ibu kota selama sepuluh bulan, bersama hati yang coba ia tata ulang ia tertatih agar bangkit di negeri orang. Dan akhirnya, keikhlasan itu berpendar kuat di hatinya.
Sekarang ia tak perlu bersedih dengan apa yang terjadi, termasuk keputusannya. Allah sungguh baik karena mau memberinya kelapangan bukan?
Saat ia tak percaya kalau luka itu akan sembuh, justru Allah menguatkannya. Sang khalik membuktikan betapa hati manusia mudah sekali dibalik hanya dengan kuasa-Nya, semudah manusia saat membalik telapak tangan.
"Jakarta, aku kembali," gumamnya pelan.
Gadis itu menyandarkan punggungnya ke jok kursi, membanting tubuhnya yang terasa sangat lelah karena perjalan jauh hari ini. Seluruh tubuhnya remuk redam, seperti habis melakukan hal yang berat padahal sejatinya dia hanya duduk sepanjang perjalanan, bukankah begitu?
"Siapa ya, Pak?" tanyanya terheran saat melihat seseorang mengetuk kaca mobil berulang-ulang. Kini taksi biru itu memang tengah berhenti di lampu merah.
Sang sopir hanya bisa menggeleng. "Nggak tahu, Mbak, saya juga nggak kenal."
"Tapi kayanya urgent banget."
"Mending biarin, Mbak, takutnya nanti terjadi hal-hal yang nggak diinginkan. Belakangan kasus kriminal melonjak tajam, bahkan saya sempat dengar kabar pembegalan di jalan dekat sini. Saya jadi was-was." Sopir itu berusaha abai, ia memilih menulikan pendengaran dan terus menatap ke arah depan.
Namun, gadis tadi terus memerhatikan sosok lelaki yang terus menerus mengetuk, seperti meminta bantuan. Apa yang harus ia lakukan? Ia ingin mengabaikan, tapi hatinya terus saja berontak. Bagaimana kalau pemuda itu benar-benar butuh bantuan? Apa ia akan menutup mata akan hal yang terjadi di dekatnya, sedangkan ia saja bisa menolong?
"Nggak papa, Pak, buka saja. Siapa tahu dia butuh bantuan, kasihan."
"Duh, saya nggak berani, Mbak."
Ia menggigit bibir bawah. "Bagaimana kalau ternyata dia kesulitan atau Bapak yang sedang ada di kondisi dia?"
Setelah berpikir tak lebih dari dua menit, akhirnya sopir taksi tadi menghela napas dan mengiyakan permintaan penumpangnya. Ia menurunkan kaca mobil, tak begitu lebar lantas melongokan kepala.
"Ada apa, Mas?"
"Saya boleh minta tolong, Pak? Saya butuh tumpangan, Ibu saya koma di rumah sakit. Saya bingung mau ke sana gimana, motor saya mogok di seberang jalan," jelasnya. Ia berkata dengan napas tersendat, peluh mengikis wajah bersihnya. Sembari itu, ia menunjuk sebuah motor hitam yang terparkir tak terlalu jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
GHATAN [Complete Dan Sudah Terbit✓]
SpiritualRomance-Spriritual #6 Spiritual (26 September 2021) #11 Nanda (7 Agustus 2020) #242 Spiritual (25 Jan 2021) #296 Spiritual (20 Maret 2021) #271 Spiritual (29 Maret 2021) Ghatan Putra Aditya. Pemuda dua puluh empat tahun yang masih terjebak dengan ku...