'10' - Kecewa

594 105 33
                                    

KECEWA

Adalah sebuah ujian ketika manusia mencintai apa yang tidak halal untuknya

Kamu, Imamku

***

"Saya di sini, Mbak," ucap Ghatan seraya melambaikan tangan pada perempuan yang masih tergugu di seberang sembari memegang kotak bekal. Senyumnya berpendar saat kembali menatap wajah cantik Nanda. Ah, rasanya Ghatan merasakan berdebar-debar lagi karena jatuh cinta, persis ketika pertama kali ia menyukai perempuan waktu sekolah menengah dulu.

Azhar yang sedari tadi masih diam kini menoleh ke samping lantas bertanya, "Kamu kenal dengan dia, Ghatan?"

Sontak saja kepala lelaki tersebut mengangguk semangat. "Kenapa, Mas? Cantik, ya? Tapi maaf Mas harus mundur, saya nggak mau ada saingan, hehe," ucapnya seraya menyengir.

Entah jawaban semacam apa yang Ghatan lemparkan, namun yang jelas hal tersebut membuat berbagai tanda tanya dalam benak Azhar bergejolak. Bagaimana Nanda bisa di sini, setahunya perempuan itu pergi tanpa membawa tanda hendak kembali? Dan lagi, apakah dunia sebegitu sempit sampai-sampai ia berkenalan dengan seseorang yang ternyata mengenal pula Nanda?

"Apa yang akan terjadi setelah ini? Apakah datangnya Nanda bertujuan untuk mengungkap kebenaran pada keluargaku juga Alba?" Dalam diamnya, pikiran-pikiran serupa tak dapat ia hindari. Dalam hati ia terus menggaungkan tanya, yang entah sampai kapan menemukan jawab.

"Mbak, tolong ke sini ya, saya susah jalan ke situ," ujar Ghatan memecah lamunan Azhar dan juga Nanda. Suaranya agak keras karena coba menepis deruman kendaraan yang lewat.

Gadis yang tampak tarik napas sekali tersebut mulai melangkah perlahan, menyusuri jalan aspal yang siang itu tampak mengerikan baginya. Bertemu dengan masa lalu bukanlah salah satu rencana Nanda, ia bahkan sudah berjanji akan menghapus masa lalu itu baik-baik. Namun, apa yang kini ia jumpai?

"Mau balikin kotak bekal saya ya, Mbak?" tanya Ghatan begitu sosok Nanda sudah berada tak jauh darinya.

Dengan segurat senyum tipis, gadis tersebut menganggukkan kepala. "Makasih, lain kali nggak perlu bawa makanan lagi, Ghatan."

"Tapi saya pengin lagi. Masa Mbak Nanda mau mencegah orang lain berbuat kebaikan?"

Nanda hanya bisa diam di tempat. Kebungkamannya bukan tanpa alasan, bukan pula sebab jawaban Ghatan, melainkan karena adanya sosok Azhar yang kini berdiri di samping lelaki itu.

"Oh iya, Mbak, kenalin ini Mas Azhar. Kemarin waktu jatuh dia satu-satunya yang mau berhenti dan menolong saya, baik banget 'kan?"

Sedetik Nanda mengamati lelaki tadi, netranya menangkap sosok tegap yang sebelas bulan ini tak ia jumpai. Ketampanan dan aura positif Azhar tak berkurang sedikit pun, kharismanya juga sama. Dan yang paling penting, perasaan Nanda juga tak berbeda. Harusnya ia tak berhak memikirkan hal ini, tapi lagi-lagi hati dan perasaan manusia tak dapat diatur begitu saja. Begitu juga hati Nanda, ia bahkan bingung dengan perasaannya sendiri.

"Mas Azhar, ini Mbak Nanda. Calon-"

"Saya Nanda, senang bertemu dengan kamu .... Mas Azhar," pungkas gadis itu tanpa menunggu Ghatan menyelesaikan kalimatnya.

"Saya Azhar," jawabnya.

Mungkin, akan lebih baik jika kita tidak lagi saling mengenal, Mas Azhar.

***

Nanda hanya bisa menumpukan dagunya pada bingkai jendela. Pandangannya terus memonitor rintik hujan yang menumbuk bumi dengan kasar. Rasanya semesta pun tahu kalau ada kabut hitam yang menyelimuti hati gadis tersebut. Dan kini, langit menemani Nanda menumpahkan air mata. 

GHATAN [Complete Dan Sudah Terbit✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang