SIAPA?
Kata orang, semua hal di dunia ini memiliki peluang, meski hanya satu per semilyar kemungkinannya.
Ghatan Putra Aditya
Syukron atas terpenuhinya komen part sebelumnya. Part ini aku target 35 komen ya. Semangat memenuhi target :)
***
Petang telah hilang dan ditelan langit malam yang hitamnya membentang di atas kepala. Maghrib juga telah berkumandang sekitar lima belas menit lalu, lampu-lampu jalanan mulai dihidupkan satu per satu. Cahayanya memantul dan berjejer sejauh mata memandang. Ah, Jakarta akan lebih indah di malam hari karena setidaknya macet yang suasananya panas pada siang hari sedikit terurai dengan indahnya gemintang di langit.
"Abang ganteng banget."
Lelaki yang merasa diajak bicara langsung menoleh geram sambil melotot. Sebelah tangannya masih memegang kain yang didalamnya terdapat bongkahan es, ditempelkanlah kain itu pada pipi serta pelipis kanannya. Sial sekali hari ini dia harus bertemu pemuda ini.
"Kita kenal?" tanyanya sarkas sambil tersenyum miring.
"Jangan begitu, Bang, sebentar lagi kita jadi keluarga loh." Pemuda ini meringis lalu melanjutkan ucapannya, "Kalau saya nggak salah dengar, Bang Ashraf ya nama Abang?"
Ashraf mendengkus. "Nggak usah pura-pura baik sama saya setelah apa yang barusan kamu lakukan ke saya. Kamu begini karena tahu saya adalah kakak Nanda bukan? Dan jangan lupa, kamu pikir saya akan menyetujui lelaki seperti kamu jadi adik ipar saya?"
"Ey, jangan jadi pendendam, Bang, nggak baik."
Mulut Ashraf menganga tak percaya dengan apa yang barusan ia dengar. "Jangan jadi pendendam?" ulangnya yang langsung dijawab anggukan kecil pemuda tadi. "Jadi saya nggak boleh dendam setelah dipukul sama bocah tengil emosian seperti kamu?"
Bibir Ghatan melengkung ke bawah. "Saya bukan bocah lagi, Bang."
"Tapi sikap kamu yang bilang begitu," timpal Ashraf. Dia meletakkan kain tadi ke atas meja lantas menatap Ghatan sambil bersidekap. "Apa hubungan kamu dengan adik saya?"
Ghatan membasahi bibirnya sendiri lalu mengelap telapak tangannya menggunakan baju. "Kayanya kita perlu kenalan dari awal deh, Bang, biar kesannya lebih manis."
Tangan lelaki di depannya langsung mengibas ke udara. "Nggak perlu, mood saya udah terlampau pahit."
Mendengarnya, bahu Ghatan langsung melorot. Apa ini adalah tanda kalau pendekatannya dengan Nanda akan menemukan halangan? "Tapi mohon maaf, gue nggak akan menyerah gitu aja demi Mbak Nanda hehe," ucapnya dalam hati.
"Yaudah nggak papa kalau belum mau kenalan sama saya, yang penting saya udah tahu nama Bang Ashraf. Oiya, nama saya Ghatan, kali aja Bang Ashraf sebenarnya penasaran dalam hati," ucapnya terkekeh sambil menaik turunkan alis. "Saya dan Mbak Nanda bisa dibilang ... menuju hubungan yang lebih serius?"
"Kenapa jadi tanya sama saya?" kesal Ashraf.
"Intinya saya sama Mbak Nanda-"
"Bicarain apa?" Nanda yang baru saja masuk ke butik seraya membawa tiga buah cup kopi panas serta tiga porsi makanan yang dibungkus membuat ucapan Ghatan terputus. "Kak Ashraf nggak papa kan minum kopi panas? Pesanan Kakak habis," ucapnya lalu duduk di sebelah Ashraf.
Yang diajak bicara hanya mengangguk sekenanya lantas mengambil salah satu cup dan menyeruputnya pelan. Entah kenapa suasana hatinya sangat buruk semenjak pemuda yang memperkenalkan dirinya sebagai Ghatan itu muncul di depan wajahnya. "Kamu kenal bocah ini di mana sih, Nan?"

KAMU SEDANG MEMBACA
GHATAN [Complete Dan Sudah Terbit✓]
SpiritualitéRomance-Spriritual #6 Spiritual (26 September 2021) #11 Nanda (7 Agustus 2020) #242 Spiritual (25 Jan 2021) #296 Spiritual (20 Maret 2021) #271 Spiritual (29 Maret 2021) Ghatan Putra Aditya. Pemuda dua puluh empat tahun yang masih terjebak dengan ku...